MEDAN, SUMUTPOS.CO – Forum Kesenian Medan (FKM) didukung Pemerintah Kota (Pemko) Medan melalui Dinas Kebudayaan, menggelar pentas baca dan musikalisasi puisi di Museum Negeri Sumut Jalan H.M. Joni Medan, Rabu (31/8) petang.
Perpaduan harmonis seni puisi dengan musik dan teater kian menonjolkan tema nasionalisme dan cinta tanah kelahiran dalam gelang seni dan budaya tersebut.
Wali Kota Medan Bobby Nasution diwakili Kadis Kebudayaan O.K. Zulfi dalam kata sambutannya, memberikan apresiasi atas kegiatan seni budaya yang dihelat FKM. “Kata orang bijak, hidup tanpa seni ibarat sayur tanpa garam, pasti akan terasa hambar. Jika ilmu pengetahuan dan teknologi dibutuhkan untuk menutrisi otak manusia, maka seni dibutuhkan sebagai nutrisi jiwa manusia,” ucap Zulfi.
Di hadapan Ketua FKM Medan, Ketua Dewan Kesenian Sumatera Utara, Kepala Museum Negeri Sumut dan ratusan pengunjung yang hadir, O.K Zulfi juga menyampaikan harapannya atas kegiatan tersebut.
Zulfi berharap, pagelaran pentas baca & musikalisasi puisi tersebut dapat memacu dan memicu para seniman di Kota Medan untuk semakin giat dalam berkarya. “Berkarya untuk menunjukkan eksistensi dan kepedulian terhadap kemajuan dunia seni di Indonesia,” ujarnya.
Ia juga berharap, agar di masa mendatang, kerjasama yang telah terjalin cukup erat antara Pemko Medan dengan para seniman dapat semakin ditingkatkan secara lebih intensif lagi.
“Beberapa waktu belakangan ini gaung seniman Kota Medan kurang terdengar di kancah nasional. Dengan adanya kegiatan-kegiatan seperti ini, para seniman Kota Medan bisa kembali memberikan karya-karya terbaiknya untuk Kota Medan bahkan di tingkat nasional,” katanya.
Zulfi juga mengatakan, Kota Medan yang kaya ragam kultur dan budaya menjadi kekuatan tersendiri bagi dunia seni budaya di Indonesia. Para seniman di Kota Medan jha diharapkan dapat mengeksplorasi ragam kultur dan budaya di Kota Medan itu sebagai nilai jual bagi dunia seni dan budaya.
“Keragaman etnik, suku dan budaya yang dimiliki Kota Medan, tidak dimiliki oleh banyak daerah lainnya. Ini menjadi kelebihan yang dimiliki Kota Medan dan dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh para seniman di Kota Medan,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua FKM, Porman Wilson Manalu, mengatakan Gelar Baca dan Musikalisasi Puisi ini merupakan salah satu dari beberapa program kerja yang dilaksanakan tahun ini. “Progam ini mendapat dukungan penuh dari Pemko Medan melalui Dinas Kebudayaan Medan,” tuturnya.
Dia menerangkan, dalam pagelaran ini, FKM mengetengahkan spirit kolaborasi untuk dalam perjuangan meraih keberkahan. Kolaborasi para penyair, deklamator, musisi, dan teaterawan dalam pertunjukan ini, membuat pesan-pesan yang terkandung dalam puisi-puisi sampai lebih optimal kepada penonton.
“Bukan saja pesan, kolaborasi ini juga diharapkan dapat mengguratkan kesan mendalam di hati penonton,” ujar Porman juga sempat menimba ilmu di Bengkel Teater Rendra ini.
Porman juga mengatakan, kolaborasi ini menjadi spirit bagi FKM. Sebab, FKM merupakan wadah berbagai para seniman dari berbagai cabang seni, antara lain sastra, teater, tari, rupa, juga musik dalam berkarya.
“Karya-karya seniman Medan, sejak dulu hingga sekarang tidak kalah dengan kota-kota lain di Indonesia. Kolaborasi antar seniman andal ini diharapkan memberikan kontribusi pada pembangunan sektor budaya di ibukota Sumatra Utara ini,” ungkap sutradara Teater QUE yang pernah menghebohkan teater Indonesia dengan karyanya ‘Dialog Kursi’ itu.
Porman juga mengakui, saat ini Pemko Medan juga tampak memberikan perhatian yang besar pada pengembangan kesenian dan kebudayaan. Ia menilai, hal ini merupakan perkembangan yang menggembirakan dan diharapkan dapat terus berlanjut dan ditingkatkan di masa-masa mendatang. “Selain memperkuat identitas, karya seni juga dapat menumbuhkan kecintaan dan rasa memiliki warga terhadap kotanya,” pungkasnya.
Pantauan Sumut Pos, ratusan penonton yang didominasi kalangan anak muda di Kota Medan itu pun larut saat menyaksikan puisi yang ditampilkan para penyair, teaterawan, dan musisi Kota Medan.
Pergelaran bertajuk Kolaborasi Medan Berkah yang didukung penuh Dinas Kebudayaan Medan itu, menampilkan pembacaan puisi oleh sejumlah penyair ternama Kota Medan, yakni Teja Purnama, S. Ratman Suras, Suyadi San, dan Titan Sadewo.
Dengan ekspresi khas, para penyair ini mengetengahkan kesejarahan dan kekinian Medan yang mengandung harapan kebaikan pada kota yang mulai dibuka oleh Guru Patimpus di pertemuan Sungai Deli dan Babura ini.
Selain penyair, pergelaran menghadirkan lima deklamator andal Medan yakni Abdul Razak Nasution, Susi Suhaimi, Rahmi Avira Elka Nasution, dan Eva Susanti. Totalitas kelima deklamator diperkuat musikalisasi puisi RAR Musik Puisi dan Komunitas Rumput Hijau juga tataan suara dan cahaya yang apik cukup memukau.
Penonton yang memadati lantai 2 Museum Negeri yang “disulap” seniman Rudi Pama, Hendri Batubara, Soekisno, Yunus Rangkuti, Kamal Nasution, dan Ridho menjadi gedung teater itu bertahan hingga acara pertunjukan berakhir. (map/ila)