Hari ini Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Gatot Pujo Nugroho mengirimkan surat ke Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono terkait dengan alokasi gas dari Sumur Benggala yang terletak di Kabupaten Langkat. Gatot, mengharapkan agar gas dari Sumur Benggala yang mampu memproduksi 4 million standard cubic feet per day (mmscfd) dapat diserahkan seutuhkan kepada industri.
“Besok (hari ini, Red) saya menyerahkan surat kepada presiden agar alokasi gas dapat diberikan seutuhkan kepada industri. Mengingat, industri kita juga sedang dalam krisis gas,” ujarnya saat berbincang dengan awak Sumut Posn
tadi malam di Graha Pena Medan.
Dijelaskannya, surat permintaan ini sudah kedua kali diserahkannya, sebelumnya dirinya telah menyerahkan surat kepada kementrian ESDM (Energi Sumber Daya Mineral). Karena, kementrian ESDM dalam hal ini yang menentukan alokasi gas tersebut. Tetapi, karena belum mendapatkan jawaban yang memuaskan, akhirnya Gubsu menyerahkan surat kepada presiden.
“Saat ini yang disalurkan PGN hanya sekitar 7 mmscfd. Dan itu belum mencukupi karena kebutuhan gas di Sumut berkisar 22 mmscfd per hari. Apalagi, saat ini banyak sudah industri yang tutup karena tidak ada gas. Jadi, kita benar-benar berharap agar PLN di Sumut mengalah dan menyerahkan gas Sumut Benggala dari Pertamina EP diserahkan seutuhnya ke PGN,” lanjutnya.
Sebelumnya, PLN memang sudah mendengar kalau jatah gas dari Sumur Benggala, Langkat sebesar 2 mmscfd atau 2 juta kaki kubik per hari yang akan didistribusikan ke PLN, batal diberikan. Seluruh hasil eksplorasi gas Sumur Benggala sebesar 4 juta kaki kubik, akan disalurkan untuk industri.
Semula, jika PLN diberikan separuh hasil eksplorasi gas Sumur Benggala, maka dapat mengurangi 1 jam pemadaman per hari. Sebab, 2 mmscfd itu dapat menghasilkan tenaga sebesar 10 megawatt per hari untuk PLN. “Jumlah itu dapat mengurangi pemadaman listrik setidaknya 1 jam dari 3 jam,” kata General Manager (GM) PT PLN Pembangkitan Sumatera Bagian Utara (KITSBU) Bernadus Sudarmanta.
Pjs Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Sumatera Utara, Tohar Suhartono mengakui kalau Menteri ESDM Jero Wacik sudah menyetujui hasil eksplorasi gas dari Sumur Benggala 1 nantinya akan diberikan seluruhnya untuk keperluan industri.”Ya menteri sudah menyetujui,” ujarnya di kantornya Jalan Sekip Baru Medan, kemarin.
Dikatakan Tohar, jika PLN tetap ngotot minta 2 mmscfd, alokasi itu tidak berarti. Sebab, PLN hanya mau memperbaiki mesin-mesin yang kecil dengan gas tersebut. Karena itu, PLN harus merelakan alokasinya untuk industri dulu.
Ketua Asosiasi Perusahaan Pengguna Gas (Apigas) yang juga Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Energi DPD Kadin Sumut Johan Brien mengatakan, krisis gas di Sumut sudah terjadi sejak tahun 2000, tetapi masih bisa ditangani oleh para pelaku industri. Lalu memuncaknya tahun 2006 saat adanya demonstrasi tentang krisisi gas tersebut. “Kadin akan memperjuangkan gas Benggala untuk industri, karena sudah sangat banyak industri yang mengeluhkan,” kata Johan.
Kepala Cabang PT PGN Sumabangut, Moegiono menyatakan sangat bersyukur dengan semua yang dilakukan oleh Gubernur dan pengusaha yang ada di Sumut. Mengingat, selama ini PGN yang disalahkan karena krisis gas di Medan dan Sumut. “Kita bukannya tidak bersyukur, tetapi dengan penambahan alokasi saat ini saja belum cukup. Jadi, kita terus berusaha untuk memenuhi kebutuhan gas di Sumut,” ujarnya. (ram/ila/rud)
Gubsu: PLN Harus Mengalah
Hari ini Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Gatot Pujo Nugroho mengirimkan surat ke Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono terkait dengan alokasi gas dari Sumur Benggala yang terletak di Kabupaten Langkat. Gatot, mengharapkan agar gas dari Sumur Benggala yang mampu memproduksi 4 million standard cubic feet per day (mmscfd) dapat diserahkan seutuhkan kepada industri.
