28.9 C
Medan
Friday, May 31, 2024

Rekaman Lengkap Kesaksian Korban Penganiayaan

Kejadiannya saya berangkat dari kantor jam 2 menuju Jalan Ayahanda mau pergi rapat. Karena belum makan siang saya singgah dulu di Jalan Adam Malik di rumah makan di dekat rel kereta api itu. Begitu saya turun kira-kira baru melangkah enam langkah begitu, tiba-tiba arah belakang mobil Eskudo muncul orang sambil berlari kecil menyemprotkan air baterai ke saya ke muka saya. Jadi saya mengelak sedikit begitu, kenaklah wajah bagian kanan begitu. Air keras…

Kemudian mungkin merasa belum puas dia semprotkan juga sekali lagi, saya tahan pakai tangan muka saya, kena tangan. Kemudian dia lari. Ee.., sudah ada temannya menunggu dengan sepeda motor begitu.

Berapa orang pelakunya?
Dua orang naik sepeda motor.

Kenal kamu pelakunya?
Pelakunya nggak-nggak kenal karena pergerakannya cepat sekali begitu.

Kira-kira apa sebab mereka melakukan itu?
E…e.., sejauh ini sih kalau dengan orang itu sendiri sih saya nggak pernah ada permusuhan. Tapi, yaa kebetulan, e…e…

Apakah pernah bermasalah dengan seseorang?

E…e.., ya saya pernah bermasalah dengan wali kota.

Wali kota siapa, pak, namanya?

Rahudman.

Bagaimana masalahnya?

Waktu itu tanggal 19 saya, e…e.., pertama ada undangan dari Bupati Labuhan Batu Selatan. E…e.., untuk makan malam pada tanggal 19, kemudian sampai jam 10 malam saya, e…e.., makan sama beliau, kemudian ada juga, e…e.., teman saya juga waktu itu, e…e.., anaknya menerima antaran untuk perkawinan. Ya, karena sudah diundang rasanya saya sih tidak enak begitu, nggak datang, lalu saya kejarkan juga kesana sebentar. Nah, kemudian setelah sampai di situ, e…e.., isteri Rahudman bawa teman saya, saya dan Pak Rahudman ini juga saya awal-awalnya baik, baiknya, karena saya berteman juga sama istrinya, lalu dia waktu pulang,  saya sampai di situ tempat teman yang antaran untuk pesta tadi, dia minta tolong antar dia pulang, pake mobil, itu malam 19 itu juga. Malam minggu itu, jadi dia berdua dan temannya, karena temannya itu mau turun di PRSU, saya antarlah mereka ke PRSU, kemudian ibu wali kotanya sendiri saya antar pulang, nah, e…e.., karena macet di PRSU, akhirnya kan agak terlambat pulang, saya antar ke rumah dinas begitu. Nah begitu sampai saya antar di rumah dinas, nah itu pun pada saat mereka saya antar itu, mereka duduk di posisi belakang, belakang mobil, seolah, dari muka seolah-olah saya itu supir begitu.

Waktu  saat sampai di sana, nah terus begitu saya mau keluar dari komplek perumahan dinas wali kota, disuruhnya tutup pintu gerbang, oleh satpam di situ ditutup, dipanggilnya saya, setelah dipanggilnya saya. Yang manggil, e…e.., Rahudman. Ya, karena saya merasa tidak bersalah, saya datangi saja, setelah saya datangi, pas dia pun berdiri dari tempat duduknya, dia memang lagi santai-santai duduk di luar rumah, dia pun agak mendatangi saya juga, nah begitu mendatangi saya, langsung dipukulnya muka saya dua kali.

Nah cuma ya karena saya merasa ya itu di halaman rumah dia, saya tidak mau bereaksi, saya diam aja. Kemudian ditarikkan oleh ajudannya saya, ditarikkan ajudannya, e…e.., kemudian saya naik mobil lagi. Udah naik mobil, saya mau keluar lagi. Begitu mau keluar disuruh tutup lagi, merasa dia belum juga puas, dipukulnya. Disuruhnya turun lagi saya, oleh Brimob yang menjaga di situ disuruh turun, suruh turun begitu saya turun. Dipukulnya saya lagi begitu, nah sekali lagi saya nggak berontak-berontak, nggak bereaksi begitu, saya diam aja. Nah kemudian waktu itu, e…e.., isterinya pun keluar, udah keluar istrinya kan dilihatnya ribut-ribut, ditarikkannya lah suaminya itu. Kemudian juga, apa itu namanya, e…e.., oleh ajudannya, siap itu kan saya langsung pulang, nah kemudian selang tiga hari kemudian anak dia yang perempuan datang ke rumah. Datang ke rumah e…e.., memanjat, jam 12 malam.

Anaknya siapa, tau pak, kenal?

