25 C
Medan
Friday, June 28, 2024

RSU Pirngadi Perlu Diaudit

FOTO: TRIADI WIBOWO/SUMUT POS Gedung Rs Pirngadi.
FOTO: TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
Gedung Rs Pirngadi.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sebagai rumah sakit milik pemerintah Kota Medan seharusnya menjadi Badan Layanan Umum (BLU). Tampaknya RSUD dr Pirngadi Medan ini dinilai jauh dari kesan BLU. Bagaimana tidak, kini banyak bangunannya yang rusak serta tumpukan barang serta fasilitas yang tidak layak pakai.

Pantauan Sumut Pos, saat di dalam rumah sakit Pirngadi yang berlantai 8 ini terutama di beberapa lantai seperti lantai 4, lantai 5 dan lantai 6 isi bagian tata bangunan rusak dan tidak terbenahi.

Ketika berada di dalam ruang ICU RSUD dr Pirngadi Medan, dimana isi bagian tata ruangan Intensive Care Unit (ICU) di lantai 4 rusak tidak terbenahi. Seperti asbes ruangan yang terlihat bolong. Bahkan di dalam ruang ICU di lantai 4 itu bergabung dengan ruangan seperti sedang dalam proses renovasi, karena hanya ditutup tirai saja. Padahal di dalam ruangan pasien harus dijaga kesterilannya.

Tidak hanya di situ, masih di lantai 4 ICU lantai dan dinding keramik di dekat lift rusak tidak di benahin, keramik hanya diletakkan di lantai saja. Pintu menuju ruang recovery ( ruang kamar pulih sadar) copot sebelah, tepat di atasnya asbes rusak dan terletak di lantai saja.

Kamar mandi tergembok dan wastafel yang tak terpasang hanya dibiarkan seperti belum selesai di pasang atau sudah rusak. Miris, seperti rumah sakit yang tak terpakai.

Saat ditanyakan kepada perawat jaga di Ruang ICU, mengenai bangunan yang seperti direnovasi dan tak selesai. Terdapat alat-alat kesehatan yang tak terpakai dibiarkan di ruang tersebut. Ia langsung menjawab bahwa untuk bertanya langsung ke bagian informasi.

“Saya tidak tahu mengenai perawatan di sini kalau mau tahu, tanya saja sama bagian informasi harus ada izin tanya-tanya ke mari. Jangan ambil foto-foto di ruang ini. Alat-alat yang ditutup itu berfungsi kok,” cetusnya seolah tak ingin ditanya-tanya wartawan, Kamis (1/5).

Sempat wartawan juga bertanya, satu kamar tampak seperti gudang yang berisikan penuh tempat tidur itu apakah masih berfungsi atau tidak. Ia langsung mengatakan tidak tahu menahu.

Salah satu keluarga pasien yang tak ingin disebutkan namanya mengaku sudah 10 hari di ruang tunggu ICU dr Pirngadi menunggu kakaknya sadar. Pria yang berasal dari Sibolga tersebut pernah bertanya pada perawat kenapa kamar mandi tak bisa dipakai dan mengenai fasilitas yang sangat minim. “Perawat yang ditanyai hanya diam saja, mau buang air kecil atau besar jadi payah. Apalagi mau mandi, kami kan jauh dari rumah tak ada keluarga. Kalau mau ke kamar mandi harus ke bawah dan bayar. Padahal ini rumah sakit milik pemerintah tapi fasilitasnya minim sekali,” keluhnya.

Disamping itu, bangunan di lantai 5 dan lantai 6 juga terdapat dinding keramik yang sudah bercopotan. Terlihat juga, tepat di bagian asbes pada berbolongan di ruang tunggu perawat sehingga dinding bercat putih menjadi rusak dan kusam.

Sebelumnya, pernah juga salah satu keluarga pasien yang mengeluh fasilitas toilet umum di RS dr Pirngadi Medan banyak yang tidak berfungsi karena rusak. Namun, manajemen rumah sakit milik Pemko ini belum berencana memperbaiki toilet dengan dalih penghematan anggaran.

 

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi B DPRD Medan, Bahrumsyah mengatakan RSUD dr Pirngadi hanya tampak bagus dari luar atau kelihatan megah dan memiliki ornamen taman yang cukup indah. Namun ketika melihat lebih jauh kedalam rumah sakit itu, Bahrum mengaku kemegahan yang terlihat dari luar sirna begitu saja apalagi pelayanan yang didapati masyarakat dirumah sakit milik Pemerintah Kota (Pemko) Medan itu juga tidak maksimal.

