26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Saleh Bangun Dihujat

WAJAH Wakil Ketua DPRD Sumut, Chaidir Ritonga, berkeringat. Berkali-kali dia melepas kopiah yang dikenakan. Tangannya mengelap jidatnya yang dipenuhi bulir-bulir keringat.

“Jangan sekarang, nanti saja, ini masih tegang,” ujar Chaidir kepada koran ini, begitu keluar dari ruang Sasana Bhakti Praja gedung Kemendagri.
Chaidir mengatakan hal tersebut saat koran ini minta keterangan mengenai hasil pertemuannya dengan sekitar hampir 50-an orang tamu undangan yang sudah datang.

Yang ada di ruangan itu hanya tamu-tamu undangan, baik anggota DPRD Sumut, para kepala SKPD Pemprov Sumut, dan tokoh-tokoh masyarakat.
Selain undangan dilarang masuk, termasuk para wartawan yang sudah siap meliput pelantikan Gatot. Sumber koran ini menceritakan detil situasi rapat, yang digambarkan penuh ketegangan. Saling interupsi dan keluar kata-kata kecaman.

Tapi bukan Chaidir dan dua wakil ketua DPRD yang menjadi obyek kecaman. “Hampir semua menghujat Saleh Bangun (Ketua DPRD Sumut, red). Saleh Bangun dinilai sebagai biang pembatalan pelantikan. Saleh mengirim surat pembatalan atas nama institusi dewan. Padahal menurut anggota dewan yang hadir di ruangan itu, pembatalan itu hanya sikap pribadi Saleh,” beber sumber koran ini yang hadir di ruangan.

Dampaknya, Chaidir dan dua wakil ketua dewan kena imbasnya. Chaidir dkk didesak agar memperjuangan, bagaimana caranya agar Gatot bisa dilantik hari itu juga.

Chadir pusing, tegang, karena tidak bisa langsung memberikan jawaban. Hasil pertemuan sebelumnya dengan Dirjen Otda Kemendagri, Djohermansyah Djohan, belum memuaskan hadirin.

Pertemuan makin panas. Salah seorang tokoh pemuda, yang hadir sebagai undangan, emosi. Dia menghujat keras Saleh Bangun, yang tak ada di ruangan itu. Emosinya tinggi, melontarkan kata-kata dengan nada keras.

“Saleh Bangun biangnya. Dia memalukan Sumatera Utara,” teriak si pemuda, lantang.

Ruangan riuh. Petugas keamanan kemendagri turun tangan dan mengusir si pemuda itu dari ruangan.
Namun, mayoritas hadirin, tetap saja mengecam Saleh Bangun. Akhirnya, mereka sepakat mengeluarkan sikap mosi tidak percaya kepada Saleh Bangun. Bahkan terdengar teriakan, Saleh harus dipecat sebagai pimpinan dewan.

Chadir dan dua wakil ketua dewan lantas minta waktu untuk konsultasi lagi dengan pihak Kemendagri. Chaidir dan dua rekannya keluar ruangan, geser ke gedung utama kemendagri, hendak menemui Mendagri Gamawan Fauzi. Pas baru sehela nafas masuk gedung utama, Gamawan keluar dari gedung.
“Lapor satu menit Pak. Tadi sudah saya jelaskan kepada 30 anggota yang hadir, termasuk sejumlah pimpinan SKPD. Mereka tetap bersikeras (minta Gatot dilantik 28 Februari, Red),” kata Chaidir.

“Susah memang, susah. Pelantikan itu kan acara formal, prosedurnya juga harus formal. Jangan nanti malah mendagri yang disalahkan. Musyawarahkan dulu lah. Nanti kita sesuaikan lagi. Sebenarnya saya sudah siap. Pidato (untuk acara pelantikan Gatot, Red) juga sudah siap. Ya sudahlah, matangkan dulu. Saya juga belum ada kontak dengan gubernur (Gatot, red),” jawab Gamawan.
“Iya Pak, iya Pak (sambil manggut-manggut, Red),” ucap Chaidir.

“Bagi kami, ini kan kemendagri hanya memfasilitasi. Kalau mau dilantik di sana (Medan, Red), ya kami akan ke sana. Ini kan acara DPRD, cost-nya DPRD. Ini yang perlu dipahami, supaya jangan ditafsirkan macam-macam. Kalau ada surat pembatalan, ya kita mundurkan,” tambah Gamawan.
“Iya Pak, iya Pak,” ucap Chaidir lagi.

“Mau dilantik di sana, di sini, kami siap,” tegas Gamawan.

“Iya Pak, terima kasih Pak. Akan saya sampaikan ke para tamu undangan,” jawab Chaidir.
Chaidir lantas balik ke ruangan, tempat para tamu masih menunggu. Situasi tak lagi tegang. Chaidir hanya menyampaikan pesan Gamawan. Hadirin sepakat, dengan syarat penjadwalan ulang harus ditetapkan secepatnya. Setelah itu, hadirin bubar meninggalkan ruangan.

