31 C
Medan
Sunday, June 30, 2024

Menyisir Lokasi Jatuhnya Pesawat Melalui Jalur Darat

Lintasi Jalan Terjal hingga Menyeberangi Sungai

Bangkai pesawat Casa yang jatuh Kamis (29/9) lalu sampai saat ini belum juga berhasil ditemukan oleh petugas gabungan TNI, Polri serta tim SAR. Seperti apa penyisirannya.

Penyisiran kedua yang dilakukan petugas berawal dari Ladang Coles, tempat dimana Kapolres Langkat, AKBP Mardiono, Dandim 0203 Langkat, Letkol ARH YP Girsang serta puluhan anggota dari TNI, Polri dan Tim SAR beristirahat untuk tidur malam setelah pencarian pertama gagal.

Wartawan Sumut Pos yang ikut bersama tim yang akan melakukan penyisiran melaporkan tim tiba di Ladang Coles sekitar pukul 07.00 WIB. Di ladang, Kapolres Langkat, Dandim, tim SAR dan puluhan pasukan TNI dan Polri tampak sibuk menyiapkan perbekalan. Sebagian pasukan TNI dan Polri lagi asyik menikmati nasi putih dan mie instan yang disajikan oleh parjurit Raider 100.

Usai menikmati makanan apa adanya, akhirnya tim penyisir jalur darat yang dipimpin Kapolres Langkat dan Dandim 0203 Langkat, sekitar pukul 08.00 WIB, menyusun barisan untuk memulai kembali penyisiran yang kedua. Wartawan yang ikut juga harus menyusun barisan demi menjaga keselamatan saat melakukan penyisiran.

Ketika barisan sudah disiapkan, Dandim 0203 Langkat, ARH YP Girsang, menyampaikan bahwa titik lokasi perkiraan pesawat jatuh ada di Gunung Sengkelam. Bahkan, jarak yang harus ditempuh dari lokasi peristirahatan mencapai 15 kilometer.

Setelah Dandim memberikan intruksi, akhirnya tim melakukan penyisiran ke lokasi yang dimaksud. Sepanjang perjalanan, tim yang melakukan penyisiran tampak tertantang dengan jalanan yang terjal. Bahkan, sesekali tim penyisir juga sempat tersesat di hutan yang dipenuhi dengan pohon karet. Beruntung, warga setempat yang sedang menderes getah berkenan menunjukkan jalan pintas menuju ke lokasi.

Jalan pintas yang ditunjukan olah warga setempat harus mendaki bukit yang cukup terjal. Sehingga, lutut kaki serasa ingin lepas dan tak berdaya untuk melangkah. Personel tim terpaksa memegang sebuah kayu untuk menopang kaki agar dapat mendaki bukit terjal tersebut.

Meskipun sudah lelah, tetapi rasa lelah itu dapat hilang setelah sampai di pucak bukti. Ditambah, keindahan alam yang terlihat dari puncak bukit dengan hamparan hutan di pegunungan yang cukup luas membuat pandangan mata menjadi segar.

Kapolres Langkat, AKBP Mardiono didampingi dua anggotanya terus berjalan dengan sebuah kayu di tangannya. Baju dinas yang basah terkena keringat dan celana dinas kotor terkena lumpur sudah tidak dihiraukan lagi.

Sesekali personel meneguk air minum yang dibawa. Tapi, persediaan air minum lama-lama habis sehingga terpaksa meminum air yang mengalir di lereng pegunungan.

Tim akhirnya tiba di sebuah sungai yang airnya mengalir dengan jernih dan dingin. Tim pun terpaksa menyebrangi sungai tersebut demi menuju lokasi tempat dimana pesawat Casa jatuh.  Setelah menyebarangi sungai, tim terus melanjutkan perjalanan dengan mendaki sejumlah bukit terjal.

Setelah perjalanan 3 jam tim akhirnya tiba di sebuah pondok tempat dimana warga beristirahat sehabis menderes getah.  “Perjalanan ini tidak bisa kita lakukan dengan menyisir lereng pegunungan ini. Apalagi, lokasi masih jauh. Kata warga setempat, untuk menuju ke lokasi membutuhkan waktu dua atau tiga hari,” ujar AKBP Mardiono di pondok tempat persitirahatan warga.

Selain itu, sambungnya, untuk menuju ke lokasi belum diketahui pasti seperti apa medannya. Bisa saja, bukitnya lebih terjal dari yang sudah dilalui.

