30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Alhamdulillah, Nunggu Seharian Dapat Beras

“Alhamdulillah, nunggu-nunggu seharian dapat beras. Jarang-jarang ini… cuma ada di May Day saja. Kami bangga dengan kegiatan ini, kalau bisa peringatan May Day tahun depan bisa lebih meriah lagi.”
Itulah ucapan syukur Selvia, di tengah hiruk-pikuk keramaian May Day, Rabu (1/5) Ia dan beberapa rekannya yang tergabung dalam Serikat Pekerja Seluruh Indonesia, Logam Elektrik dan Mesin (SPSI-LEM), karyawati di PT Golgon, Yos Sudarso, terlihat bercanda ria sembari mendengarkan alunan musik persembahan Pemko Medan, di teras Pendopo Lapangan Merdeka, Medan.

Ia mengaku, sejak pukul 08.00 WIB pagi ia dan rekan-rekannya sudah berkumpul di Lapangan Merdeka. Hingga pukul 14.00 WIB, perempuan berusia 42 tahun ini tidak menunjukkan wajah lelah. “Perayaan ini kan hanya sekali setahun. Pembagian sembako dan lucky draw juga hanya ada hari ini. Kita menunggu lucky draw, mana tahu beruntung. Sayang ‘kan kalau ditinggal,” katanya, sembari senyum sumringah.

Sembari mengelap wajahnya yang berkeringat karena kepanasan, Selvia dan rekannya, Erlina menunjukkan karung beras yang diberikan Pemko Medan kepadanya. “Alhamdulilah, nunggu-nunggu seharian dapat beras. Jarang-jarang ini, cuma ada di May Day saja. Kami bangga dengan kegiatan ini, kalau bisa peringatan May Day tahun depan bisa lebih meriah lagi. Jadi ada penghargaan buat buruh itu,” harap buruh yang bekerja di perusahaan plastik ini.

Harapan serupa juga disampaikan Sharudin (40), karyawan PT United Rope yang mendapatkan lucky draw sebuah dispenser. “Di Hari Buruh ini, kami mengharapkan buruh lebih diperhatikan dan 1 Mei dapat dijadikan sebagai hari libur Nasional,” katanya.

Pantauan di lapangan, ratusan buruh yang ikut merayakan May Day di Lapangan Merdeka sangat menikmati perayaan tersebut. Mereka bernyanyi dan menari ria menikmati alunan musik. Sementara yang lain duduk bersantai dan menunggu lucky draw diundi.

Sementara itu, ratusan buruh yang tergabung dalam Konsolidasi Buruh dan Rakyat Indonesia (KBRI) melakukan long march dari Bundaran Majestyk menuju Jalan Balai Kota ke DPRD Sumut dan berakhir di BPN, Jalan Brigjen Katamso. Aksi ini menuntut kesejahteraan para buruh yang telah lama disuarakan namun tidak juga mendapat tanggapan.

Namun di tengah kegembiraan menikmati hari special mereka, buruh menyayangkan ketidakkompakan buruh pada May Day kali ini.
“Kami kecewa teman-teman buruh yang sekarang merayakan May Day bersama pemerintah. Kita tahu kondisi buruh saat ini masih memprihatinkan, 75 persen yang dituntut pada tahun-tahun lalu belum terealisasi. Bahkan sistem outsourcing di Sumut masih 85 persen,” kata Jumeida, koordinator aksi KBRI.

Menurutnya, pemberian beras, lucky draw, dan hadiah-hadiah lainnya kepada buruh hanyalah sebuah manipulasi kesadaran. “Ini kita lihat hanya sebagai manipulasi kesadaran saja. Sebelumnya kami sudah berkonsolidasi bersama serikat buruh tentang hal ini. Namun mungkin karena ada sebuah kepentingan dari pimpinan serikat, buruh jadi pecah,” katanya.

Tindakan ini, kata dia, dianggap sebagai manipulasi politik terhadap buruh. Kalau buruh bersatu artinya sistem kebijakan pemerintah akan goyang. Buruh masih ragu untuk menuntut, padahal sistem outsourcing menurutnya merupakan sistem perbudakan gaya baru.

