29 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Biar Saya Rawat Sendiri Cucu Saya…

Kho Wie To alias Awie alias Suwito alias Wito bersama istrinya Dora Halim meninggalkan dua anak yang masih kecil-kecil, Christovin (2) dan Latresia (5). Bagaimana nasib mereka selanjutnya?

Suasana di Balai Angsapura Jalan Wijaya No 2-4 Medan, yang menjadi tempat Kho Wie To alias Awie alias Suwito alias Wito bersama istrinya Dora Halim disemayamkan tampak ramai dikunjungi kerabat dan saudara-saudara korban. Mereka melakukan doa bersama dan penghormatan kepada Suwito dan Dora Halim, suami isteri yang jadi korban penembakan orang tak dikenal, Kamis (31/3).

Lie Chin (30), ipar Wito yang datang ke lokasi untuk bersembahyang sebelum kedua korban diperabukan hari inin
Jumat (1/4)  mengaku masih syok dan trauma pasca penembakan.

Suasana semakin haru saat sejumlah Bhiksu dari Viara Kuan Tei Kong Jalan Irian Barat medan membacakan Doa Hut Co agar arwah kedua korban diterima Budha, Lie Chin yang ikut dalam suasana itu tampak menangis. Saat ditemui wartawan koran ini matanya masih merah.

Lie Chin yang mendampingi Elke (24) adik kandung Dora Halim dan ayah Suwita To Siau Huan
alias Sarwo Pranoto (64) tidak kuasa menahan sedihnya. “Aku tidak tahu harus bagaimana Bang, kami sekeluarga tidak menyangka akan seperti ini,” Papar Lie Chin lagi.

Kerabat korban lainya Aguan (62) warga yang datang dari Jalan Mabar, Kecamatan Medan Timur ini juga tampak ikut berduka saat melakukan sembahyang bersama keluarga besar korban. Lantunan ketukan palu dari sejumlah bhiksu yaang membacakan Doa membuar suasana semakin sendu.

Sesuai adat dan kebiasaan warga Tionghoa, kerabat dan keluarga dekat yang datang melayat ke tempat persemayaman tersebut terlebih dahulu mengadakan upacara dan memanjatkan doa sebelum bercerita tentang luka-duka yang dialami oleh korban.

Di lokasi kurang lebih 8×8 meter itu terdapat foto Suwito dan Dora Halim dengan hiasan sejumlah bunga, dan alat persembahyangan lainya serta patung Omi Topo dan Tie Chang Tien dipajangkan di tempat persemayaman.
Tampak juga sejumlah papan bunga dari berbagai tokoh dan kerabat korban yang tewas akibat hantaman sejumlah peluru yang dimuntahkan dari senjata api Jenis FN itu. Diantaranya dari PPS cabang Belawan S Siagian, tokoh masyarakat Ir Julius Silaen, Dirjend Perikanan Tangkap KKP Jakarta Dr Ir Dedy H Sutisna MS dan Dan Lantamal I.
To Siau Hua alias Sarwo Pranoto, ayah Wito yang sempat syok dan stres namun setelah dihibur kerabat dan keluarga lainya, dia lebih tenang. To Siau juga mau ditemui wartawan. Dengan air mata berderai, To Siau berharapan kepolisian segera mengungkap kasus pembunuhan anak dan menantunya. “Ya, saya berharap pelakunya segera tertangkap,” katanya sedih.

Sementara itu, babby Sitter dan pembantu Wito dan Dora hingga kini masih dirawat di rumah sakit. Karenanya To Siau tidak ingin para cucunya terlantar atau dipelihara orang lain. “Cucu saya yang dua itu akan saya rawat sendiri sebagai kakeknya,” tegas To Siau pasti.

To Siau tak ingin peristiwa serupa terulang. “Cukuplah, ini yang pertama dan terakhir,” cetusnya.
Sementara itu, kondisi Crhistovin, bocah korban penembakan yang kini sedang menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum (RSU) Colombia Asia, Medan, membaik. Pihak rumah sakit telah mengizinkannya dibawa pulang untuk menjalani perawatan di rumah.

Ahli bedah sekaligus Direktur RSU Columbia Asia, Edo Subagya mengatakan, tim dokter telah mengeluarkan proyektil peluru dari betis kanan korban.

“Proyektil yang ditemukan telah peot. Dugaan, sebelum mengenai korban, proyektil terlebih dahulu menghantam benda keras lain,” kata Edo di RSU Colombia Asia, Jalan Listrik, kemarin.

Edo juga mengatakan, jika tidak terjadi pembengkakan pada luka tembak, pihak keluarga boleh membawa Crhistofin pulang ke rumah. “Tapi harus menjalani rawat jalan dengan pengawasan rutin oleh tim dokter secara rutin,” sambung dia.

Edo menjelaskan, proyektil peluru yang ditemukan bersarang di betis kanan dan tidak mengenai tulang hingga diyakini tidak berdampak pada pertumbuhan kaki anak itu jika dewasa nanti. Sementara peluru yang mengenai tangan kiri Crhistofin, tembus dan menimbulkan luka koyak.
“Kondisinya mulai baik. Namun psikologisnya harus mendapat perhatian serius agar tidak trauma,” kata Edo.(mag-8)

Kho Wie To alias Awie alias Suwito alias Wito bersama istrinya Dora Halim meninggalkan dua anak yang masih kecil-kecil, Christovin (2) dan Latresia (5). Bagaimana nasib mereka selanjutnya?