Ketika ada pelantikan Direktur baru, katanya, secercah harapan muncul untuk membuat rumah sakit itu menjadi lebih baik. Namun sampai saat ini tidak ada progress (kemajuan) yang ditunjukkan oleh Direksi saat ini.

“Jika diibaratkan sebuah buku, RSUD dr Pirngadi itu hanya sampulnya yang bagus. Namun ketika ditelisik lebih jauh, banyak kekurangan yang sangat memprihatinkan,” ujar Bahrum kepada Sumut Pos, Kamis (1/5).

Dikatakannya, saat ini banyak pihak ketiga yang memutus kerja sama di antaranya perusahaan farmasi serta PMI Kota Medan.

Dimana rumah sakit berplat merah itu terlalu banyak menunggak utang pembayaran obat, dan belum mampu melunasinya hingga saat ini.

Bukan hanya itu, PaLANG Merah Indonesia (PMI) juga memutus kerja sama karena RSUP dr Pirngadi tidak mampu membayar darah sehingga pasien harus mencari darah sendiri, padahal tersebut terdaftar di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

“Pemko Medan harus memberikan perhatian khusus kepada rumah sakit itu, karena masyarakat yang hendak berobat menjadi korban. Bayangkan masyarakat yang ketika berobat namun tidak mendapatkan obat, seperti apa jadinya,” sesalnya.

Dikatakan Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) itu, sejak RSUD dr Pirngadi menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), pelayanan yang diberikan rumah sakit itu bukannya lebih baik, tapi malah menurun.

Bahrum mengatakan apa yang terjadi saat ini tidak lepas dari ketidakmampuan Direksi saat ini berbuat sesuatu serta mengelola keuangan yang bersumber dari APBD itu.

Lebih lanjut dikatakannya, saat ini Pantia Khusus (Pansus) Laporan Kerja Pertanggungjawaban (LKPj) berbasis kinerja sedang bekerja. Maka dari itu dia akan menyampaikan rekomendasi itu kepada Ketua Pansus.

Setelah Pansus LKPj bekerja, akan ada Pansus laporan pertanggung jawaban atas penggunaan anggaran dari APBD 2013. ” RSUD dr Pirngadi perlu diaudid mulai dari kinerja, dan laporan keuangannya, ini dilakukan semata-mata untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat. Apalagi saat ini Pemko Medan menjadikan tahun 2014 menjadi tahun pelayanan kepada masyarakat,” jelasnya. (nit/dik/azw)

FOTO: TRIADI WIBOWO/SUMUT POS Gedung Rs Pirngadi.
FOTO: TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
Gedung Rs Pirngadi.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sebagai rumah sakit milik pemerintah Kota Medan seharusnya menjadi Badan Layanan Umum (BLU). Tampaknya RSUD dr Pirngadi Medan ini dinilai jauh dari kesan BLU. Bagaimana tidak, kini banyak bangunannya yang rusak serta tumpukan barang serta fasilitas yang tidak layak pakai.

Pantauan Sumut Pos, saat di dalam rumah sakit Pirngadi yang berlantai 8 ini terutama di beberapa lantai seperti lantai 4, lantai 5 dan lantai 6 isi bagian tata bangunan rusak dan tidak terbenahi.

Ketika berada di dalam ruang ICU RSUD dr Pirngadi Medan, dimana isi bagian tata ruangan Intensive Care Unit (ICU) di lantai 4 rusak tidak terbenahi. Seperti asbes ruangan yang terlihat bolong. Bahkan di dalam ruang ICU di lantai 4 itu bergabung dengan ruangan seperti sedang dalam proses renovasi, karena hanya ditutup tirai saja. Padahal di dalam ruangan pasien harus dijaga kesterilannya.

Tidak hanya di situ, masih di lantai 4 ICU lantai dan dinding keramik di dekat lift rusak tidak di benahin, keramik hanya diletakkan di lantai saja. Pintu menuju ruang recovery ( ruang kamar pulih sadar) copot sebelah, tepat di atasnya asbes rusak dan terletak di lantai saja.

Kamar mandi tergembok dan wastafel yang tak terpasang hanya dibiarkan seperti belum selesai di pasang atau sudah rusak. Miris, seperti rumah sakit yang tak terpakai.

Saat ditanyakan kepada perawat jaga di Ruang ICU, mengenai bangunan yang seperti direnovasi dan tak selesai. Terdapat alat-alat kesehatan yang tak terpakai dibiarkan di ruang tersebut. Ia langsung menjawab bahwa untuk bertanya langsung ke bagian informasi.

“Saya tidak tahu mengenai perawatan di sini kalau mau tahu, tanya saja sama bagian informasi harus ada izin tanya-tanya ke mari. Jangan ambil foto-foto di ruang ini. Alat-alat yang ditutup itu berfungsi kok,” cetusnya seolah tak ingin ditanya-tanya wartawan, Kamis (1/5).

