26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Ketika Gaya Individualistis Berbuah Tragis

Saat ini tindakan kejahatan  pencurian maupun perampokan sudah tidak pandang tempat lagi. Bukan hanya di rumah masyarakat biasa, bahkan di perumahan yang dikatagorikan high class pun digasak oleh maling.

Pengamat menganggap ini tak terlepas dari sikap individualis pemilik rumah tersebut. “Terjadinya tindakan kejahatan yang di komplek, pada umumnya di komplek high class atau relatif mapan cenderung disebabkan gaya hidup individualistis. Dan terkadang tetangga yang satu dengan yang lain tidak saling mengenal, kalau kenal pun hanya tegur sapa saja,” ucap Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP USU), Prof Badaruddin, kepada Sumut Pos, Senin (27/5).

Sambungnya, apapun yang terjadi pada tetangganya kebanyakan yang terlihat tidak dihiraukan karena dianggap itu ranah pribadi. Selain itu, kecendrungan pada saat ini, penghuni komplek tersebut lebih mengenal informasi internasional daripada informasi yang ada di tetangga.

“Yang jelas kita lihat tindakan kejahatan semakin meningkat dari kualitasnya. Ini tidak terlepas dari satuan pengamanan (sekuriti) yang terbatas. Sementara jumlah rumah komplek sangat banyak,” ucapnya.

Memang seharusnya satpam komplek lebih ketat lagi dalam pengamanan, misalkan dengan mencatat semua kendaraan yang masuk atau juga bisa menahan identias yang bersangkutan.
Dikatakan Badaruddin, seharusnya kasus yang seperti ini menggugah masyarakat di perumahan tersebut untuk peduli terhadap tetangga yang lain. “Kalau bisa dibuat peraturan komplek yang ketat karena kalau mencurigakan bisa melapor ke polisi atau satpam,” ucapnya.
Hal senada diungkapkan oleh Pengamat Sosial Dadang Darmawan. Umumnya di komplek atau perumahan hubungan sosialnya rendah, jadi cendrung pribadi. Karena tetangga komplek hanya untuk mencari hidup yang nyaman, serta hidupnya secara sendiri-sendiri, lain dengan masyarakat biasa yang tinggal bukan di komplek.
“Yang penting mereka tidak diganggu dan diusik tetangga yang lain. Akhirnya, ketika tetangganya ada masalah tetangga satu tidak tahu, karena dianggap sudah ada pengamannya,” ucapnya.

Ini juga tidak terlepas dari meningkatnya tindakan kriminalitas yang berkorelasi dengan tingkat perekonomian, yang akhirnya menjadi permasalahan ekonomi. “Ada masalah ekonomi, terkhusus Kota Medan. Seharusnya Pemerintah Kota (Pemko) Medan perlu di pertanyakan,”ucapnya.

“Seharusnya, pengamanan yang  di komplek tersebut bukan menempatkan kesalahan kepada satpam saja. Tapi, hubungan sosial harus dibangun antarwarga komplek,” jelasnya.

Belakangan ini perampokan marak di Komplek Taman Setia Budi Indah Medan. Selain pengamat, banyak yang meng anggap hal itu adalah buah dari gaya hidup individualisme dan juga buah dari ketidakbecusan pihak keamanan. Soal gaya hidup individualisme, Kepala Lingkungan II Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang, Bahransyah Hasibuan mengakui kalau warga Komplek Setia Budi yang berada di wilayahnya mulai Blok E sampai Blok M jarang sekali melapor. Padahal, seharusnya warga yang berdomisili di wilayahnya tersebut harus lapor untuk pendataan.
“Saya sampai sering mengunjungi warga dan meminta mereka ke keplign untuk melapor dengan emmbawa fotokopi KTP,” kata Bahransyah.

Bahransyah mengakui mungkin melapor bisa saja menjadi beban bagi warga komplek yang notebene memiliki kesibukan tersendiri. Namun, pendataan itu penting. Sehingga, bila ada terjadi yang tidak diinginkan Kepala Lingkungan bisa tahu langsung. “Minimal kalau ada kejadian yang tidak diinginkan Kepling bisa membantu,” katanya.

Saat ditanya berapa jumlah Kepala Keluarga yang dipimpinnya di Lingkungan II, Bahransyah menyebutkan ada sebanyak 500 Kepala Keluarga (KK)  yang berada di   wilayahnya. Dari 500 KK ini jarang sekali yang melapor. “Kalau warga tidak melapor, Kepling mana tahu siapa nama warga tersebut yang mendapat masalah,”ucapnya.

Lurah Tanjung Sari, Lilik mengajak kepada warganya berada di wilayahnya, khususnya di Komplek Setia Budi untuk peduli. Hal ini didukung Camat Medan Selayang, Zulfakhri Ahmadi. “Marilah kita budayakan dan ciptakan keharmonisan,” katanya.(*)

Saat ini tindakan kejahatan  pencurian maupun perampokan sudah tidak pandang tempat lagi. Bukan hanya di rumah masyarakat biasa, bahkan di perumahan yang dikatagorikan high class pun digasak oleh maling.

