26.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Sapokat Nauli Collection, Kelompok Penjahit Binaan PTAR

Naik Level dari Jasa Permak ke Bordir, 10 Persen Hasil Masuk Kas

Masih usaha rumahan, tetapi keahlian anggota terus ditingkatkan. Itulah yang dilakukan kelompok menjahit ibu-ibu di Desa Batuhula, Kecamatan Batangtoru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Kelompok usaha binaan PT Agincourt Resources ini terus mengembangkan kapasitas keahlian mereka, agar mampu mandiri dan ekonomi keluarga semakin sejahtera.

—————————–

Dame Ambarita, Batangtoru

—————————–

“Dalam waktu dekat, kami akan dilatih membordir difasilitasi oleh PT Agincourt Resources. Mesin bordir udah dikirim PTAR. Rencana ke depan, kami bisa menerima bordiran badge nama seragam anak sekolah, topi, taplak meja, rok, kebaya, dan sebagainya,” kata Febryana Panjaitan (49), ketua kelompok menjahit Sapokat Nauli Collection binaan PTAR (pengelola Tambang Emas Martabe), kepada Metro Tabagsel, kemarin.

Berdiri sejak tahun 2021 lalu, anggota Sapokat Nauli Collection yang awalnya hanya mampu menerima upah jasa permak baju, kini sudah menerima order menjahit baju tunik, gamis, baju tidur, dan beberapa jenis baju lainnya. Kemampuan mereka berkembang sejak mendapat pelatihan menjahit yang difasilitasi Dinasker dan PTAR. “Yang rumit seperti kemeja, celana panjang, dan kebaya, belum mampu. Pesanan jahit rok pernah terima… tapi masih uji coba alias proyek thank you,” ungkap Febry seraya tersenyum malu-malu.

Kegiatan lainnya adalah menjahit tote bag pesanan PTAR. Pengerjaannya bekerjasama dengan KUB Batik Tapsel & Bator Craft di Kampung Pasir Kelurahan Aek Pining, Kecamatan Batangtoru, yang juga kelompok binaan PTAR. “Kemarin kami dapat pesanan menjahit 100 tote bag. Bahan tas semua dikirim oleh KUB Batik Tapsel & Bator Craft. Kami hanya menerima upah menjahit. Dikerjakan 6 orang, dua hari selesai,” katanya.

Tote bag itu menjadi souvenir PTAR untuk dibagikan kepada tamu perusahaan atau kepada pasien operasi katarak gratis, seperti yang digelar PTAR belum lama ini.

Dalam waktu dekat, jelas Febry, PTAR juga berencana memesan tote bag serupa kepada KUB Batik Tapsel & Bator Craft. “Katanya, kelompok kami akan kebagian pesanan juga. Belum tau berapa unit. Tapi lumayanlah menambah-nambah pemasukan kas dan untuk menopang ekonomi keluarga,” ucapnya.

Adapun kegiatan kelompok menjahit Sapokat Nauli Collection saat ini masih seputar menjahit pesanan-pesanan baju dari masyarakat sekitar. Upah yang mereka  kenakan di bawah harga pasar tukang jahit profesional, karena para anggota merasa belum terlalu ahli. Dari upah itu, para anggota sepakat menyetorkan 10 persen untuk kas Sapokat Nauli Collection. Uang kas itu nantinya akan digunakan untuk membeli material pakaian untuk dijahit dan dijual. “Kami sudah memproduksi baju tidur untuk dijual. Tapi masih terbatas, paling 6-7 potong per bulan. Konsepnya, kalau semua udah terjual, kami akan jahit lagi,” katanya.

Harga per potong baju tidur dijual Rp130 ribu-Rp135 ribu. Dijual door to door atau kepada pelanggan yang datang ke basecamp Sapokat Nauli Collection. Kadang, karyawan PTAR mau membeli. “Intinya, kalau bajunya cepat laku, langsung kami produksi lagi,” sebut wanita lulusan D3 Kesekretariatan Universitas HKBP Nommensen Medan ini dengan mata berbinar.