Suasana di Balai Angsapura Jalan Wijaya No 2-4 Medan, yang menjadi tempat Kho Wie To alias Awie alias Suwito alias Wito bersama istrinya Dora Halim disemayamkan tampak ramai dikunjungi kerabat dan saudara-saudara korban. Mereka melakukan doa bersama dan penghormatan kepada Suwito dan Dora Halim, suami isteri yang jadi korban penembakan orang tak dikenal, Kamis (31/3).

Lie Chin (30), ipar Wito yang datang ke lokasi untuk bersembahyang sebelum kedua korban diperabukan hari inin
Jumat (1/4)  mengaku masih syok dan trauma pasca penembakan.

Suasana semakin haru saat sejumlah Bhiksu dari Viara Kuan Tei Kong Jalan Irian Barat medan membacakan Doa Hut Co agar arwah kedua korban diterima Budha, Lie Chin yang ikut dalam suasana itu tampak menangis. Saat ditemui wartawan koran ini matanya masih merah.

Lie Chin yang mendampingi Elke (24) adik kandung Dora Halim dan ayah Suwita To Siau Huan
alias Sarwo Pranoto (64) tidak kuasa menahan sedihnya. “Aku tidak tahu harus bagaimana Bang, kami sekeluarga tidak menyangka akan seperti ini,” Papar Lie Chin lagi.

Kerabat korban lainya Aguan (62) warga yang datang dari Jalan Mabar, Kecamatan Medan Timur ini juga tampak ikut berduka saat melakukan sembahyang bersama keluarga besar korban. Lantunan ketukan palu dari sejumlah bhiksu yaang membacakan Doa membuar suasana semakin sendu.

Sesuai adat dan kebiasaan warga Tionghoa, kerabat dan keluarga dekat yang datang melayat ke tempat persemayaman tersebut terlebih dahulu mengadakan upacara dan memanjatkan doa sebelum bercerita tentang luka-duka yang dialami oleh korban.

Di lokasi kurang lebih 8×8 meter itu terdapat foto Suwito dan Dora Halim dengan hiasan sejumlah bunga, dan alat persembahyangan lainya serta patung Omi Topo dan Tie Chang Tien dipajangkan di tempat persemayaman.
Tampak juga sejumlah papan bunga dari berbagai tokoh dan kerabat korban yang tewas akibat hantaman sejumlah peluru yang dimuntahkan dari senjata api Jenis FN itu. Diantaranya dari PPS cabang Belawan S Siagian, tokoh masyarakat Ir Julius Silaen, Dirjend Perikanan Tangkap KKP Jakarta Dr Ir Dedy H Sutisna MS dan Dan Lantamal I.
To Siau Hua alias Sarwo Pranoto, ayah Wito yang sempat syok dan stres namun setelah dihibur kerabat dan keluarga lainya, dia lebih tenang. To Siau juga mau ditemui wartawan. Dengan air mata berderai, To Siau berharapan kepolisian segera mengungkap kasus pembunuhan anak dan menantunya. “Ya, saya berharap pelakunya segera tertangkap,” katanya sedih.

Sementara itu, babby Sitter dan pembantu Wito dan Dora hingga kini masih dirawat di rumah sakit. Karenanya To Siau tidak ingin para cucunya terlantar atau dipelihara orang lain. “Cucu saya yang dua itu akan saya rawat sendiri sebagai kakeknya,” tegas To Siau pasti.

To Siau tak ingin peristiwa serupa terulang. “Cukuplah, ini yang pertama dan terakhir,” cetusnya.
Sementara itu, kondisi Crhistovin, bocah korban penembakan yang kini sedang menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum (RSU) Colombia Asia, Medan, membaik. Pihak rumah sakit telah mengizinkannya dibawa pulang untuk menjalani perawatan di rumah.

Ahli bedah sekaligus Direktur RSU Columbia Asia, Edo Subagya mengatakan, tim dokter telah mengeluarkan proyektil peluru dari betis kanan korban.

“Proyektil yang ditemukan telah peot. Dugaan, sebelum mengenai korban, proyektil terlebih dahulu menghantam benda keras lain,” kata Edo di RSU Colombia Asia, Jalan Listrik, kemarin.

Edo juga mengatakan, jika tidak terjadi pembengkakan pada luka tembak, pihak keluarga boleh membawa Crhistofin pulang ke rumah. “Tapi harus menjalani rawat jalan dengan pengawasan rutin oleh tim dokter secara rutin,” sambung dia.

Edo menjelaskan, proyektil peluru yang ditemukan bersarang di betis kanan dan tidak mengenai tulang hingga diyakini tidak berdampak pada pertumbuhan kaki anak itu jika dewasa nanti. Sementara peluru yang mengenai tangan kiri Crhistofin, tembus dan menimbulkan luka koyak.
“Kondisinya mulai baik. Namun psikologisnya harus mendapat perhatian serius agar tidak trauma,” kata Edo.(mag-8)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/