27 C
Medan
Tuesday, July 2, 2024

Atasi Banjir, Pemko Medan Korek Dua Sungai

Satu upaya mengantisipasi persoalan banjir di Kota Medan, Pemko Medan mendatangkan dua unit ponton atau alat pengorekan sungai yang dibeli dari Surabaya. Kedua alat itu sudah diturunkan untuk mengorek sendimentasi Sungai Babura dan Sungai Bederah.

TINJAU: Wali Kota Medan Rahudman Harahap (kiri) didampingi Wakil Wali Kota Medan Dzulmi Eldin  Kadis Bina Marga Gunawan Lubis meninjau pengorekan Sungai Babura  Jalan AH Nasution.
TINJAU: Wali Kota Medan Rahudman Harahap (kiri) didampingi Wakil Wali Kota Medan Dzulmi Eldin dan Kadis Bina Marga Gunawan Lubis meninjau pengorekan Sungai Babura di Jalan AH Nasution.

Operasional dua alat pengorekan sungai itu dimulai pada bulan suci Ramadan lalu, kedua alat itu sudah mengorek sendimentasi Sungai Babura sepanjang lebih kurang 1 KM.

Seperti diutarakan Wali Kota Medan, Drs H Rahudman Harahap MM didampingi  Wakil Wali Kota Drs H Dzulmi Eldin MSi, Sekda Ir Syaiful Bahri serta Kadis Bina Marga Ir Gunawan saat meninjau pengorekan Sungai Babura di Jalan A Haris Nasution, Senin (27/8).

Dia menyebutkan, setelah dilakukan pengorekan, tumpukan lumpur akan dipindahkan di pinggiran sungai. Hal itu dilakukan berulang-ulang sehingga dasar sungai sidikit demi sedikit mengalami jadi dalam.

“Belakangan ini yang menjadi tantangan adalah banjir. Setelah dilakukan evaluasi, satu penyebabnya adalah pendangkalan sungai diakibatkan sendimentasi. Seharusnya ini menjadi tanggung jawab Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera II, namun BWS Sumatera II tidak memiliki alat. Demi kepentingan masyarakat, maka kami mendatangkan ponton untuk melakukan pengerekan sungai,” kata Wali Kota.

Kehadiran kedua unit alat ini, Rahudman mengharapkan mampu mengatasi persoalan banjir. Karenanya, ponton akan dioperasikan untuk mengorek sendimentasi di tiga sungai yang mengaliri Kota Medan yakni Sungai Babura, Sungai Deli dan Sungai Bederah, terutama kawasan sungai yang selama ini menjadi titik-titik banjir akibat terjadinya pendangkalan.

Seperti pendangkalan yang terjadi di sungai Bederah, seharusnya jadi pembuangan air dari arah selatan ke utara. Walaupun di situ ada proyek Medan Urban Development Project (MUDP) tetapi tidak berfungsi. Untuk itu akan dilakukan pengorekan dan pelebaran sehingga mampu mengatasi banjir yang selama ini terjadi.

Kemudian, Rahudman menjelaskan, lumpur hasil pengorekan dasar sungai sengaja ditempatkan di sisi kiri dan kanan sungai untuk melakukan penguatan dinding sungai. Setelah dilakukan penguatan, lumpur dari sungai bisa diangkut untuk dibuang ke tempat lain. “Kita ingin hasilnya bisa dirasakan masyarakat,” jelasnya.

Setelah melihat kerja ponton, wali kota optimis kedua unit alat itu mampu meminimalisir banjir di Kota Medan.

“Dengan ponton sudah lumayanlah bisa mengatasi banjir yang meresahkan masyarakat, alat ini belum ada yang memiliki selain Surabaya, Sumut sendiri belum memiliki. Makanya, ke depan diusulkan kalau sudah pengorekan sungai ini dilakukan, maka BWS Sumatera II harus membuat pula ruap- ruap (benteng) sungai, biar yang mendalamkannya nanti, harusnya antara pusat dan daerah bekerja sama karena kita juga terbentur dengan keterbatasan dana,” ucap Rahudman.

