26.7 C
Medan
Monday, June 3, 2024

Semua dari Bengkel Kecil Itu

Banyak yang bertanya, bagaimana cara Haji Anif bisa kaya?

Jika pertanyaan ini dilontarkan ke Haji Anif, maka dia akan menjawab: kerja!

Dan hal itu kembali diungkapkannya ketika Sumut Pos berkesempatan sarapan dengan pengusaha nasional tersebut di rumahnya. “Komitmen itu yang pertama,” kata Haji Anif ketika diminta berbicara soal kiat sukses.

Komitmen diletakkan Anif diposisi pertama karena tanpa komitmen usaha sama juga nol. Komitmen adalah sebuah tekad. Jika setengah-setengah atau tidak menjiwai usaha yang digeluti, maka lebih baik mundur. “Bekerja dengan hati dan fokus pada apa yang akan dituju,” katanya.

Lalu, yang kedua adalah jujur. Anif tak menampik banyak pengusaha yang nakal. Artinya, menghalalkan segala cara untuk mengambil keuntungan. “Hasil dari sebuah kejujuran akan lebih kekal,” cetusnya.

Dan yang ketiga adalah ikhlas. Untuk ikhlas, Haji Anif menjelaskan kalau rezeki itu semua berasal dari Allah. Artinya, ketika rezeki melayang, seseorang tak harus panik bahkan gila. “Ada saatnya rezeki itu hilang atau lepas dari kita, ikhlaskan saja. Hal itu pasti ada hikmahnya. Allah pasti telah menyiapkan sesuatu untuk kita. Tetap berusaha, itu intinya,” tambah Haji Anif.

Apakah tiga ‘jurus’ itu yang membuat Haji Anif sukses? Pengusaha yang akrab dengan alam ini pun bercerita asal mula dia terjun ke dunia bisnis. Dan, semua itu berawal dari sebuah bengkel kecil miliknya di Seideli, Medan.

“Semua mobil saya betuli dan saya kuasai teknologinya. Saya buat pelanggan puas. Dan dari kepuasan itulah bisnis berkembang,” jelasnya.
Di bengkel yang dia dirikan pertengahan 1960-an itulah dia kemudian bisa bergaul dengan beberapa tokoh. Tokoh-tokoh yang dimaksud secara langsung dan tak langsung memberikannya jalan hingga bisa berkembang lebih maju. Sebut saja Bupati Labuhanbatu Iwan Maksun (1966-1974) dan Bupati Asahan H Abdul Manan Simatupang (1966-1979). “Semua karena berkawan baik. Sampai-sampai, semua mobil rusak di Labuhanbatu dan Asahan harus dibetuli di bengkel saya,” ucap Haji Anif sambil tersenyum.

Haji Anif menampik kalau kenyataan itu adalah buah dari kongkalikong atau istilah sekarangnya disebut nepotisme. “Itu karena mereka puas dengan kerja saya,” katanya.

Seiring waktu bengkel itu terus berkembang. Pelanggannya pun melebar hingga ke aparat hukum seperti TNI. Namun, setelah tumbuh berkembang selama 16 tahun lebih, bengkel itu akhirnya tutup. Setahun sebelumnya, pada 1982, Haji Anif sudah melirik bisnis lain. Adalah kelapa sawit yang ingin digeluti. Dari sawit ini pula nama Haji Anif semakin diperhitungkan di Indonesia. (rbb)

Banyak yang bertanya, bagaimana cara Haji Anif bisa kaya?

Jika pertanyaan ini dilontarkan ke Haji Anif, maka dia akan menjawab: kerja!

Dan hal itu kembali diungkapkannya ketika Sumut Pos berkesempatan sarapan dengan pengusaha nasional tersebut di rumahnya. “Komitmen itu yang pertama,” kata Haji Anif ketika diminta berbicara soal kiat sukses.

Komitmen diletakkan Anif diposisi pertama karena tanpa komitmen usaha sama juga nol. Komitmen adalah sebuah tekad. Jika setengah-setengah atau tidak menjiwai usaha yang digeluti, maka lebih baik mundur. “Bekerja dengan hati dan fokus pada apa yang akan dituju,” katanya.

Lalu, yang kedua adalah jujur. Anif tak menampik banyak pengusaha yang nakal. Artinya, menghalalkan segala cara untuk mengambil keuntungan. “Hasil dari sebuah kejujuran akan lebih kekal,” cetusnya.

Dan yang ketiga adalah ikhlas. Untuk ikhlas, Haji Anif menjelaskan kalau rezeki itu semua berasal dari Allah. Artinya, ketika rezeki melayang, seseorang tak harus panik bahkan gila. “Ada saatnya rezeki itu hilang atau lepas dari kita, ikhlaskan saja. Hal itu pasti ada hikmahnya. Allah pasti telah menyiapkan sesuatu untuk kita. Tetap berusaha, itu intinya,” tambah Haji Anif.

Apakah tiga ‘jurus’ itu yang membuat Haji Anif sukses? Pengusaha yang akrab dengan alam ini pun bercerita asal mula dia terjun ke dunia bisnis. Dan, semua itu berawal dari sebuah bengkel kecil miliknya di Seideli, Medan.

“Semua mobil saya betuli dan saya kuasai teknologinya. Saya buat pelanggan puas. Dan dari kepuasan itulah bisnis berkembang,” jelasnya.
Di bengkel yang dia dirikan pertengahan 1960-an itulah dia kemudian bisa bergaul dengan beberapa tokoh. Tokoh-tokoh yang dimaksud secara langsung dan tak langsung memberikannya jalan hingga bisa berkembang lebih maju. Sebut saja Bupati Labuhanbatu Iwan Maksun (1966-1974) dan Bupati Asahan H Abdul Manan Simatupang (1966-1979). “Semua karena berkawan baik. Sampai-sampai, semua mobil rusak di Labuhanbatu dan Asahan harus dibetuli di bengkel saya,” ucap Haji Anif sambil tersenyum.

Haji Anif menampik kalau kenyataan itu adalah buah dari kongkalikong atau istilah sekarangnya disebut nepotisme. “Itu karena mereka puas dengan kerja saya,” katanya.

Seiring waktu bengkel itu terus berkembang. Pelanggannya pun melebar hingga ke aparat hukum seperti TNI. Namun, setelah tumbuh berkembang selama 16 tahun lebih, bengkel itu akhirnya tutup. Setahun sebelumnya, pada 1982, Haji Anif sudah melirik bisnis lain. Adalah kelapa sawit yang ingin digeluti. Dari sawit ini pula nama Haji Anif semakin diperhitungkan di Indonesia. (rbb)

Artikel Terkait

Tragedi Akhir Tahun si Logo Merah

Incar Bule karena Hasil Lebih Besar

Baru Mudik Usai Lebaran

Terpopuler

Artikel Terbaru

/