26 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Tetap Bertugas sebagai Polisi, Istri, dan Ibu

AKBP Yusmeri Ginting 30 Tahun Menjadi Polwan

Ada dua melati dipundaknya. Berwarna emas. Sebuah jam tangan mungil yang mapan di lengan kirinya juga berwarna emas. Namun warna ini tidak begitu mencolok, yang mencuri perhatian adalah seragam cokelatnya itu. Ya, dia seorang polisi dan dia seorang wanita.

SAAT DITEMUI: AKBP Yusmeri Ginting saat ditemui  Mapoldasu, Jumat (31/8).//ANDRI GINTING/SUMUT POS
SAAT DITEMUI: AKBP Yusmeri Ginting saat ditemui di Mapoldasu, Jumat (31/8).//ANDRI GINTING/SUMUT POS
Ketika ditemui Sumut Pos, wanita yang sudah berusia 52 tahun itu tersenyum. Hari jadi ke-62 polisi wanita (Polwan) yang jatuh pada hari ini tampaknya membuatnya sumringah. Ya, dia adalah Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Yusmeri Ginting, Kasubdit Bin Satpam/Polsus Dit Binmas Polda Sumut.
“Polwan itu tangguh. Polwan itu memiliki sisi humanis yang tidak dimiliki polisi laki-laki,” buka Yusmeri di Mapoldasu, kemarin.
Ibu dari 4 anak ini pun menjelaskan arti kata tangguh tadi.

Polwan itu baginya adalah sosok petugas pelindung negara. Selain melayani masyarakat, mereka juga harus melindungi keluarga. “Selain bertugas di institusi kepolisian, kami juga harus mengurus suami dan anak-anak kami. Kami sebagai polisi, kami juga sebagai istri dan ibu bagi anak-anak kami,” sebutnya.

Lalu, bagaimana jalan Yusmeri hingga menjadi seorang Polwan? Untuk pertanyaan ini, Yusmeri menjawabnya dengan cerita panjang.

Dilahirkan sebagai anak tentara, Yusmery, sejatinya bercita-cita ingin menjadi wanita Angkatan Bersenjata Republik Indonesi (ABRI). Alumni IKIP Medan itupun mengawali peruntungannya dengan mencoba tes di Polisi Sepamilsu Wanita ABRI pada 1982. Perjuangannya tak sia-sia, wanita berambut pendek ini akhirnya dinyatakan lulus dari jalur tersebut.

“Sejak kecil karena pengaruh lingkungan melihat kedisplinan ABRI dan dibesarkan di lingkungan asrama, saya selalu bercita-cita menjadi ABRI, yang mana pada saat itu belum ada wanita ABRI hingga akhirnya saya sekarang menjadi Polwan,” sebutnya.

Dia kemudian menjalani pendidikan di Kodam I/BB. Di tahun yang sama, turunlah perintah panglima TNI, yang isinya mengimbau kepada seluruh universitas agar sarjana muda yang mengikuti seleksi wanita ABRI terdiri dari Koad (sekarang angkatan Darat), Koal (sekarang angkatan Laut), Wara (sekarang Angkatan Udara) dan Polri untuk mengikuti tes masuk masuk polisi karena wanita ABRI saat itu belum ada.

Kemudian dia menjalani pendidikan di Pusdik Kota Lembang. Setelah mendapatkan pendidikan dasar, dia bersama 75 teman seangkatannya dikirim ke pusat pendidikan masing-masing. Karena mengambil jalur Polri, dia dikirim untuk melanjutkan pendidikan polisinya di Secapa Sukabumi, yang saat itu namanya Diktab Pamilsu Polwan.

Dia yang termuda dari total 76 personel diangkatannya. Dari 76 itu, dia termasuk dari 25 orang yang dinyatakan lulus menjadi Polwan di era tersebut. Maka, pada 15 Oktober 1982, resmilah dia sebagai Polwan.