Tunik atau gamis hasil jahitannya juga sering dipesan pembeli yang tertarik melihat contoh-contoh tunik dan gamis di basecamp Sapokat Nauli Collection. Selebihnya, ada juga membeli lewat medsos, di mana hasil jahitan mereka dipamerkan. “Lumayanlah,” katanya.

Foto: Istimewa
Kelompok menjahit Sapokat Nauli Collection binaan PT Agincourt Resources di Desa Batuhula, Kecamatan Batangtoru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, terus berlatih mengembangkan kapasitas keahlian di bidang jahit-menjahit.

Ke depan, anggota Sapokat Nauli Collection punya target memiliki kios sendiri untuk tempat menjahit sekaligus memajang hasil jahitan anggota. Maklum, saat ini basecamp masih di rumah pribadi Febryana Panjaitan selaku ketua.

Berapa rata-rata penghasilan anggota per bulan? “Tergantung pesanan menjahit. Ada yang Rp300 ribu, ada yang Rp500 ribu, ada yang lebih. Lepas-lepas jajan anak dan bantu-bantu beli lauklah,” ungkapnya.

Karena kebanyakan ibu rumah tangga, anggota SNC menyesuaikan waktu menjahit dengan urusan rumah tangga. “Kerja kebanyakan di rumah masing-masing. Tapi kalau ada pola yang dianggap rumit, datang ke basecamp untuk bertanya. Atau kalau ada proyek mengerjakan tote bag, ramai-ramai ke basecamp,” kata wanita kelahiran Huta Bayu, 3 Februari 1973 lalu ini mantap.

Febryana dan rekan-rekannya belajar menjahit berawal dari pelatihan menjahit dari Disnaker Tapsel April 2022. Disusul pelatihan tahap kedua yang difasilitasi Disnaker Tapsel dan PTAR pada November-Desember 2021 lalu selama 24 hari.

Ke depan, Febryana dan rekan-rekan berharap keahlian menjahit mereka semakin mumpuni. Hingga mampu menjahit kemeja, celana panjang, bahkan kebaya. Jika keahlian menjahit makin tinggi, mereka mengaku akan pede memasang plang nama Sapokat Nauli Collection di depan rumah.

Selain memfasilitasi pelatihan menjahit, PTAR juga mengajari anggota Sapokat Nauli Collection cara menghitung harga bahan, harga jual, keuntungan, dan uang untuk kas.

“Terus terang, kami sangat terbantu dengan pendampingan dari PTAR. Tanpa pendampingan mereka, kami merasa takkan bisa mencapai semua ini. Kami juga semakin giat dan bersemangat menambah penghasilan, karena terus dipantau  dan diperhatikan.  Semoga PTAR tetap mendampingi kami sampai mahir dan mampu mandiri. Dan semoga PTAR semakin jaya,” katanya dengan senyum lebar.

Sebagai rasa terima kasih karena telah diajari menjahit secara gratis, Febryana juga memberikan pelatihan kepada ibu-ibu yang minta diajari menjahit. “Kalau ada yang mau belajar, saya suruh datang ke rumah. Gratis, karena saya juga diajari menjahit secara gratis,” katanya.

Sebelum disponsori oleh PTAR, tantangan para peserta pelatihan menjahit dari adalah tidak punya mesin jahit sendiri. Saat pelatihan dari Disnaker Tapsel, memang ada pinjaman mesin jahit, tapi dijemput lagi. “Hanya setengah tahun (dipinjamkan ke kami). Setelahnya saya pinjam ke tetangga,” katanya.

Foto: Istimewa
Kelompok menjahit Sapokat Nauli Collection binaan PT Agincourt Resources di Desa Batuhula, Kecamatan Batangtoru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, terus berlatih mengembangkan kapasitas keahlian di bidang jahit-menjahit.