Lina Mora. Nah datang jam 12 malam ke rumah, begitu, kemudian Mora ngetok-ngetok malam-malam kek gitu. Saya buka pintu, saya lihat anaknya, ada apa? saya bilang kek gitu, e…e.., saya mau nagih utang kata dia. Nagih utang saya, saya merasa nggak punya utang, saya bilang. Buka aja pintu dulu, saya ingin bertamu, kita bicara di dalam. Ini bukan jam bertamu lagi saya bilang, besok aja lah saya bilang, ini bukan jam bertamu saya bilang. Terus saya masuk, saya masuk ke dalam rumah, pulang aja kalian saya bilang, saya masuk ke rumah. Nah setelah saya masuk dalam rumah, dia panjat, dia panjat pagar rumah, kemudian, e…e.., dia dobrak rumah, dia tendang pintu rumah saya itu sampai jebol, buat keributan lah dia di dalam rumah saya, buat keributan dia di rumah saya, nah buat keributan, ya maki-maki lah dalam rumah saya itu. Entah apa-apa dia bikin maki-maki. Kemudian e…e.., tetangga pun ada sempat keluar, dilarang oleh tetangga kan begitu.

Jadi pak, menurut bapak ini ya, luka yang bapak alami ini kira-kira bisa, akibat itu juga?
Aaa..aaa…kita, dalam rangka hal seperti ini, saya belum bisa menuduh, menuduh begitu, kan begitu ya, tapi yang saya tahu saya selama ini saya tidak pernah punya musuh selain dia saya tidak pernah punya musuh. Nah kemudian pada hari itu juga, waktu pas malam itu juga saya langsung telepon si anu, si Rahudman. Waktu saya telepon Rahudman itu, ee.., itu didengar oleh ketua komplek saya, saya speakerkan, saya bilang sama dia, saya nggak bang, saya bilang sama dia, saudara tahu, saya bilang, kalo anak saudara sudah menyerang rumah saya, saya bilang begitu. Sekalian nanti saya mampuskan kamu katanya.

Harapan bapak dengan kejadian yang seperti ini apa pak? Bagaimana? Harapan Bapak?

Yah tentu saya, e…e.., harus mencari keadilan lah, nah yang pertama harapan sekarang adalah kita mencari pelakunya, nah mencari pelakunya dan cari siapa dalangnya, kan begitu. Meskipun dugaan kuat mengarah ke dia pak ya? Kalau selama ini sih, e…e.., saya saya tidak pernah punya musuh. (*)

Sebelumnya: Rahudman Aniaya Korban di Rumah Dinas

Kejadiannya saya berangkat dari kantor jam 2 menuju Jalan Ayahanda mau pergi rapat. Karena belum makan siang saya singgah dulu di Jalan Adam Malik di rumah makan di dekat rel kereta api itu. Begitu saya turun kira-kira baru melangkah enam langkah begitu, tiba-tiba arah belakang mobil Eskudo muncul orang sambil berlari kecil menyemprotkan air baterai ke saya ke muka saya. Jadi saya mengelak sedikit begitu, kenaklah wajah bagian kanan begitu. Air keras…

Kemudian mungkin merasa belum puas dia semprotkan juga sekali lagi, saya tahan pakai tangan muka saya, kena tangan. Kemudian dia lari. Ee.., sudah ada temannya menunggu dengan sepeda motor begitu.

Berapa orang pelakunya?
Dua orang naik sepeda motor.

Kenal kamu pelakunya?
Pelakunya nggak-nggak kenal karena pergerakannya cepat sekali begitu.

Kira-kira apa sebab mereka melakukan itu?
E…e.., sejauh ini sih kalau dengan orang itu sendiri sih saya nggak pernah ada permusuhan. Tapi, yaa kebetulan, e…e…

Apakah pernah bermasalah dengan seseorang?

E…e.., ya saya pernah bermasalah dengan wali kota.

Wali kota siapa, pak, namanya?

Rahudman.

Bagaimana masalahnya?

Waktu itu tanggal 19 saya, e…e.., pertama ada undangan dari Bupati Labuhan Batu Selatan. E…e.., untuk makan malam pada tanggal 19, kemudian sampai jam 10 malam saya, e…e.., makan sama beliau, kemudian ada juga, e…e.., teman saya juga waktu itu, e…e.., anaknya menerima antaran untuk perkawinan. Ya, karena sudah diundang rasanya saya sih tidak enak begitu, nggak datang, lalu saya kejarkan juga kesana sebentar. Nah, kemudian setelah sampai di situ, e…e.., isteri Rahudman bawa teman saya, saya dan Pak Rahudman ini juga saya awal-awalnya baik, baiknya, karena saya berteman juga sama istrinya, lalu dia waktu pulang,  saya sampai di situ tempat teman yang antaran untuk pesta tadi, dia minta tolong antar dia pulang, pake mobil, itu malam 19 itu juga. Malam minggu itu, jadi dia berdua dan temannya, karena temannya itu mau turun di PRSU, saya antarlah mereka ke PRSU, kemudian ibu wali kotanya sendiri saya antar pulang, nah, e…e.., karena macet di PRSU, akhirnya kan agak terlambat pulang, saya antar ke rumah dinas begitu. Nah begitu sampai saya antar di rumah dinas, nah itu pun pada saat mereka saya antar itu, mereka duduk di posisi belakang, belakang mobil, seolah, dari muka seolah-olah saya itu supir begitu.