Rumah Saleh Bangun Dijaga Polisi

Sementara itu, Saleh Bangun yang dikonfirmasi tak mau memberikan pernyataan lengkap. Saat dihibungi via telpon selulernya, Ketua DPRD Sumut itu mengaku sedang berada di luar kota mengikuti rapat. “Saya sedang rapat di luar kota, nanti saya jelaskan ya. Hari Senin saja konfrensi pers,” ujarnya tadi malam.

Ketika disinggung mengenai surat misterius yang dikirimkannya ke Kemendagri, Saleh enggan memberikan komentarnya. “Nanti tunggu saja hari Senin ya, saya jelaskan pas konfrensi pers ya. Karena saya belum bisa jelaskan sekarang,” ujarnya.

Ketika Sumut Pos menyambangi rumah dinasnya di Jalan AH Nasution Medan, tampak sejumlah polisi berdatangan. Polisi-polisi tersebut kemudian tampak berjaga di halaman rumah Saleh Bangun itu. “Bapak lagi di luar,” ungkap seorang petugas yang tak ingin disebutkan namanya.
Saat didesak soal keberadaan Saleh Bangun, petugas itu mengatakan kalau politisi Demokrat itu masih berada di Medan. “Bapak ketemu dengan Wakapoldasu,” jelasnya. Namun, petugas itu tak tahu di mana pertemuan tersebut.

Terlepas dari itu, Wakil Ketua DPRD Sumut M Affan SS malah mengucapkan terima kasih banyak ke Mendagri karena batal melantik Gatot. Bahkan, Affan menganggap apa yang dilakukan Saleh Bangun adalah tindakan yang benar. “Kami setuju pelantikan. Tapi, kami setuju pelantikan itu dilakukan setelah tanggal 7 Maret dan dilakukan di Kota Medan,” sebutnya.

Politisi PDI-P itu menambahkan, atas nama institusi kelembagaan, Saleh Bangun adalah sosok yang paling pas mengirimkan surat tersebut. “Sebelum membuat surat, Ketua DPRD Sumut sudah menelepon saya dan berkoordinasi dan saya yakin Pak Saleh juga mengabari pimpinan dewan lainnya,” sebutnya. (sam/far/mag-5)

WAJAH Wakil Ketua DPRD Sumut, Chaidir Ritonga, berkeringat. Berkali-kali dia melepas kopiah yang dikenakan. Tangannya mengelap jidatnya yang dipenuhi bulir-bulir keringat.

“Jangan sekarang, nanti saja, ini masih tegang,” ujar Chaidir kepada koran ini, begitu keluar dari ruang Sasana Bhakti Praja gedung Kemendagri.
Chaidir mengatakan hal tersebut saat koran ini minta keterangan mengenai hasil pertemuannya dengan sekitar hampir 50-an orang tamu undangan yang sudah datang.

Yang ada di ruangan itu hanya tamu-tamu undangan, baik anggota DPRD Sumut, para kepala SKPD Pemprov Sumut, dan tokoh-tokoh masyarakat.
Selain undangan dilarang masuk, termasuk para wartawan yang sudah siap meliput pelantikan Gatot. Sumber koran ini menceritakan detil situasi rapat, yang digambarkan penuh ketegangan. Saling interupsi dan keluar kata-kata kecaman.

Tapi bukan Chaidir dan dua wakil ketua DPRD yang menjadi obyek kecaman. “Hampir semua menghujat Saleh Bangun (Ketua DPRD Sumut, red). Saleh Bangun dinilai sebagai biang pembatalan pelantikan. Saleh mengirim surat pembatalan atas nama institusi dewan. Padahal menurut anggota dewan yang hadir di ruangan itu, pembatalan itu hanya sikap pribadi Saleh,” beber sumber koran ini yang hadir di ruangan.

Dampaknya, Chaidir dan dua wakil ketua dewan kena imbasnya. Chaidir dkk didesak agar memperjuangan, bagaimana caranya agar Gatot bisa dilantik hari itu juga.

Chadir pusing, tegang, karena tidak bisa langsung memberikan jawaban. Hasil pertemuan sebelumnya dengan Dirjen Otda Kemendagri, Djohermansyah Djohan, belum memuaskan hadirin.

Pertemuan makin panas. Salah seorang tokoh pemuda, yang hadir sebagai undangan, emosi. Dia menghujat keras Saleh Bangun, yang tak ada di ruangan itu. Emosinya tinggi, melontarkan kata-kata dengan nada keras.

“Saleh Bangun biangnya. Dia memalukan Sumatera Utara,” teriak si pemuda, lantang.