Pengamat menganggap ini tak terlepas dari sikap individualis pemilik rumah tersebut. “Terjadinya tindakan kejahatan yang di komplek, pada umumnya di komplek high class atau relatif mapan cenderung disebabkan gaya hidup individualistis. Dan terkadang tetangga yang satu dengan yang lain tidak saling mengenal, kalau kenal pun hanya tegur sapa saja,” ucap Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP USU), Prof Badaruddin, kepada Sumut Pos, Senin (27/5).

Sambungnya, apapun yang terjadi pada tetangganya kebanyakan yang terlihat tidak dihiraukan karena dianggap itu ranah pribadi. Selain itu, kecendrungan pada saat ini, penghuni komplek tersebut lebih mengenal informasi internasional daripada informasi yang ada di tetangga.

“Yang jelas kita lihat tindakan kejahatan semakin meningkat dari kualitasnya. Ini tidak terlepas dari satuan pengamanan (sekuriti) yang terbatas. Sementara jumlah rumah komplek sangat banyak,” ucapnya.

Memang seharusnya satpam komplek lebih ketat lagi dalam pengamanan, misalkan dengan mencatat semua kendaraan yang masuk atau juga bisa menahan identias yang bersangkutan.
Dikatakan Badaruddin, seharusnya kasus yang seperti ini menggugah masyarakat di perumahan tersebut untuk peduli terhadap tetangga yang lain. “Kalau bisa dibuat peraturan komplek yang ketat karena kalau mencurigakan bisa melapor ke polisi atau satpam,” ucapnya.
Hal senada diungkapkan oleh Pengamat Sosial Dadang Darmawan. Umumnya di komplek atau perumahan hubungan sosialnya rendah, jadi cendrung pribadi. Karena tetangga komplek hanya untuk mencari hidup yang nyaman, serta hidupnya secara sendiri-sendiri, lain dengan masyarakat biasa yang tinggal bukan di komplek.
“Yang penting mereka tidak diganggu dan diusik tetangga yang lain. Akhirnya, ketika tetangganya ada masalah tetangga satu tidak tahu, karena dianggap sudah ada pengamannya,” ucapnya.

Ini juga tidak terlepas dari meningkatnya tindakan kriminalitas yang berkorelasi dengan tingkat perekonomian, yang akhirnya menjadi permasalahan ekonomi. “Ada masalah ekonomi, terkhusus Kota Medan. Seharusnya Pemerintah Kota (Pemko) Medan perlu di pertanyakan,”ucapnya.

“Seharusnya, pengamanan yang  di komplek tersebut bukan menempatkan kesalahan kepada satpam saja. Tapi, hubungan sosial harus dibangun antarwarga komplek,” jelasnya.

Belakangan ini perampokan marak di Komplek Taman Setia Budi Indah Medan. Selain pengamat, banyak yang meng anggap hal itu adalah buah dari gaya hidup individualisme dan juga buah dari ketidakbecusan pihak keamanan. Soal gaya hidup individualisme, Kepala Lingkungan II Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang, Bahransyah Hasibuan mengakui kalau warga Komplek Setia Budi yang berada di wilayahnya mulai Blok E sampai Blok M jarang sekali melapor. Padahal, seharusnya warga yang berdomisili di wilayahnya tersebut harus lapor untuk pendataan.
“Saya sampai sering mengunjungi warga dan meminta mereka ke keplign untuk melapor dengan emmbawa fotokopi KTP,” kata Bahransyah.

Bahransyah mengakui mungkin melapor bisa saja menjadi beban bagi warga komplek yang notebene memiliki kesibukan tersendiri. Namun, pendataan itu penting. Sehingga, bila ada terjadi yang tidak diinginkan Kepala Lingkungan bisa tahu langsung. “Minimal kalau ada kejadian yang tidak diinginkan Kepling bisa membantu,” katanya.

Saat ditanya berapa jumlah Kepala Keluarga yang dipimpinnya di Lingkungan II, Bahransyah menyebutkan ada sebanyak 500 Kepala Keluarga (KK)  yang berada di   wilayahnya. Dari 500 KK ini jarang sekali yang melapor. “Kalau warga tidak melapor, Kepling mana tahu siapa nama warga tersebut yang mendapat masalah,”ucapnya.

Lurah Tanjung Sari, Lilik mengajak kepada warganya berada di wilayahnya, khususnya di Komplek Setia Budi untuk peduli. Hal ini didukung Camat Medan Selayang, Zulfakhri Ahmadi. “Marilah kita budayakan dan ciptakan keharmonisan,” katanya.(*)

Artikel Terkait

Tragedi Akhir Tahun si Logo Merah

Incar Bule karena Hasil Lebih Besar

Baru Mudik Usai Lebaran

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/