Kini, Febryana dkk tidak kesulitan lagi. “Puji Tuhan, dapat mesin jahit dari PTAR. Jadi saya tidak perlu pinjam mesin jahit lagi. Mesin jahit ini bukan hak milik, tapi bisa kami gunakan sehari-hari,” katanya.

Di bawah binaan PTAR, Febryana dll diharapkan menjadi tim konveksi. Ia berharap, anggota tetap menjaga kekompakan untuk kemajuan bersama. “Ke depannya kami berharap tim ini bisa jadi satu konveksi. Sama-sama bekerja dalam satu tim,” katanya.

Meriah Tinambunan, Senior Supervisor SME PTAR, yang mendampingi NSC mengatakan, PTAR terus me-review perkembangan skill kelompok penjahit Sapokat Nauli Collection selama tahun program 2022. “Setelah melakukan identifikasi kemampuan dan pasar, PTAR akan mengembangkan kompetensi anggota SNC di bidang bordir, jahit pakaian laki-laki, dan pengembangan usaha di bidang konveksi, pakaian pesta, dan aksesorisnya,” katanya.

Pengembangan usaha tidak terbatas pada layanan jasa jahit dan permak pakaian, namun akan dikembangkan juga pada penyediaan bahan atau material pendukung kegiatan menjahit, seperti kain, benang, mote, resleting.

“Sebagai pengembangan diversifikasi usaha, PTAR akan membantu SNC mempatenkan hak paten merek SNC untuk memperluas pasar,” katanya.

Pengembangan ini diharapkan semakin mendorong geliat perekonomian masyarakat setempat, terutama kelompok perempuan yang menjadi salah satu kelompok sasaran pemberdayaan PTAR.

Mengapa perempuan? “Karena perempuan termasuk dalam kelompok rentan yang hak-haknya harus diperhatikan. Di antaranya hak untuk mendapatkan kesemapatan untuk berusaha dan memperoleh penghidupan yang layak,” sebutnya.

Melalui pendampingan kelompok penjahit, perempuan di Batangtoru diharapkan bisa menjadi lebih mandiri dan berdaya, serta mampu berkontribusi secara nyata bagi peningkatan kesejahteraan keluarganya. (mea)

Masih usaha rumahan, tetapi keahlian anggota terus ditingkatkan. Itulah yang dilakukan kelompok menjahit ibu-ibu di Desa Batuhula, Kecamatan Batangtoru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Kelompok usaha binaan PT Agincourt Resources ini terus mengembangkan kapasitas keahlian mereka, agar mampu mandiri dan ekonomi keluarga semakin sejahtera.

—————————–

Dame Ambarita, Batangtoru

—————————–

“Dalam waktu dekat, kami akan dilatih membordir difasilitasi oleh PT Agincourt Resources. Mesin bordir udah dikirim PTAR. Rencana ke depan, kami bisa menerima bordiran badge nama seragam anak sekolah, topi, taplak meja, rok, kebaya, dan sebagainya,” kata Febryana Panjaitan (49), ketua kelompok menjahit Sapokat Nauli Collection binaan PTAR (pengelola Tambang Emas Martabe), kepada Metro Tabagsel, kemarin.

Berdiri sejak tahun 2021 lalu, anggota Sapokat Nauli Collection yang awalnya hanya mampu menerima upah jasa permak baju, kini sudah menerima order menjahit baju tunik, gamis, baju tidur, dan beberapa jenis baju lainnya. Kemampuan mereka berkembang sejak mendapat pelatihan menjahit yang difasilitasi Dinasker dan PTAR. “Yang rumit seperti kemeja, celana panjang, dan kebaya, belum mampu. Pesanan jahit rok pernah terima… tapi masih uji coba alias proyek thank you,” ungkap Febry seraya tersenyum malu-malu.

Kegiatan lainnya adalah menjahit tote bag pesanan PTAR. Pengerjaannya bekerjasama dengan KUB Batik Tapsel & Bator Craft di Kampung Pasir Kelurahan Aek Pining, Kecamatan Batangtoru, yang juga kelompok binaan PTAR. “Kemarin kami dapat pesanan menjahit 100 tote bag. Bahan tas semua dikirim oleh KUB Batik Tapsel & Bator Craft. Kami hanya menerima upah menjahit. Dikerjakan 6 orang, dua hari selesai,” katanya.

