29 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Pemko Medan Beli Lahan Situs Kota China

Penelitian Terkendala Akibat Tanah Milik Warga

Kondisi situs Kota China di Kelurahan Paya Pasir, Kecamatan Medan Marelan belum dikelola, bahkan bisa disebut kondisinya terabaikan. Padahal di lokasi itu sudah berdiri museum dan banyak arkeologi internasional melakukan penelitian di lokasi tersebut.

Wali Kota Medan, Rahudman Harahap mengakui, Kota Medan memiliki nilai sejarah cukup tinggi. Kondisinya selama ini memang  terabaikan dan kurang diperhatikan. Padahal, situs tersebut sudah tercatat di arkeologi internasional. Bahkan, kawasan tersebut akan dikembangkan menjadi kawasan wisata sejarah.

“Ini situs yang sudah terabaikan. Pemerintah kurang memberikan perhatian. Bagaimana langkah kita di mata arkeolog dunia, kalau sempat bangun jalan di atas situs peninggalan sejarah ini,” katanya saat melakukan peninjauan langsung ke situs Kota China, Kamis (23/2).
Rahudman mengaku, sudah lama mendengar situs Kota China ini, dan menurutnya merupakan kawasan yang luar biasa serta memiliki nilai sejarah tinggi. “Situs Kota China sudah tercatat dalam arkeolog internasional. Buktinya, ada peneliti dari arkeolog Prancis yang sedang di sini menjelaskan bagaimana kehidupan 800 tahun lalu,” terangnya.

“Pemko Medan memiliki rencana untuk mengembangkannya. Kami melihat tadi penggalian seluas 300 meter di tengah-tengah pemukiman warga. Ke depan, kami akan melakukan pendekatan kepada masyarakat. Sehingga warga bersedia memberikan lahannya untuk dilakukan penelitian jejak arkeolog,” sambungnya.

Dia menjelaskan, selama ini Pemko Medan sudah membangun jalan setapak dan jalan-jalan di kawasan tersebut. Sehingga infrastrukturnya sudah relatif baik dan dapat mendatangkan kunjungan wisatawan ke kawasan tersebut.
“Sekarang ini tinggal promosi, harus ada langkah-langkah Pemko Medan untuk turut bertanggung jawab menjadi situs Kota China sebagai objek penelitian, dan mengenalkan kawasan ini menjadi wisata sejarah,” jelasnya.

Lebih lanjut, dia menegaskan, kawasan seluas 25 hektar di situs Kota China akan dibebaskan. Adapun hal pertama yang dilakukan  Pemko Medan, yakni survey lapangan.

“Kami survey dulu nanti, setelah itu barulah ditampung, karena ini peninggalan sejarah dan kami tidak bisa main-main. Kedua, menungu bagaimana langkah-langkah yang akan dilakukan. Sedangkan untuk yang ketiga, Pemko Medan akan melakukan sosialisasi terhadap kawasan ini dengan melakukan lounching tentang situs China. Jadi yang ketiga ini akan segera dilakukan secepatnya,” jelasnya.

Dalam kesempatan itu, Rahudman mengapresiasikan penelitian-penelitian sejarah yang sudah dilakukan oleh peneliti, baik dari Pusat Ilmu-ilmu Sosial dan Sejarah (PUSSIS) Unimed maupun peneliti dari Prancis, Daniel Perret.

“Kami mengapresiasi penelitian arkeolog yang sudah dilakukan para peneliti lokal maupun peneliti luar negeri di kawasan situs Kota China ini. Saya akan menyurati secara resmi dan meminta kepada Pemerintah Perancis, agar peneliti asal Perancis, Daniel Perret dapat melanjutkan penelitiannya terhadap situs Kota China,” jelasnya.

Seorang warga di sekitar situs Kota China, Payah Pasir, Asari (48) mengaku sehari-hari bekerja sebagai petani. Di wilayah itu, diketahuinya sejak dulu warga payah pasir banyak menemukan barang-barang antik. “Aku saja,  kalau  mencangkul pasti temukan serpihan keramik,” sebutnya.
Sementara itu, dia menyatakan, untuk nama daerah situs Kota China di Payah Pasir sendiri sudah lama. Di lokasi tersebut memang tidak ada keturuan etnis Tionghoa, namun nama Kota China sudah lama melekat.