Waktu  saat sampai di sana, nah terus begitu saya mau keluar dari komplek perumahan dinas wali kota, disuruhnya tutup pintu gerbang, oleh satpam di situ ditutup, dipanggilnya saya, setelah dipanggilnya saya. Yang manggil, e…e.., Rahudman. Ya, karena saya merasa tidak bersalah, saya datangi saja, setelah saya datangi, pas dia pun berdiri dari tempat duduknya, dia memang lagi santai-santai duduk di luar rumah, dia pun agak mendatangi saya juga, nah begitu mendatangi saya, langsung dipukulnya muka saya dua kali.

Nah cuma ya karena saya merasa ya itu di halaman rumah dia, saya tidak mau bereaksi, saya diam aja. Kemudian ditarikkan oleh ajudannya saya, ditarikkan ajudannya, e…e.., kemudian saya naik mobil lagi. Udah naik mobil, saya mau keluar lagi. Begitu mau keluar disuruh tutup lagi, merasa dia belum juga puas, dipukulnya. Disuruhnya turun lagi saya, oleh Brimob yang menjaga di situ disuruh turun, suruh turun begitu saya turun. Dipukulnya saya lagi begitu, nah sekali lagi saya nggak berontak-berontak, nggak bereaksi begitu, saya diam aja. Nah kemudian waktu itu, e…e.., isterinya pun keluar, udah keluar istrinya kan dilihatnya ribut-ribut, ditarikkannya lah suaminya itu. Kemudian juga, apa itu namanya, e…e.., oleh ajudannya, siap itu kan saya langsung pulang, nah kemudian selang tiga hari kemudian anak dia yang perempuan datang ke rumah. Datang ke rumah e…e.., memanjat, jam 12 malam.

Anaknya siapa, tau pak, kenal?

Lina Mora. Nah datang jam 12 malam ke rumah, begitu, kemudian Mora ngetok-ngetok malam-malam kek gitu. Saya buka pintu, saya lihat anaknya, ada apa? saya bilang kek gitu, e…e.., saya mau nagih utang kata dia. Nagih utang saya, saya merasa nggak punya utang, saya bilang. Buka aja pintu dulu, saya ingin bertamu, kita bicara di dalam. Ini bukan jam bertamu lagi saya bilang, besok aja lah saya bilang, ini bukan jam bertamu saya bilang. Terus saya masuk, saya masuk ke dalam rumah, pulang aja kalian saya bilang, saya masuk ke rumah. Nah setelah saya masuk dalam rumah, dia panjat, dia panjat pagar rumah, kemudian, e…e.., dia dobrak rumah, dia tendang pintu rumah saya itu sampai jebol, buat keributan lah dia di dalam rumah saya, buat keributan dia di rumah saya, nah buat keributan, ya maki-maki lah dalam rumah saya itu. Entah apa-apa dia bikin maki-maki. Kemudian e…e.., tetangga pun ada sempat keluar, dilarang oleh tetangga kan begitu.

Jadi pak, menurut bapak ini ya, luka yang bapak alami ini kira-kira bisa, akibat itu juga?
Aaa..aaa…kita, dalam rangka hal seperti ini, saya belum bisa menuduh, menuduh begitu, kan begitu ya, tapi yang saya tahu saya selama ini saya tidak pernah punya musuh selain dia saya tidak pernah punya musuh. Nah kemudian pada hari itu juga, waktu pas malam itu juga saya langsung telepon si anu, si Rahudman. Waktu saya telepon Rahudman itu, ee.., itu didengar oleh ketua komplek saya, saya speakerkan, saya bilang sama dia, saya nggak bang, saya bilang sama dia, saudara tahu, saya bilang, kalo anak saudara sudah menyerang rumah saya, saya bilang begitu. Sekalian nanti saya mampuskan kamu katanya.

Harapan bapak dengan kejadian yang seperti ini apa pak? Bagaimana? Harapan Bapak?

Yah tentu saya, e…e.., harus mencari keadilan lah, nah yang pertama harapan sekarang adalah kita mencari pelakunya, nah mencari pelakunya dan cari siapa dalangnya, kan begitu. Meskipun dugaan kuat mengarah ke dia pak ya? Kalau selama ini sih, e…e.., saya saya tidak pernah punya musuh. (*)

Sebelumnya: Rahudman Aniaya Korban di Rumah Dinas

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/