Di awal-awal karirnya sebagai Polwan, dia ditempatkan di Sat Binmas Kodak Polda Sumut, yang sekarang namanya Direktorat Binmas Polda Sumut. Disini dia bertugas selama kurun waktu 12 tahun. “Dari 1982 sampai 1994 saya ditugaskan di Sat Binmas Kodak Sumut,” ujarnya.

Dua belas tahun bertugas di situ, dia kemudian melanjutkan sekolah sekola lanjutan perwira (Selapa). Pada pertengahan 1994, dia kembali ditugaskan di Polda Sumut dan dipercaya menjabat Kasubag Polwan Polda Sumut. Jabatan itu dijalaninya selama 3 tahun lamanya. Pada 1997, dia mengikuti seleksi di Rindam. Diapun kemudian meniti karir sebagai anggota DPR. “Saya pernah menjadi anggota DPR, ketua Fraksi ABRI DPRD. Saya juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Kota Binjai,” sebutnya.

Profesi itu dijalaninya hingga akhir 2006. Pada awal 2007, dia kembali ditugaskan di Direktorat Binmas Polda Sumut. Dia termasuk perwira menengah di situ. Kemudian dia kembali ditugaskan di Gedung Sekolah Polisi Negara (SPN) sebelum akhirnya kembali ditugaskan kembali di Dit Binmas Polda Sumut.
Pada 2010, wanita yang lahir di Pematangsiantar itu dipercaya menjadi Kabag Bin Opsnal Dit Binmas Poldasu. Jabatan itu tak lama dipegangnya. Pada 2012, terhitung sejak Juni kemudian dia diangkat menjadi Kasubdit Bin Satpam/Polsus Dit Binmas Polda Sumut.

Dilahirkan di Asrama Rindam, Pematang siantar, 24 Oktober 1959 silam, anak pertama dari 8 bersaudara dari pasangan Letkol Purnawirawan Josep Ginting (alm) dan M br Surbakti itu, tercatat sudah 30 tahun berkarir sebagai Polwan. Itu artinya, 15 pimpinan Kapolda di Polda Sumut sudah dilaluinya.
Kini Yusmeri ingin mengabdikan hidupnya sebagai Polwan sampai akhir hidupnya. Lulusan IKIP tahun 1982 itu pun kini sudah berpangkat Ajun Komisari Besar Polisi (AKBP). Dia mengatakan, dari 30 tahun meniti karir sebagai Polwan, dia memiliki satu pengalaman yang sampai sekarang tidak bisa dilupakannya. Masih ingat dibenaknya, pada 2006 saat dia melakukan penyamaran untuk menangkap polisi wanita gadungan di kawasan Hamparan Perak.

Dia mengisahkan mendapat infromasi dari keluarganya yang ada di Hamparan Perak kalau ada Polwan wanita gadungan yang menyamar, dengan mengelabui masyarakat sekitar bisa memasukkan warga setempat menjadi PNS. “Bersama Bripka Jamilah anggota Polsek Sunggal kemudian kami menyusun strategi untuk menangkap polisi gadungan itu dengan berpuara-pura ada anggota keluarganya yang mau masuk PNS,” ujarnya.

Saat bertemu langsung dengan pelaku, dia kemudian membuka penyamarannya dan langsung menyerahkan tersangka ke Polsek Hamparan Perak. “Hati saya miris waktu menangkapnya, ternyata dia melakukan hal itu untuk biaya perobatan anaknya yang di rawat di rumah sakit karena mengalami penyakit demam berdarah,” sebutnya.

Akhirnya, dia berharap, pada hari ulang tahun ke-64, Polwan semakin semangat bekerja dan betul-betul berkarir. “Tingkatkan disiplin agar mendapat jabatan yang lebih tinggi lagi,” ujarnya.