“Bisa saja karena peninggalananya, sejak saya lahir namanya memang Kota China,” ujarnya.(adl)

Penting Diteliti

Peneliti asal Prancis, Daniel Perret  mengaku sudah melakukan penelitian dan penggalian jejak arkeolog di kawasan situs Kota China selama tiga bulan. Penelitian itu merupakan tahap awal untuk memastikan situs tersebut adalah situ Kota China.
“Di sini kami melakukan eskavasi untuk tiga kotak. Dari tiga kotak yang digali ditemukan artefak dan keyakinan ke kami untuk melanjutkan penelitian di situs Kota China. Bagi saya, seorang sejarawan, situs ini sangat penting. Bukan hanya untuk mengungkap sejarah Sumut tapi sejarah Asia Tenggara pada umumnya,” ujarnya.

Dia memaparkan, selama ini pihaknya sudah meneliti situs Barus, situs Sipahutung di Padang Lawas. Tapi, berbeda dengan situs Kota China ini, perlu terus dilakukan penelitian. Karena semakin lama, sejarah Sumut akan semakin didasari dengan data-data yang kuat yang berasal dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan.

“Yang jelas,  pertama kawasannya sudah jelas dulu ada permukiman kuno di sini. Ini bisa dilihat dari jumlah artefak, jumlah permukiman padat. Kedua merupakan sesuatu yang istimewa, bahan organik seperti tulang, kayu, kerang masih ada dan masih utuh dan ini sesuatu yang istimewa di situs kuno, kesempatan untuk membuat penelitian lebih lanjut,” katanya.

Daniel menambahkan, penelitian yang dilakukan masih dalam tahap awal, sehingga belum masuk ke tahapan analisis.
“Selama tiga minggu sudah melakukan penggalian bersama Pusat Penelitian Pengembangan Arkeolog Nasional dan Balai Arkeolog Medan, tapi masih tahap tinjauan awal. Hasil penelitian masih sekitar 100 meter, dan kita membutuhkan penelitian 1.000 meter. Tahun depan kami akan berupaya kembali melakukan penelitian di sini,” sebutnya.

Dia menamabahkan, dari hasil penelitian awal yang dilakukannya, boleh dikatakan di situs Kota China ini merupakan hunian yang lebih awal dari daerah lainnya, diperkirakan hunian ini sudah ada sejak abad ke-11 dan awal abad 14.

“Semakin banyak melakukan penggalian, mudah-mudahan menemukan indikasi yang lebih awal. Padang Lawas dan di Barus itu penghunian diperkirakan abad ke 9, bisa jadi di situs Kota China lebih di awal, tapi hingga sekarang memang belum ada menemukan bukti kalau di sini ada kerajaan. Adanya candi dan prasasti di sana, yang jelas ini tempat pemukiman kuno,” terangnya.

Daniel menyatakan, untuk luas situs Kota China ini diperkirakan seluas 25 hektar yang dimulai dari kawasan Danau Siombak di utara hingga ke Gang Kaming di Selatan.

“Dari hasil survey kami di permukaan tanah dan dari pecahan keramik serta tembikar yang ditemukan di sini, luas situs ini sekitar 25 hektar,” sebutnya yang mengaku sudah 20 tahun tinggal di Sumut.(adl)

Pindahkan Penjual Guci Belawan

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Medan, Busral Manan mengatakan lokasi ditemukannya benda-benda, yang diperkirakan pada peradaban China  abad 11 di Kelurahan Payah Pasir, dijadikan situs arkeologi oleh Pemko Medan.
“Dengan adanya penemuan benda-benda peninggalan sejarah, yang nilainya tingi akan membuat masyarakat tahu, di Paya Pasir ini pernah ada peradaban China yang maju dahulunya,” ujarnya.

Menurut Busral, Pemko Medan akan melakukan pembebasan lahan terhadap tanah masyarakat sesuai dengan perintah Wali Kota Medan. Hal itu tentunya dapat memudahkan peneliti melakukan penggalian.

“Saya memberikan apresiasi kepada Daniel (arkeolog asal Prancis) yang  menggali kekayaan sejarah di Kota Medan. Selain itu, dalam waktu dekat Pemko Medan akan melakukan lounching situs Kota China, sehingga semua masyarakat tahu wilayah situs Kota China ini,” sebutnya.