Tote bag itu menjadi souvenir PTAR untuk dibagikan kepada tamu perusahaan atau kepada pasien operasi katarak gratis, seperti yang digelar PTAR belum lama ini.

Dalam waktu dekat, jelas Febry, PTAR juga berencana memesan tote bag serupa kepada KUB Batik Tapsel & Bator Craft. “Katanya, kelompok kami akan kebagian pesanan juga. Belum tau berapa unit. Tapi lumayanlah menambah-nambah pemasukan kas dan untuk menopang ekonomi keluarga,” ucapnya.

Adapun kegiatan kelompok menjahit Sapokat Nauli Collection saat ini masih seputar menjahit pesanan-pesanan baju dari masyarakat sekitar. Upah yang mereka  kenakan di bawah harga pasar tukang jahit profesional, karena para anggota merasa belum terlalu ahli. Dari upah itu, para anggota sepakat menyetorkan 10 persen untuk kas Sapokat Nauli Collection. Uang kas itu nantinya akan digunakan untuk membeli material pakaian untuk dijahit dan dijual. “Kami sudah memproduksi baju tidur untuk dijual. Tapi masih terbatas, paling 6-7 potong per bulan. Konsepnya, kalau semua udah terjual, kami akan jahit lagi,” katanya.

Harga per potong baju tidur dijual Rp130 ribu-Rp135 ribu. Dijual door to door atau kepada pelanggan yang datang ke basecamp Sapokat Nauli Collection. Kadang, karyawan PTAR mau membeli. “Intinya, kalau bajunya cepat laku, langsung kami produksi lagi,” sebut wanita lulusan D3 Kesekretariatan Universitas HKBP Nommensen Medan ini dengan mata berbinar.

Tunik atau gamis hasil jahitannya juga sering dipesan pembeli yang tertarik melihat contoh-contoh tunik dan gamis di basecamp Sapokat Nauli Collection. Selebihnya, ada juga membeli lewat medsos, di mana hasil jahitan mereka dipamerkan. “Lumayanlah,” katanya.

Foto: Istimewa
Kelompok menjahit Sapokat Nauli Collection binaan PT Agincourt Resources di Desa Batuhula, Kecamatan Batangtoru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, terus berlatih mengembangkan kapasitas keahlian di bidang jahit-menjahit.

Ke depan, anggota Sapokat Nauli Collection punya target memiliki kios sendiri untuk tempat menjahit sekaligus memajang hasil jahitan anggota. Maklum, saat ini basecamp masih di rumah pribadi Febryana Panjaitan selaku ketua.

Berapa rata-rata penghasilan anggota per bulan? “Tergantung pesanan menjahit. Ada yang Rp300 ribu, ada yang Rp500 ribu, ada yang lebih. Lepas-lepas jajan anak dan bantu-bantu beli lauklah,” ungkapnya.

Karena kebanyakan ibu rumah tangga, anggota SNC menyesuaikan waktu menjahit dengan urusan rumah tangga. “Kerja kebanyakan di rumah masing-masing. Tapi kalau ada pola yang dianggap rumit, datang ke basecamp untuk bertanya. Atau kalau ada proyek mengerjakan tote bag, ramai-ramai ke basecamp,” kata wanita kelahiran Huta Bayu, 3 Februari 1973 lalu ini mantap.

Febryana dan rekan-rekannya belajar menjahit berawal dari pelatihan menjahit dari Disnaker Tapsel April 2022. Disusul pelatihan tahap kedua yang difasilitasi Disnaker Tapsel dan PTAR pada November-Desember 2021 lalu selama 24 hari.