“Sebenarnya, kami selalu melakukan konsolidasi sebelum May Day, agar jangan terpengaruh dengan pemerintahan. Ingatlah, keinginan buruh bukan beras, uang, dispenser itu, tapi kesejahteraan dan kehidupan yang lebih layak. Kami bukan untuk mengkritiki para buruh di sana, tapi hanya mengingatkan,” katanya. (mag-13)

“Alhamdulillah, nunggu-nunggu seharian dapat beras. Jarang-jarang ini… cuma ada di May Day saja. Kami bangga dengan kegiatan ini, kalau bisa peringatan May Day tahun depan bisa lebih meriah lagi.”
Itulah ucapan syukur Selvia, di tengah hiruk-pikuk keramaian May Day, Rabu (1/5) Ia dan beberapa rekannya yang tergabung dalam Serikat Pekerja Seluruh Indonesia, Logam Elektrik dan Mesin (SPSI-LEM), karyawati di PT Golgon, Yos Sudarso, terlihat bercanda ria sembari mendengarkan alunan musik persembahan Pemko Medan, di teras Pendopo Lapangan Merdeka, Medan.

Ia mengaku, sejak pukul 08.00 WIB pagi ia dan rekan-rekannya sudah berkumpul di Lapangan Merdeka. Hingga pukul 14.00 WIB, perempuan berusia 42 tahun ini tidak menunjukkan wajah lelah. “Perayaan ini kan hanya sekali setahun. Pembagian sembako dan lucky draw juga hanya ada hari ini. Kita menunggu lucky draw, mana tahu beruntung. Sayang ‘kan kalau ditinggal,” katanya, sembari senyum sumringah.

Sembari mengelap wajahnya yang berkeringat karena kepanasan, Selvia dan rekannya, Erlina menunjukkan karung beras yang diberikan Pemko Medan kepadanya. “Alhamdulilah, nunggu-nunggu seharian dapat beras. Jarang-jarang ini, cuma ada di May Day saja. Kami bangga dengan kegiatan ini, kalau bisa peringatan May Day tahun depan bisa lebih meriah lagi. Jadi ada penghargaan buat buruh itu,” harap buruh yang bekerja di perusahaan plastik ini.

Harapan serupa juga disampaikan Sharudin (40), karyawan PT United Rope yang mendapatkan lucky draw sebuah dispenser. “Di Hari Buruh ini, kami mengharapkan buruh lebih diperhatikan dan 1 Mei dapat dijadikan sebagai hari libur Nasional,” katanya.

Pantauan di lapangan, ratusan buruh yang ikut merayakan May Day di Lapangan Merdeka sangat menikmati perayaan tersebut. Mereka bernyanyi dan menari ria menikmati alunan musik. Sementara yang lain duduk bersantai dan menunggu lucky draw diundi.

Sementara itu, ratusan buruh yang tergabung dalam Konsolidasi Buruh dan Rakyat Indonesia (KBRI) melakukan long march dari Bundaran Majestyk menuju Jalan Balai Kota ke DPRD Sumut dan berakhir di BPN, Jalan Brigjen Katamso. Aksi ini menuntut kesejahteraan para buruh yang telah lama disuarakan namun tidak juga mendapat tanggapan.

Namun di tengah kegembiraan menikmati hari special mereka, buruh menyayangkan ketidakkompakan buruh pada May Day kali ini.
“Kami kecewa teman-teman buruh yang sekarang merayakan May Day bersama pemerintah. Kita tahu kondisi buruh saat ini masih memprihatinkan, 75 persen yang dituntut pada tahun-tahun lalu belum terealisasi. Bahkan sistem outsourcing di Sumut masih 85 persen,” kata Jumeida, koordinator aksi KBRI.

Menurutnya, pemberian beras, lucky draw, dan hadiah-hadiah lainnya kepada buruh hanyalah sebuah manipulasi kesadaran. “Ini kita lihat hanya sebagai manipulasi kesadaran saja. Sebelumnya kami sudah berkonsolidasi bersama serikat buruh tentang hal ini. Namun mungkin karena ada sebuah kepentingan dari pimpinan serikat, buruh jadi pecah,” katanya.

Tindakan ini, kata dia, dianggap sebagai manipulasi politik terhadap buruh. Kalau buruh bersatu artinya sistem kebijakan pemerintah akan goyang. Buruh masih ragu untuk menuntut, padahal sistem outsourcing menurutnya merupakan sistem perbudakan gaya baru.

“Sebenarnya, kami selalu melakukan konsolidasi sebelum May Day, agar jangan terpengaruh dengan pemerintahan. Ingatlah, keinginan buruh bukan beras, uang, dispenser itu, tapi kesejahteraan dan kehidupan yang lebih layak. Kami bukan untuk mengkritiki para buruh di sana, tapi hanya mengingatkan,” katanya. (mag-13)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/