Selain itu, paparnya untuk mendukung pariwisata penjual guci dan barang antik di Belawan akan dipindahkan ke lokasi situs Kota China.
Tujuannya, perpindahan tersebut sebagai lokasi penjualan barang antik akan membantu dalam mensosialisasikan tentang keberadaan situs Kota China.(adl)

Penelitian Terkendala Akibat Tanah Milik Warga

Kondisi situs Kota China di Kelurahan Paya Pasir, Kecamatan Medan Marelan belum dikelola, bahkan bisa disebut kondisinya terabaikan. Padahal di lokasi itu sudah berdiri museum dan banyak arkeologi internasional melakukan penelitian di lokasi tersebut.

Wali Kota Medan, Rahudman Harahap mengakui, Kota Medan memiliki nilai sejarah cukup tinggi. Kondisinya selama ini memang  terabaikan dan kurang diperhatikan. Padahal, situs tersebut sudah tercatat di arkeologi internasional. Bahkan, kawasan tersebut akan dikembangkan menjadi kawasan wisata sejarah.

“Ini situs yang sudah terabaikan. Pemerintah kurang memberikan perhatian. Bagaimana langkah kita di mata arkeolog dunia, kalau sempat bangun jalan di atas situs peninggalan sejarah ini,” katanya saat melakukan peninjauan langsung ke situs Kota China, Kamis (23/2).
Rahudman mengaku, sudah lama mendengar situs Kota China ini, dan menurutnya merupakan kawasan yang luar biasa serta memiliki nilai sejarah tinggi. “Situs Kota China sudah tercatat dalam arkeolog internasional. Buktinya, ada peneliti dari arkeolog Prancis yang sedang di sini menjelaskan bagaimana kehidupan 800 tahun lalu,” terangnya.

“Pemko Medan memiliki rencana untuk mengembangkannya. Kami melihat tadi penggalian seluas 300 meter di tengah-tengah pemukiman warga. Ke depan, kami akan melakukan pendekatan kepada masyarakat. Sehingga warga bersedia memberikan lahannya untuk dilakukan penelitian jejak arkeolog,” sambungnya.

Dia menjelaskan, selama ini Pemko Medan sudah membangun jalan setapak dan jalan-jalan di kawasan tersebut. Sehingga infrastrukturnya sudah relatif baik dan dapat mendatangkan kunjungan wisatawan ke kawasan tersebut.
“Sekarang ini tinggal promosi, harus ada langkah-langkah Pemko Medan untuk turut bertanggung jawab menjadi situs Kota China sebagai objek penelitian, dan mengenalkan kawasan ini menjadi wisata sejarah,” jelasnya.

Lebih lanjut, dia menegaskan, kawasan seluas 25 hektar di situs Kota China akan dibebaskan. Adapun hal pertama yang dilakukan  Pemko Medan, yakni survey lapangan.

“Kami survey dulu nanti, setelah itu barulah ditampung, karena ini peninggalan sejarah dan kami tidak bisa main-main. Kedua, menungu bagaimana langkah-langkah yang akan dilakukan. Sedangkan untuk yang ketiga, Pemko Medan akan melakukan sosialisasi terhadap kawasan ini dengan melakukan lounching tentang situs China. Jadi yang ketiga ini akan segera dilakukan secepatnya,” jelasnya.

Dalam kesempatan itu, Rahudman mengapresiasikan penelitian-penelitian sejarah yang sudah dilakukan oleh peneliti, baik dari Pusat Ilmu-ilmu Sosial dan Sejarah (PUSSIS) Unimed maupun peneliti dari Prancis, Daniel Perret.

“Kami mengapresiasi penelitian arkeolog yang sudah dilakukan para peneliti lokal maupun peneliti luar negeri di kawasan situs Kota China ini. Saya akan menyurati secara resmi dan meminta kepada Pemerintah Perancis, agar peneliti asal Perancis, Daniel Perret dapat melanjutkan penelitiannya terhadap situs Kota China,” jelasnya.

Seorang warga di sekitar situs Kota China, Payah Pasir, Asari (48) mengaku sehari-hari bekerja sebagai petani. Di wilayah itu, diketahuinya sejak dulu warga payah pasir banyak menemukan barang-barang antik. “Aku saja,  kalau  mencangkul pasti temukan serpihan keramik,” sebutnya.
Sementara itu, dia menyatakan, untuk nama daerah situs Kota China di Payah Pasir sendiri sudah lama. Di lokasi tersebut memang tidak ada keturuan etnis Tionghoa, namun nama Kota China sudah lama melekat.