Dengan motto, berdoa sambil bekerja dan apa adanya. “Saya bangga menjadi Polwan. Teruslah berkarir polisi wanita. Tunjukkan kita mampu menjalani tugas negara ini,” pungkasnya. (*)

AKBP Yusmeri Ginting 30 Tahun Menjadi Polwan

Ada dua melati dipundaknya. Berwarna emas. Sebuah jam tangan mungil yang mapan di lengan kirinya juga berwarna emas. Namun warna ini tidak begitu mencolok, yang mencuri perhatian adalah seragam cokelatnya itu. Ya, dia seorang polisi dan dia seorang wanita.

SAAT DITEMUI: AKBP Yusmeri Ginting saat ditemui  Mapoldasu, Jumat (31/8).//ANDRI GINTING/SUMUT POS
SAAT DITEMUI: AKBP Yusmeri Ginting saat ditemui di Mapoldasu, Jumat (31/8).//ANDRI GINTING/SUMUT POS
Ketika ditemui Sumut Pos, wanita yang sudah berusia 52 tahun itu tersenyum. Hari jadi ke-62 polisi wanita (Polwan) yang jatuh pada hari ini tampaknya membuatnya sumringah. Ya, dia adalah Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Yusmeri Ginting, Kasubdit Bin Satpam/Polsus Dit Binmas Polda Sumut.
“Polwan itu tangguh. Polwan itu memiliki sisi humanis yang tidak dimiliki polisi laki-laki,” buka Yusmeri di Mapoldasu, kemarin.
Ibu dari 4 anak ini pun menjelaskan arti kata tangguh tadi.

Polwan itu baginya adalah sosok petugas pelindung negara. Selain melayani masyarakat, mereka juga harus melindungi keluarga. “Selain bertugas di institusi kepolisian, kami juga harus mengurus suami dan anak-anak kami. Kami sebagai polisi, kami juga sebagai istri dan ibu bagi anak-anak kami,” sebutnya.

Lalu, bagaimana jalan Yusmeri hingga menjadi seorang Polwan? Untuk pertanyaan ini, Yusmeri menjawabnya dengan cerita panjang.

Dilahirkan sebagai anak tentara, Yusmery, sejatinya bercita-cita ingin menjadi wanita Angkatan Bersenjata Republik Indonesi (ABRI). Alumni IKIP Medan itupun mengawali peruntungannya dengan mencoba tes di Polisi Sepamilsu Wanita ABRI pada 1982. Perjuangannya tak sia-sia, wanita berambut pendek ini akhirnya dinyatakan lulus dari jalur tersebut.

“Sejak kecil karena pengaruh lingkungan melihat kedisplinan ABRI dan dibesarkan di lingkungan asrama, saya selalu bercita-cita menjadi ABRI, yang mana pada saat itu belum ada wanita ABRI hingga akhirnya saya sekarang menjadi Polwan,” sebutnya.

Dia kemudian menjalani pendidikan di Kodam I/BB. Di tahun yang sama, turunlah perintah panglima TNI, yang isinya mengimbau kepada seluruh universitas agar sarjana muda yang mengikuti seleksi wanita ABRI terdiri dari Koad (sekarang angkatan Darat), Koal (sekarang angkatan Laut), Wara (sekarang Angkatan Udara) dan Polri untuk mengikuti tes masuk masuk polisi karena wanita ABRI saat itu belum ada.

Kemudian dia menjalani pendidikan di Pusdik Kota Lembang. Setelah mendapatkan pendidikan dasar, dia bersama 75 teman seangkatannya dikirim ke pusat pendidikan masing-masing. Karena mengambil jalur Polri, dia dikirim untuk melanjutkan pendidikan polisinya di Secapa Sukabumi, yang saat itu namanya Diktab Pamilsu Polwan.

Dia yang termuda dari total 76 personel diangkatannya. Dari 76 itu, dia termasuk dari 25 orang yang dinyatakan lulus menjadi Polwan di era tersebut. Maka, pada 15 Oktober 1982, resmilah dia sebagai Polwan.