Ke depan, Febryana dan rekan-rekan berharap keahlian menjahit mereka semakin mumpuni. Hingga mampu menjahit kemeja, celana panjang, bahkan kebaya. Jika keahlian menjahit makin tinggi, mereka mengaku akan pede memasang plang nama Sapokat Nauli Collection di depan rumah.

Selain memfasilitasi pelatihan menjahit, PTAR juga mengajari anggota Sapokat Nauli Collection cara menghitung harga bahan, harga jual, keuntungan, dan uang untuk kas.

“Terus terang, kami sangat terbantu dengan pendampingan dari PTAR. Tanpa pendampingan mereka, kami merasa takkan bisa mencapai semua ini. Kami juga semakin giat dan bersemangat menambah penghasilan, karena terus dipantau  dan diperhatikan.  Semoga PTAR tetap mendampingi kami sampai mahir dan mampu mandiri. Dan semoga PTAR semakin jaya,” katanya dengan senyum lebar.

Sebagai rasa terima kasih karena telah diajari menjahit secara gratis, Febryana juga memberikan pelatihan kepada ibu-ibu yang minta diajari menjahit. “Kalau ada yang mau belajar, saya suruh datang ke rumah. Gratis, karena saya juga diajari menjahit secara gratis,” katanya.

Sebelum disponsori oleh PTAR, tantangan para peserta pelatihan menjahit dari adalah tidak punya mesin jahit sendiri. Saat pelatihan dari Disnaker Tapsel, memang ada pinjaman mesin jahit, tapi dijemput lagi. “Hanya setengah tahun (dipinjamkan ke kami). Setelahnya saya pinjam ke tetangga,” katanya.

Foto: Istimewa
Kelompok menjahit Sapokat Nauli Collection binaan PT Agincourt Resources di Desa Batuhula, Kecamatan Batangtoru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, terus berlatih mengembangkan kapasitas keahlian di bidang jahit-menjahit.

Kini, Febryana dkk tidak kesulitan lagi. “Puji Tuhan, dapat mesin jahit dari PTAR. Jadi saya tidak perlu pinjam mesin jahit lagi. Mesin jahit ini bukan hak milik, tapi bisa kami gunakan sehari-hari,” katanya.

Di bawah binaan PTAR, Febryana dll diharapkan menjadi tim konveksi. Ia berharap, anggota tetap menjaga kekompakan untuk kemajuan bersama. “Ke depannya kami berharap tim ini bisa jadi satu konveksi. Sama-sama bekerja dalam satu tim,” katanya.

Meriah Tinambunan, Senior Supervisor SME PTAR, yang mendampingi NSC mengatakan, PTAR terus me-review perkembangan skill kelompok penjahit Sapokat Nauli Collection selama tahun program 2022. “Setelah melakukan identifikasi kemampuan dan pasar, PTAR akan mengembangkan kompetensi anggota SNC di bidang bordir, jahit pakaian laki-laki, dan pengembangan usaha di bidang konveksi, pakaian pesta, dan aksesorisnya,” katanya.

Pengembangan usaha tidak terbatas pada layanan jasa jahit dan permak pakaian, namun akan dikembangkan juga pada penyediaan bahan atau material pendukung kegiatan menjahit, seperti kain, benang, mote, resleting.

“Sebagai pengembangan diversifikasi usaha, PTAR akan membantu SNC mempatenkan hak paten merek SNC untuk memperluas pasar,” katanya.

Pengembangan ini diharapkan semakin mendorong geliat perekonomian masyarakat setempat, terutama kelompok perempuan yang menjadi salah satu kelompok sasaran pemberdayaan PTAR.

Mengapa perempuan? “Karena perempuan termasuk dalam kelompok rentan yang hak-haknya harus diperhatikan. Di antaranya hak untuk mendapatkan kesemapatan untuk berusaha dan memperoleh penghidupan yang layak,” sebutnya.

Melalui pendampingan kelompok penjahit, perempuan di Batangtoru diharapkan bisa menjadi lebih mandiri dan berdaya, serta mampu berkontribusi secara nyata bagi peningkatan kesejahteraan keluarganya. (mea)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/