Ruangan riuh. Petugas keamanan kemendagri turun tangan dan mengusir si pemuda itu dari ruangan.
Namun, mayoritas hadirin, tetap saja mengecam Saleh Bangun. Akhirnya, mereka sepakat mengeluarkan sikap mosi tidak percaya kepada Saleh Bangun. Bahkan terdengar teriakan, Saleh harus dipecat sebagai pimpinan dewan.

Chadir dan dua wakil ketua dewan lantas minta waktu untuk konsultasi lagi dengan pihak Kemendagri. Chaidir dan dua rekannya keluar ruangan, geser ke gedung utama kemendagri, hendak menemui Mendagri Gamawan Fauzi. Pas baru sehela nafas masuk gedung utama, Gamawan keluar dari gedung.
“Lapor satu menit Pak. Tadi sudah saya jelaskan kepada 30 anggota yang hadir, termasuk sejumlah pimpinan SKPD. Mereka tetap bersikeras (minta Gatot dilantik 28 Februari, Red),” kata Chaidir.

“Susah memang, susah. Pelantikan itu kan acara formal, prosedurnya juga harus formal. Jangan nanti malah mendagri yang disalahkan. Musyawarahkan dulu lah. Nanti kita sesuaikan lagi. Sebenarnya saya sudah siap. Pidato (untuk acara pelantikan Gatot, Red) juga sudah siap. Ya sudahlah, matangkan dulu. Saya juga belum ada kontak dengan gubernur (Gatot, red),” jawab Gamawan.
“Iya Pak, iya Pak (sambil manggut-manggut, Red),” ucap Chaidir.

“Bagi kami, ini kan kemendagri hanya memfasilitasi. Kalau mau dilantik di sana (Medan, Red), ya kami akan ke sana. Ini kan acara DPRD, cost-nya DPRD. Ini yang perlu dipahami, supaya jangan ditafsirkan macam-macam. Kalau ada surat pembatalan, ya kita mundurkan,” tambah Gamawan.
“Iya Pak, iya Pak,” ucap Chaidir lagi.

“Mau dilantik di sana, di sini, kami siap,” tegas Gamawan.

“Iya Pak, terima kasih Pak. Akan saya sampaikan ke para tamu undangan,” jawab Chaidir.
Chaidir lantas balik ke ruangan, tempat para tamu masih menunggu. Situasi tak lagi tegang. Chaidir hanya menyampaikan pesan Gamawan. Hadirin sepakat, dengan syarat penjadwalan ulang harus ditetapkan secepatnya. Setelah itu, hadirin bubar meninggalkan ruangan.

Rumah Saleh Bangun Dijaga Polisi

Sementara itu, Saleh Bangun yang dikonfirmasi tak mau memberikan pernyataan lengkap. Saat dihibungi via telpon selulernya, Ketua DPRD Sumut itu mengaku sedang berada di luar kota mengikuti rapat. “Saya sedang rapat di luar kota, nanti saya jelaskan ya. Hari Senin saja konfrensi pers,” ujarnya tadi malam.

Ketika disinggung mengenai surat misterius yang dikirimkannya ke Kemendagri, Saleh enggan memberikan komentarnya. “Nanti tunggu saja hari Senin ya, saya jelaskan pas konfrensi pers ya. Karena saya belum bisa jelaskan sekarang,” ujarnya.

Ketika Sumut Pos menyambangi rumah dinasnya di Jalan AH Nasution Medan, tampak sejumlah polisi berdatangan. Polisi-polisi tersebut kemudian tampak berjaga di halaman rumah Saleh Bangun itu. “Bapak lagi di luar,” ungkap seorang petugas yang tak ingin disebutkan namanya.
Saat didesak soal keberadaan Saleh Bangun, petugas itu mengatakan kalau politisi Demokrat itu masih berada di Medan. “Bapak ketemu dengan Wakapoldasu,” jelasnya. Namun, petugas itu tak tahu di mana pertemuan tersebut.

Terlepas dari itu, Wakil Ketua DPRD Sumut M Affan SS malah mengucapkan terima kasih banyak ke Mendagri karena batal melantik Gatot. Bahkan, Affan menganggap apa yang dilakukan Saleh Bangun adalah tindakan yang benar. “Kami setuju pelantikan. Tapi, kami setuju pelantikan itu dilakukan setelah tanggal 7 Maret dan dilakukan di Kota Medan,” sebutnya.

Politisi PDI-P itu menambahkan, atas nama institusi kelembagaan, Saleh Bangun adalah sosok yang paling pas mengirimkan surat tersebut. “Sebelum membuat surat, Ketua DPRD Sumut sudah menelepon saya dan berkoordinasi dan saya yakin Pak Saleh juga mengabari pimpinan dewan lainnya,” sebutnya. (sam/far/mag-5)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/