Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Medan tengah meminta Wali Kota Medan untuk menyetujui usulan kenaikan angkotan umum (Angkot) di Kota Medan. Dalam usulan kenaikkan tarif baru, untuk penumpang umum per estafet sebesar Rp5.000, sedangkan pelajar per estafet Rp3.000.
Terkait dengan usulan kenaikan ongkos angkot tersebut, Wali Kota Medan Drs Rahudman Harahap menindaklanjutinya dengan langsung mengecek ke lapangan. Dalam hal ini, Wali Kota Medan langsung menyambangi Terminal Terpadu Amplas (TTA), kemarin. “Peninjauan yang kita lakukan salah satunya untuk mengecek langsung terkait usulan kenaikan tarif angkot yang diajukan Organda Medan,” ujar Rahudman yang didampingi Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Medan Renward Parapat beserta sejumlah pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemko Medan.
Dalam kesempatan peninjauan itu, Wali Kota Medan mendatangi sejumlah sopir untuk bisa mendengarkan keluhan mereka secara langsung. Wali Kota menerima keluhan para sopir soal tumpang tindih trayek sehingga menyebabkan jumlah penumpang berkurang. Tentu saja kondisi itu menyebabkan penghasilan mereka drastis menurun. “Jadi penghasilan kami sekarang hanya pas-pasan untuk makan sehari-hari saja,” ungkap salah seorang pengemudi angkutan Rahayu kepada Wali Kota.
“Mungkin dengan pelayanan yang baik, penumpang dapat bertahan dan meningkat kembali jumlahnya karena merasa aman dan nyaman selama naik angkot,” jawab Rahudman kepada para sopir yang mengeluh.
Meski demikian, Wali Kota menyikapi langsung keluhan para sopir. Ia memerintahkan langsung Kadishub Medan untuk segera mengkaji ulang trayek sehingga tidak ada tumpang tindih. “Kaji lagi jumlah trayek yang tumpang-tindih,” instruksi Rahudman kepada Kadishub Medan.
Di lokasi itu, Wali Kota Medan juga bertemu dengan pengurus Organda yang menyampaikan sejumlah masukan dalam rangka perbaikan terminal Amplas. Di antaranya, memberikan kemudahan kepada para penumpang terkait jalur maupun trayek yang ada di terminal tersebut. Hal itu untuk memudahkan penumpang yang akan mencari tujuan trayek angkot mereka. Wali Kota sangat senang menerima usulan tersebut. “Usulan dari Organda ini sangat baik, kita segera tindaklanjuti,” tegasnya.
Dalam tinjauan di Terminal Amplas, Wali Kota mendapati kondisi terminal sangat kumuh, terutama bagi depan. Dengan pemandangan seperti itu, maka penumpang bakal tidak akan mau masuk ke terminal Amplas. Begitu juga infra struktur dan fasilitas yang ada, kondisinya tidak layak, terutama kamar mandi.
Untuk itu, Wali Kota akan mengucurkan anggaran Rp10 miliar guna merevitalisasi terminal Amplas pada tahun 2013 ini.
Anggaran sekitar Rp10 miliar itu akan diperuntukkan untuk merevitaliasi sejumlah infrastruktur terminal Amplas yang berdiri di atas tanah seluas 5 hektar. “Kami mau menciptakan terminal yang benar-benar membuat masyarakat dan seluruh penumpang nyaman,” ujarnya. (dya/adv)
Penghasilan Sopir Angkot Paling Banyak Rp40 Ribu
Penghasilan sopir angkot sangat minim. Per harinya hanya mampu mengumpulkan hasil Rp25 ribu hingga Rp40 ribu. Tentu saja hal ini membuat para sopir angkot meradang.
Hal inilah yang mendorong Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Medan mengusulkan tarif angkot baru ke Wali Kota. Dengan harapan, Wali Kota maupun anggota dewan mau peduli dengan keluhan para sopir angkot.
Ketua DPC Organda Medan MG Munthe mengatakan, tarif lama angkot pada tahun 2009 per estefnya untuk pelajar Rp1.600 , sedangkan penumpang umum Rp2.600 per estafet. Tarif ini bahkan sudah tiga tahun belum berubah. Sehingga, membuat penghasilan sopir angkot memprihatinkan, hanya berpenghasilan sekitar Rp25 ribu- Rp40 ribu per hari. “Tentu saja penghasilannya tak sebanding dengan tingkat kebutuhan ekonomi yang tinggi,” kata MG.
Sebab, lanjutnya, para sopir tak mampu menutupi biaya kehidupan keluarganya, dimana harga sembako setiap hari mengalami kenaikkan, sementara penghasilan sopir tidak mencukupi. Belum lagi ditambah harga suku cadang angkot setiap harinya terus merangkak naik sehingga membuat pemilik angkot tak mampu melakukan peremajaan angkot. Ini menyebabkan banyak angkot tidak beroperasi kembali karena harga suku cadang sangat mahal. “Kita tidak mampu melakukan peremajaan. Harga suku cadang terus naik sehingga kita tak mampu memberikan pelayanan terbaik bagi penumpang untuk fasilitas angkot,” tambah MG. (gus/ial/dya)