Sementara itu Kadis Bina Marga kota Medan, Gunawan Lubis mengatakan, pengorekan sendimentasi Sungai Babura sudah dilakukan pihaknya sepanjang lebih 1 Km. Dalam pelaksanaan pengorekan tersebut tak ada target sepanjang berapa pengorekan sungai dilakukan. Sebab, pengorekan merupakan pekerjaan rutin yang dilakukan buruh Dinas Bina Marga. Terutama, pengorekan di titik-titik yang terjadi pendangkalan.

Dia menerangkan, kedua unit ponton sudah bekerja sejak Ramadan lalu, satu alat ditempatkan di Sungai Bederah Sei Sikambing dan satu alat lagi di tempatkan di Sungai Babura.

“Saat ini alat di Sungai Bederah terpaksa diangkat karena air sungai naik sehingga pengerjaan terganggu,” terangnya seraya menjelaskan kedua alat itu dibeli dari Kota Surabaya, harga ponton berukuran besar Rp1,5 miliar, sedangkan yang kecil Rp900 juta. (uma)

Drainase dan Tanggul Sungai juga Harus Diperbaiki

Persoalan banjir di Kota Medan ada dua problem, satu disebabkan meluapnya air sungai diakibatkan tanggul atau benteng sungai mulai banyak yang rusak dan masalah banjir lainnya diakibatkan kondisi drainase yang tak terkoneksi atau tersumbat.

Pernyataan itu disampaikan Ketua Komisi D DPRD Medan H Mus lim Maksum Lc kepada Sumut Pos, Senin (27/8). Menurut dia, pengorekan sendimentasi yang dilakukan Pemko Medan terhadap dua sungai merupakan langkah yang cukup baik, tapi alangkah menjadi baiknya jika pengorekan drainase tetap dikoordinasikan ke Pemerintah Propinsi dan Balai Wilayah Sungai Sumatera II.

Dia berpendapat, pentingnya dilakukan koordinasi agar pengorekan yang dilakukan di wilayah Kota Medan tak menjadi sia-sia, dikarenakan Lumpur dari hulu sungai tetap turun ke sungai di wilayah Kota Medan.

“Hal lainnya, tanggul dan benteng sungai yang banyak sudah rusak harusnya segera diatasi. Supaya ketika debit air sungai naik tak masuk ke rumah-rumah penduduk,” katanya.

Lebih lanjut, politisi PKS itu menyebutkan, terkait banjir yang disebabkan oleh drainase buruk, sebaiknya Pemko Medan menyiapkan peta drainase yang dulu pernah dibuat pada tahun 2010. Bila sudah ada, maka sebaiknya gunakan peta dalam setiap pelaksanaan pembangunan drainase.
“Jika sampai sekarang tidak ada, maka sulit bagi Pemko Medan memperbaiki drainase di Kota Medan yang sudah dari zaman ke zaman di bangun,” sebutnya.

Hal lainnya, usulnya Pemko Medan melalui Dinas Bina Marga membuat pengorekan drainase adalah kegiatan rutin, sehingga pengorekan itu bukan pada bagian ketika ada kejadian, melainkan dilakukan secara rutin sehingga sedimentasi di dalam drainase bisa segera teratasi.

Muslim menambahkan, selain sendimentasi dan penyumbatan drainase, ada juga persoalan drainase yang tak terkoneksi antara satu drainase dengan lainnya. Bah kan, ada pula drainase yang tumpang tindih. Persoalan inilah yang belum tuntas, sehingga ada jalan dari zaman ke zaman selalu digenangi air seperti di Jalan Thamrin dekat persimpangan Jalan Asia.