“Besok (hari ini, Red) saya menyerahkan surat kepada presiden agar alokasi gas dapat diberikan seutuhkan kepada industri. Mengingat, industri kita juga sedang dalam krisis gas,” ujarnya saat berbincang dengan awak Sumut Posn
tadi malam di Graha Pena Medan.
Dijelaskannya, surat permintaan ini sudah kedua kali diserahkannya, sebelumnya dirinya telah menyerahkan surat kepada kementrian ESDM (Energi Sumber Daya Mineral). Karena, kementrian ESDM dalam hal ini yang menentukan alokasi gas tersebut. Tetapi, karena belum mendapatkan jawaban yang memuaskan, akhirnya Gubsu menyerahkan surat kepada presiden.
“Saat ini yang disalurkan PGN hanya sekitar 7 mmscfd. Dan itu belum mencukupi karena kebutuhan gas di Sumut berkisar 22 mmscfd per hari. Apalagi, saat ini banyak sudah industri yang tutup karena tidak ada gas. Jadi, kita benar-benar berharap agar PLN di Sumut mengalah dan menyerahkan gas Sumut Benggala dari Pertamina EP diserahkan seutuhnya ke PGN,” lanjutnya.
Sebelumnya, PLN memang sudah mendengar kalau jatah gas dari Sumur Benggala, Langkat sebesar 2 mmscfd atau 2 juta kaki kubik per hari yang akan didistribusikan ke PLN, batal diberikan. Seluruh hasil eksplorasi gas Sumur Benggala sebesar 4 juta kaki kubik, akan disalurkan untuk industri.
Semula, jika PLN diberikan separuh hasil eksplorasi gas Sumur Benggala, maka dapat mengurangi 1 jam pemadaman per hari. Sebab, 2 mmscfd itu dapat menghasilkan tenaga sebesar 10 megawatt per hari untuk PLN. “Jumlah itu dapat mengurangi pemadaman listrik setidaknya 1 jam dari 3 jam,” kata General Manager (GM) PT PLN Pembangkitan Sumatera Bagian Utara (KITSBU) Bernadus Sudarmanta.
Pjs Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Sumatera Utara, Tohar Suhartono mengakui kalau Menteri ESDM Jero Wacik sudah menyetujui hasil eksplorasi gas dari Sumur Benggala 1 nantinya akan diberikan seluruhnya untuk keperluan industri.”Ya menteri sudah menyetujui,” ujarnya di kantornya Jalan Sekip Baru Medan, kemarin.
Dikatakan Tohar, jika PLN tetap ngotot minta 2 mmscfd, alokasi itu tidak berarti. Sebab, PLN hanya mau memperbaiki mesin-mesin yang kecil dengan gas tersebut. Karena itu, PLN harus merelakan alokasinya untuk industri dulu.
Ketua Asosiasi Perusahaan Pengguna Gas (Apigas) yang juga Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Energi DPD Kadin Sumut Johan Brien mengatakan, krisis gas di Sumut sudah terjadi sejak tahun 2000, tetapi masih bisa ditangani oleh para pelaku industri. Lalu memuncaknya tahun 2006 saat adanya demonstrasi tentang krisisi gas tersebut. “Kadin akan memperjuangkan gas Benggala untuk industri, karena sudah sangat banyak industri yang mengeluhkan,” kata Johan.
Kepala Cabang PT PGN Sumabangut, Moegiono menyatakan sangat bersyukur dengan semua yang dilakukan oleh Gubernur dan pengusaha yang ada di Sumut. Mengingat, selama ini PGN yang disalahkan karena krisis gas di Medan dan Sumut. “Kita bukannya tidak bersyukur, tetapi dengan penambahan alokasi saat ini saja belum cukup. Jadi, kita terus berusaha untuk memenuhi kebutuhan gas di Sumut,” ujarnya. (ram/ila/rud)