Di awal-awal karirnya sebagai Polwan, dia ditempatkan di Sat Binmas Kodak Polda Sumut, yang sekarang namanya Direktorat Binmas Polda Sumut. Disini dia bertugas selama kurun waktu 12 tahun. “Dari 1982 sampai 1994 saya ditugaskan di Sat Binmas Kodak Sumut,” ujarnya.

Dua belas tahun bertugas di situ, dia kemudian melanjutkan sekolah sekola lanjutan perwira (Selapa). Pada pertengahan 1994, dia kembali ditugaskan di Polda Sumut dan dipercaya menjabat Kasubag Polwan Polda Sumut. Jabatan itu dijalaninya selama 3 tahun lamanya. Pada 1997, dia mengikuti seleksi di Rindam. Diapun kemudian meniti karir sebagai anggota DPR. “Saya pernah menjadi anggota DPR, ketua Fraksi ABRI DPRD. Saya juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Kota Binjai,” sebutnya.

Profesi itu dijalaninya hingga akhir 2006. Pada awal 2007, dia kembali ditugaskan di Direktorat Binmas Polda Sumut. Dia termasuk perwira menengah di situ. Kemudian dia kembali ditugaskan di Gedung Sekolah Polisi Negara (SPN) sebelum akhirnya kembali ditugaskan kembali di Dit Binmas Polda Sumut.
Pada 2010, wanita yang lahir di Pematangsiantar itu dipercaya menjadi Kabag Bin Opsnal Dit Binmas Poldasu. Jabatan itu tak lama dipegangnya. Pada 2012, terhitung sejak Juni kemudian dia diangkat menjadi Kasubdit Bin Satpam/Polsus Dit Binmas Polda Sumut.

Dilahirkan di Asrama Rindam, Pematang siantar, 24 Oktober 1959 silam, anak pertama dari 8 bersaudara dari pasangan Letkol Purnawirawan Josep Ginting (alm) dan M br Surbakti itu, tercatat sudah 30 tahun berkarir sebagai Polwan. Itu artinya, 15 pimpinan Kapolda di Polda Sumut sudah dilaluinya.
Kini Yusmeri ingin mengabdikan hidupnya sebagai Polwan sampai akhir hidupnya. Lulusan IKIP tahun 1982 itu pun kini sudah berpangkat Ajun Komisari Besar Polisi (AKBP). Dia mengatakan, dari 30 tahun meniti karir sebagai Polwan, dia memiliki satu pengalaman yang sampai sekarang tidak bisa dilupakannya. Masih ingat dibenaknya, pada 2006 saat dia melakukan penyamaran untuk menangkap polisi wanita gadungan di kawasan Hamparan Perak.

Dia mengisahkan mendapat infromasi dari keluarganya yang ada di Hamparan Perak kalau ada Polwan wanita gadungan yang menyamar, dengan mengelabui masyarakat sekitar bisa memasukkan warga setempat menjadi PNS. “Bersama Bripka Jamilah anggota Polsek Sunggal kemudian kami menyusun strategi untuk menangkap polisi gadungan itu dengan berpuara-pura ada anggota keluarganya yang mau masuk PNS,” ujarnya.

Saat bertemu langsung dengan pelaku, dia kemudian membuka penyamarannya dan langsung menyerahkan tersangka ke Polsek Hamparan Perak. “Hati saya miris waktu menangkapnya, ternyata dia melakukan hal itu untuk biaya perobatan anaknya yang di rawat di rumah sakit karena mengalami penyakit demam berdarah,” sebutnya.

Akhirnya, dia berharap, pada hari ulang tahun ke-64, Polwan semakin semangat bekerja dan betul-betul berkarir. “Tingkatkan disiplin agar mendapat jabatan yang lebih tinggi lagi,” ujarnya.

Dengan motto, berdoa sambil bekerja dan apa adanya. “Saya bangga menjadi Polwan. Teruslah berkarir polisi wanita. Tunjukkan kita mampu menjalani tugas negara ini,” pungkasnya. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/