Kemudian, ada beberapa ruas jalan lainnya yang menjadi langganan banjir lima tahun terakhir ini diakibatkan adanya pembangunan drainase baru, tapi tak terkoneksi dengan drainase yang lama. (ril)

Satu upaya mengantisipasi persoalan banjir di Kota Medan, Pemko Medan mendatangkan dua unit ponton atau alat pengorekan sungai yang dibeli dari Surabaya. Kedua alat itu sudah diturunkan untuk mengorek sendimentasi Sungai Babura dan Sungai Bederah.

TINJAU: Wali Kota Medan Rahudman Harahap (kiri) didampingi Wakil Wali Kota Medan Dzulmi Eldin  Kadis Bina Marga Gunawan Lubis meninjau pengorekan Sungai Babura  Jalan AH Nasution.
TINJAU: Wali Kota Medan Rahudman Harahap (kiri) didampingi Wakil Wali Kota Medan Dzulmi Eldin dan Kadis Bina Marga Gunawan Lubis meninjau pengorekan Sungai Babura di Jalan AH Nasution.

Operasional dua alat pengorekan sungai itu dimulai pada bulan suci Ramadan lalu, kedua alat itu sudah mengorek sendimentasi Sungai Babura sepanjang lebih kurang 1 KM.

Seperti diutarakan Wali Kota Medan, Drs H Rahudman Harahap MM didampingi  Wakil Wali Kota Drs H Dzulmi Eldin MSi, Sekda Ir Syaiful Bahri serta Kadis Bina Marga Ir Gunawan saat meninjau pengorekan Sungai Babura di Jalan A Haris Nasution, Senin (27/8).

Dia menyebutkan, setelah dilakukan pengorekan, tumpukan lumpur akan dipindahkan di pinggiran sungai. Hal itu dilakukan berulang-ulang sehingga dasar sungai sidikit demi sedikit mengalami jadi dalam.

“Belakangan ini yang menjadi tantangan adalah banjir. Setelah dilakukan evaluasi, satu penyebabnya adalah pendangkalan sungai diakibatkan sendimentasi. Seharusnya ini menjadi tanggung jawab Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera II, namun BWS Sumatera II tidak memiliki alat. Demi kepentingan masyarakat, maka kami mendatangkan ponton untuk melakukan pengerekan sungai,” kata Wali Kota.

Kehadiran kedua unit alat ini, Rahudman mengharapkan mampu mengatasi persoalan banjir. Karenanya, ponton akan dioperasikan untuk mengorek sendimentasi di tiga sungai yang mengaliri Kota Medan yakni Sungai Babura, Sungai Deli dan Sungai Bederah, terutama kawasan sungai yang selama ini menjadi titik-titik banjir akibat terjadinya pendangkalan.

Seperti pendangkalan yang terjadi di sungai Bederah, seharusnya jadi pembuangan air dari arah selatan ke utara. Walaupun di situ ada proyek Medan Urban Development Project (MUDP) tetapi tidak berfungsi. Untuk itu akan dilakukan pengorekan dan pelebaran sehingga mampu mengatasi banjir yang selama ini terjadi.

Kemudian, Rahudman menjelaskan, lumpur hasil pengorekan dasar sungai sengaja ditempatkan di sisi kiri dan kanan sungai untuk melakukan penguatan dinding sungai. Setelah dilakukan penguatan, lumpur dari sungai bisa diangkut untuk dibuang ke tempat lain. “Kita ingin hasilnya bisa dirasakan masyarakat,” jelasnya.

Setelah melihat kerja ponton, wali kota optimis kedua unit alat itu mampu meminimalisir banjir di Kota Medan.

“Dengan ponton sudah lumayanlah bisa mengatasi banjir yang meresahkan masyarakat, alat ini belum ada yang memiliki selain Surabaya, Sumut sendiri belum memiliki. Makanya, ke depan diusulkan kalau sudah pengorekan sungai ini dilakukan, maka BWS Sumatera II harus membuat pula ruap- ruap (benteng) sungai, biar yang mendalamkannya nanti, harusnya antara pusat dan daerah bekerja sama karena kita juga terbentur dengan keterbatasan dana,” ucap Rahudman.