“Bisa saja karena peninggalananya, sejak saya lahir namanya memang Kota China,” ujarnya.(adl)

Penting Diteliti

Peneliti asal Prancis, Daniel Perret  mengaku sudah melakukan penelitian dan penggalian jejak arkeolog di kawasan situs Kota China selama tiga bulan. Penelitian itu merupakan tahap awal untuk memastikan situs tersebut adalah situ Kota China.
“Di sini kami melakukan eskavasi untuk tiga kotak. Dari tiga kotak yang digali ditemukan artefak dan keyakinan ke kami untuk melanjutkan penelitian di situs Kota China. Bagi saya, seorang sejarawan, situs ini sangat penting. Bukan hanya untuk mengungkap sejarah Sumut tapi sejarah Asia Tenggara pada umumnya,” ujarnya.

Dia memaparkan, selama ini pihaknya sudah meneliti situs Barus, situs Sipahutung di Padang Lawas. Tapi, berbeda dengan situs Kota China ini, perlu terus dilakukan penelitian. Karena semakin lama, sejarah Sumut akan semakin didasari dengan data-data yang kuat yang berasal dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan.

“Yang jelas,  pertama kawasannya sudah jelas dulu ada permukiman kuno di sini. Ini bisa dilihat dari jumlah artefak, jumlah permukiman padat. Kedua merupakan sesuatu yang istimewa, bahan organik seperti tulang, kayu, kerang masih ada dan masih utuh dan ini sesuatu yang istimewa di situs kuno, kesempatan untuk membuat penelitian lebih lanjut,” katanya.

Daniel menambahkan, penelitian yang dilakukan masih dalam tahap awal, sehingga belum masuk ke tahapan analisis.
“Selama tiga minggu sudah melakukan penggalian bersama Pusat Penelitian Pengembangan Arkeolog Nasional dan Balai Arkeolog Medan, tapi masih tahap tinjauan awal. Hasil penelitian masih sekitar 100 meter, dan kita membutuhkan penelitian 1.000 meter. Tahun depan kami akan berupaya kembali melakukan penelitian di sini,” sebutnya.

Dia menamabahkan, dari hasil penelitian awal yang dilakukannya, boleh dikatakan di situs Kota China ini merupakan hunian yang lebih awal dari daerah lainnya, diperkirakan hunian ini sudah ada sejak abad ke-11 dan awal abad 14.

“Semakin banyak melakukan penggalian, mudah-mudahan menemukan indikasi yang lebih awal. Padang Lawas dan di Barus itu penghunian diperkirakan abad ke 9, bisa jadi di situs Kota China lebih di awal, tapi hingga sekarang memang belum ada menemukan bukti kalau di sini ada kerajaan. Adanya candi dan prasasti di sana, yang jelas ini tempat pemukiman kuno,” terangnya.

Daniel menyatakan, untuk luas situs Kota China ini diperkirakan seluas 25 hektar yang dimulai dari kawasan Danau Siombak di utara hingga ke Gang Kaming di Selatan.

“Dari hasil survey kami di permukaan tanah dan dari pecahan keramik serta tembikar yang ditemukan di sini, luas situs ini sekitar 25 hektar,” sebutnya yang mengaku sudah 20 tahun tinggal di Sumut.(adl)

Pindahkan Penjual Guci Belawan

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Medan, Busral Manan mengatakan lokasi ditemukannya benda-benda, yang diperkirakan pada peradaban China  abad 11 di Kelurahan Payah Pasir, dijadikan situs arkeologi oleh Pemko Medan.
“Dengan adanya penemuan benda-benda peninggalan sejarah, yang nilainya tingi akan membuat masyarakat tahu, di Paya Pasir ini pernah ada peradaban China yang maju dahulunya,” ujarnya.

Menurut Busral, Pemko Medan akan melakukan pembebasan lahan terhadap tanah masyarakat sesuai dengan perintah Wali Kota Medan. Hal itu tentunya dapat memudahkan peneliti melakukan penggalian.

“Saya memberikan apresiasi kepada Daniel (arkeolog asal Prancis) yang  menggali kekayaan sejarah di Kota Medan. Selain itu, dalam waktu dekat Pemko Medan akan melakukan lounching situs Kota China, sehingga semua masyarakat tahu wilayah situs Kota China ini,” sebutnya.

Selain itu, paparnya untuk mendukung pariwisata penjual guci dan barang antik di Belawan akan dipindahkan ke lokasi situs Kota China.
Tujuannya, perpindahan tersebut sebagai lokasi penjualan barang antik akan membantu dalam mensosialisasikan tentang keberadaan situs Kota China.(adl)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/