“Untuk itu kita memilih kembali dan penyisiran akan dilanjutkan oleh regu kedua,” katanya. Penyisiran oleh regu kedua pun dilakukan, tim pertama berputar arah untuk kembali ke posko semula. (*)

Lintasi Jalan Terjal hingga Menyeberangi Sungai

Bangkai pesawat Casa yang jatuh Kamis (29/9) lalu sampai saat ini belum juga berhasil ditemukan oleh petugas gabungan TNI, Polri serta tim SAR. Seperti apa penyisirannya.

Penyisiran kedua yang dilakukan petugas berawal dari Ladang Coles, tempat dimana Kapolres Langkat, AKBP Mardiono, Dandim 0203 Langkat, Letkol ARH YP Girsang serta puluhan anggota dari TNI, Polri dan Tim SAR beristirahat untuk tidur malam setelah pencarian pertama gagal.

Wartawan Sumut Pos yang ikut bersama tim yang akan melakukan penyisiran melaporkan tim tiba di Ladang Coles sekitar pukul 07.00 WIB. Di ladang, Kapolres Langkat, Dandim, tim SAR dan puluhan pasukan TNI dan Polri tampak sibuk menyiapkan perbekalan. Sebagian pasukan TNI dan Polri lagi asyik menikmati nasi putih dan mie instan yang disajikan oleh parjurit Raider 100.

Usai menikmati makanan apa adanya, akhirnya tim penyisir jalur darat yang dipimpin Kapolres Langkat dan Dandim 0203 Langkat, sekitar pukul 08.00 WIB, menyusun barisan untuk memulai kembali penyisiran yang kedua. Wartawan yang ikut juga harus menyusun barisan demi menjaga keselamatan saat melakukan penyisiran.

Ketika barisan sudah disiapkan, Dandim 0203 Langkat, ARH YP Girsang, menyampaikan bahwa titik lokasi perkiraan pesawat jatuh ada di Gunung Sengkelam. Bahkan, jarak yang harus ditempuh dari lokasi peristirahatan mencapai 15 kilometer.

Setelah Dandim memberikan intruksi, akhirnya tim melakukan penyisiran ke lokasi yang dimaksud. Sepanjang perjalanan, tim yang melakukan penyisiran tampak tertantang dengan jalanan yang terjal. Bahkan, sesekali tim penyisir juga sempat tersesat di hutan yang dipenuhi dengan pohon karet. Beruntung, warga setempat yang sedang menderes getah berkenan menunjukkan jalan pintas menuju ke lokasi.

Jalan pintas yang ditunjukan olah warga setempat harus mendaki bukit yang cukup terjal. Sehingga, lutut kaki serasa ingin lepas dan tak berdaya untuk melangkah. Personel tim terpaksa memegang sebuah kayu untuk menopang kaki agar dapat mendaki bukit terjal tersebut.

Meskipun sudah lelah, tetapi rasa lelah itu dapat hilang setelah sampai di pucak bukti. Ditambah, keindahan alam yang terlihat dari puncak bukit dengan hamparan hutan di pegunungan yang cukup luas membuat pandangan mata menjadi segar.

Kapolres Langkat, AKBP Mardiono didampingi dua anggotanya terus berjalan dengan sebuah kayu di tangannya. Baju dinas yang basah terkena keringat dan celana dinas kotor terkena lumpur sudah tidak dihiraukan lagi.

Sesekali personel meneguk air minum yang dibawa. Tapi, persediaan air minum lama-lama habis sehingga terpaksa meminum air yang mengalir di lereng pegunungan.

Tim akhirnya tiba di sebuah sungai yang airnya mengalir dengan jernih dan dingin. Tim pun terpaksa menyebrangi sungai tersebut demi menuju lokasi tempat dimana pesawat Casa jatuh.  Setelah menyebarangi sungai, tim terus melanjutkan perjalanan dengan mendaki sejumlah bukit terjal.

Setelah perjalanan 3 jam tim akhirnya tiba di sebuah pondok tempat dimana warga beristirahat sehabis menderes getah.  “Perjalanan ini tidak bisa kita lakukan dengan menyisir lereng pegunungan ini. Apalagi, lokasi masih jauh. Kata warga setempat, untuk menuju ke lokasi membutuhkan waktu dua atau tiga hari,” ujar AKBP Mardiono di pondok tempat persitirahatan warga.

Selain itu, sambungnya, untuk menuju ke lokasi belum diketahui pasti seperti apa medannya. Bisa saja, bukitnya lebih terjal dari yang sudah dilalui.

“Untuk itu kita memilih kembali dan penyisiran akan dilanjutkan oleh regu kedua,” katanya. Penyisiran oleh regu kedua pun dilakukan, tim pertama berputar arah untuk kembali ke posko semula. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/