Sempat wartawan juga bertanya, satu kamar tampak seperti gudang yang berisikan penuh tempat tidur itu apakah masih berfungsi atau tidak. Ia langsung mengatakan tidak tahu menahu.

Salah satu keluarga pasien yang tak ingin disebutkan namanya mengaku sudah 10 hari di ruang tunggu ICU dr Pirngadi menunggu kakaknya sadar. Pria yang berasal dari Sibolga tersebut pernah bertanya pada perawat kenapa kamar mandi tak bisa dipakai dan mengenai fasilitas yang sangat minim. “Perawat yang ditanyai hanya diam saja, mau buang air kecil atau besar jadi payah. Apalagi mau mandi, kami kan jauh dari rumah tak ada keluarga. Kalau mau ke kamar mandi harus ke bawah dan bayar. Padahal ini rumah sakit milik pemerintah tapi fasilitasnya minim sekali,” keluhnya.

Disamping itu, bangunan di lantai 5 dan lantai 6 juga terdapat dinding keramik yang sudah bercopotan. Terlihat juga, tepat di bagian asbes pada berbolongan di ruang tunggu perawat sehingga dinding bercat putih menjadi rusak dan kusam.

Sebelumnya, pernah juga salah satu keluarga pasien yang mengeluh fasilitas toilet umum di RS dr Pirngadi Medan banyak yang tidak berfungsi karena rusak. Namun, manajemen rumah sakit milik Pemko ini belum berencana memperbaiki toilet dengan dalih penghematan anggaran.

 

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi B DPRD Medan, Bahrumsyah mengatakan RSUD dr Pirngadi hanya tampak bagus dari luar atau kelihatan megah dan memiliki ornamen taman yang cukup indah. Namun ketika melihat lebih jauh kedalam rumah sakit itu, Bahrum mengaku kemegahan yang terlihat dari luar sirna begitu saja apalagi pelayanan yang didapati masyarakat dirumah sakit milik Pemerintah Kota (Pemko) Medan itu juga tidak maksimal.

Ketika ada pelantikan Direktur baru, katanya, secercah harapan muncul untuk membuat rumah sakit itu menjadi lebih baik. Namun sampai saat ini tidak ada progress (kemajuan) yang ditunjukkan oleh Direksi saat ini.

“Jika diibaratkan sebuah buku, RSUD dr Pirngadi itu hanya sampulnya yang bagus. Namun ketika ditelisik lebih jauh, banyak kekurangan yang sangat memprihatinkan,” ujar Bahrum kepada Sumut Pos, Kamis (1/5).

Dikatakannya, saat ini banyak pihak ketiga yang memutus kerja sama di antaranya perusahaan farmasi serta PMI Kota Medan.

Dimana rumah sakit berplat merah itu terlalu banyak menunggak utang pembayaran obat, dan belum mampu melunasinya hingga saat ini.

Bukan hanya itu, PaLANG Merah Indonesia (PMI) juga memutus kerja sama karena RSUP dr Pirngadi tidak mampu membayar darah sehingga pasien harus mencari darah sendiri, padahal tersebut terdaftar di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

“Pemko Medan harus memberikan perhatian khusus kepada rumah sakit itu, karena masyarakat yang hendak berobat menjadi korban. Bayangkan masyarakat yang ketika berobat namun tidak mendapatkan obat, seperti apa jadinya,” sesalnya.

Dikatakan Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) itu, sejak RSUD dr Pirngadi menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), pelayanan yang diberikan rumah sakit itu bukannya lebih baik, tapi malah menurun.

Bahrum mengatakan apa yang terjadi saat ini tidak lepas dari ketidakmampuan Direksi saat ini berbuat sesuatu serta mengelola keuangan yang bersumber dari APBD itu.

Lebih lanjut dikatakannya, saat ini Pantia Khusus (Pansus) Laporan Kerja Pertanggungjawaban (LKPj) berbasis kinerja sedang bekerja. Maka dari itu dia akan menyampaikan rekomendasi itu kepada Ketua Pansus.

Setelah Pansus LKPj bekerja, akan ada Pansus laporan pertanggung jawaban atas penggunaan anggaran dari APBD 2013. ” RSUD dr Pirngadi perlu diaudid mulai dari kinerja, dan laporan keuangannya, ini dilakukan semata-mata untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat. Apalagi saat ini Pemko Medan menjadikan tahun 2014 menjadi tahun pelayanan kepada masyarakat,” jelasnya. (nit/dik/azw)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/