Sementara itu Kadis Bina Marga kota Medan, Gunawan Lubis mengatakan, pengorekan sendimentasi Sungai Babura sudah dilakukan pihaknya sepanjang lebih 1 Km. Dalam pelaksanaan pengorekan tersebut tak ada target sepanjang berapa pengorekan sungai dilakukan. Sebab, pengorekan merupakan pekerjaan rutin yang dilakukan buruh Dinas Bina Marga. Terutama, pengorekan di titik-titik yang terjadi pendangkalan.

Dia menerangkan, kedua unit ponton sudah bekerja sejak Ramadan lalu, satu alat ditempatkan di Sungai Bederah Sei Sikambing dan satu alat lagi di tempatkan di Sungai Babura.

“Saat ini alat di Sungai Bederah terpaksa diangkat karena air sungai naik sehingga pengerjaan terganggu,” terangnya seraya menjelaskan kedua alat itu dibeli dari Kota Surabaya, harga ponton berukuran besar Rp1,5 miliar, sedangkan yang kecil Rp900 juta. (uma)

Drainase dan Tanggul Sungai juga Harus Diperbaiki

Persoalan banjir di Kota Medan ada dua problem, satu disebabkan meluapnya air sungai diakibatkan tanggul atau benteng sungai mulai banyak yang rusak dan masalah banjir lainnya diakibatkan kondisi drainase yang tak terkoneksi atau tersumbat.

Pernyataan itu disampaikan Ketua Komisi D DPRD Medan H Mus lim Maksum Lc kepada Sumut Pos, Senin (27/8). Menurut dia, pengorekan sendimentasi yang dilakukan Pemko Medan terhadap dua sungai merupakan langkah yang cukup baik, tapi alangkah menjadi baiknya jika pengorekan drainase tetap dikoordinasikan ke Pemerintah Propinsi dan Balai Wilayah Sungai Sumatera II.

Dia berpendapat, pentingnya dilakukan koordinasi agar pengorekan yang dilakukan di wilayah Kota Medan tak menjadi sia-sia, dikarenakan Lumpur dari hulu sungai tetap turun ke sungai di wilayah Kota Medan.

“Hal lainnya, tanggul dan benteng sungai yang banyak sudah rusak harusnya segera diatasi. Supaya ketika debit air sungai naik tak masuk ke rumah-rumah penduduk,” katanya.

Lebih lanjut, politisi PKS itu menyebutkan, terkait banjir yang disebabkan oleh drainase buruk, sebaiknya Pemko Medan menyiapkan peta drainase yang dulu pernah dibuat pada tahun 2010. Bila sudah ada, maka sebaiknya gunakan peta dalam setiap pelaksanaan pembangunan drainase.
“Jika sampai sekarang tidak ada, maka sulit bagi Pemko Medan memperbaiki drainase di Kota Medan yang sudah dari zaman ke zaman di bangun,” sebutnya.

Hal lainnya, usulnya Pemko Medan melalui Dinas Bina Marga membuat pengorekan drainase adalah kegiatan rutin, sehingga pengorekan itu bukan pada bagian ketika ada kejadian, melainkan dilakukan secara rutin sehingga sedimentasi di dalam drainase bisa segera teratasi.

Muslim menambahkan, selain sendimentasi dan penyumbatan drainase, ada juga persoalan drainase yang tak terkoneksi antara satu drainase dengan lainnya. Bah kan, ada pula drainase yang tumpang tindih. Persoalan inilah yang belum tuntas, sehingga ada jalan dari zaman ke zaman selalu digenangi air seperti di Jalan Thamrin dekat persimpangan Jalan Asia.

Kemudian, ada beberapa ruas jalan lainnya yang menjadi langganan banjir lima tahun terakhir ini diakibatkan adanya pembangunan drainase baru, tapi tak terkoneksi dengan drainase yang lama. (ril)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/