30 C
Medan
Thursday, June 27, 2024

Mama, Papa di Dalam Peti

“Mama, papa di dalam (peti jenazah)! Mama, papa kok di dalam!”

TRIADI WIBOWO/SUMUT POS DI HANGAR:  Anak dan Istri Pelda Warsito saat di hanggar Lanud Soewondo Medan, Rabu 1/7).
TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
DI HANGAR: Anak dan Istri Pelda Warsito saat di hanggar Lanud Soewondo Medan, Rabu 1/7).

SUMUTPOS.CO- Kalimat menyayat itu keluar dari mulut Satria Riski Permana, anak kandung dari Pelda Warsito yang merupakan salah satu korban Pesawat Hercules C-130. Bocah berusia 4 tahun ini, tak mengerti apa yang terjadi dan dialami ayahnya, yang sudah terbujur kaku di dalam peti berbalut bendara merah putih di Hanggar Lanud Soewondo, Rabu (1/7) siang.

Anak bungsu dari dua bersaudara ini, hanya bisa mengucapkan almarhum dengan sebutan papa. Tak henti-henti pria kecil ini mengucapkan papa.”Mama, papa ngapain di dalam? Mama, papa!”
Sang mama, Ena Cahya Ningsiwati, hanya bisa memeluk dan mengelus kepala anaknya di samping peti jenazah suaminya. “Sabar Nak, papa sudah pergi,” sebut wanita menggenakan jilbab merah muda itu.

Dengan penjelasan itu, Satria tetap tidak memahami. Dia terus menyebut Pelda Warsito dengan sebutkan papa. Suasana haru menyelimuti pelepasan 15 jenazah yang dihadiri langsung oleh Kepala Staff Angkatan Udara (KSAU) TNI Agus Supriatna bersama jajaran, Wakil Gubernur Sumatera Utara (Wagub) T Erry Nuradi, dan Wali Kota Medan, HT Dzulmi Eldin.

Ena Cahya Ningsiwati menuturkan kesedihannya, sebelum berangkat untuk menjalani tugas di Singkawang, Kalimantan Barat. Almarhum Pelda Warsito terus mengajak bermain anak keduanya itu.

“Sini Nak, ayok kita main. Itu kata papanya sehari sebelum berangkat, mungkin sudah menjadi tanda kepergian suami aku ini,” tutur Ena sembari memeluki  Satria.

Satria juga mengungkapkan cita-cita ingin menjadi seperti papanya.”Mau jadi tentara juga, Om,” ucap Satria Riski Permana dengan nada bijak.

Dia menjelaskan pada hari Selasa (30/6) lalu Pelda Warsito dipindahtugaskan dari Lanud Soewondo ke Singkawang. “Sebelum berangkat saya sudah melihat wajah bapak, tatapannya sudah kosong. Mukanya pucat dan selalu diam seperti pikirannya kosong,” ucapnya.

Kemudian, tanda-tanda yang lain, Pelda Warsito seharusnya berangkat pada hari Senin (29/6) kemarin. Namun, almarhum menundanya pada hari musibah itu. Alasannya, sangat berat meninggalkan keluarganya yang tinggal di komplek Lanud Soewondo.

“Bapak seharusnya hari Senin kemarin berangkatnya dari Halim Perdanakesuma naik Hercules juga. Tapi, dia menundanya. Itu sudah menjadi tanda,” ucap ibu dua anak itu.

Pesan terakhir dari mendiang, Ena menyebutkan disuruh untuk menjual seluruh barang-barang rumah tangga mereka di Medan.”Disuruh jual untuk membeli barang-barang di Pontianak,” tuturnya.

Sebagai informasi Pelda Warsito bergabung di TNI AU sejak tahun 1994. Sudah bertugas di berbagai daerah di Indonesia, seperti di Natuna dan terakhir di Lanud Soewando yang sudah bertugas 4 tahun belakang.

“Saya tahu kabar pesawat jatuh dari televisi. Di televisi saya sudah terbayang wajah bapak lah. Saya langsung kabari teman-temannya. Ternyata benar, pesawat yang jatuh itu yang ditumpangi bapak,” jelasnya mendapatkan kabar duka itu.

Kini, Ena menjadi orang tua tunggal untuk keduanya, yakni Skadewa Perdana (12) dan Satria Riski Permana (4). “Tugas TNI, ini lah risikonya. Suka, gak suka harus diterima,” ucap Ena menipis kesedihan.

Pelda Warsito dikebumikan di kampung halamannya Sei Silo, Kisaran, Kabupaten Asahan. “Jenazah kami bawa naik mobil ambulanslah. Dan segera dikebumikan bapak,” pungkasnya.(gus/rbb)

“Mama, papa di dalam (peti jenazah)! Mama, papa kok di dalam!”

TRIADI WIBOWO/SUMUT POS DI HANGAR:  Anak dan Istri Pelda Warsito saat di hanggar Lanud Soewondo Medan, Rabu 1/7).
TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
DI HANGAR: Anak dan Istri Pelda Warsito saat di hanggar Lanud Soewondo Medan, Rabu 1/7).

SUMUTPOS.CO- Kalimat menyayat itu keluar dari mulut Satria Riski Permana, anak kandung dari Pelda Warsito yang merupakan salah satu korban Pesawat Hercules C-130. Bocah berusia 4 tahun ini, tak mengerti apa yang terjadi dan dialami ayahnya, yang sudah terbujur kaku di dalam peti berbalut bendara merah putih di Hanggar Lanud Soewondo, Rabu (1/7) siang.

Anak bungsu dari dua bersaudara ini, hanya bisa mengucapkan almarhum dengan sebutan papa. Tak henti-henti pria kecil ini mengucapkan papa.”Mama, papa ngapain di dalam? Mama, papa!”
Sang mama, Ena Cahya Ningsiwati, hanya bisa memeluk dan mengelus kepala anaknya di samping peti jenazah suaminya. “Sabar Nak, papa sudah pergi,” sebut wanita menggenakan jilbab merah muda itu.

Dengan penjelasan itu, Satria tetap tidak memahami. Dia terus menyebut Pelda Warsito dengan sebutkan papa. Suasana haru menyelimuti pelepasan 15 jenazah yang dihadiri langsung oleh Kepala Staff Angkatan Udara (KSAU) TNI Agus Supriatna bersama jajaran, Wakil Gubernur Sumatera Utara (Wagub) T Erry Nuradi, dan Wali Kota Medan, HT Dzulmi Eldin.

Ena Cahya Ningsiwati menuturkan kesedihannya, sebelum berangkat untuk menjalani tugas di Singkawang, Kalimantan Barat. Almarhum Pelda Warsito terus mengajak bermain anak keduanya itu.

“Sini Nak, ayok kita main. Itu kata papanya sehari sebelum berangkat, mungkin sudah menjadi tanda kepergian suami aku ini,” tutur Ena sembari memeluki  Satria.

Satria juga mengungkapkan cita-cita ingin menjadi seperti papanya.”Mau jadi tentara juga, Om,” ucap Satria Riski Permana dengan nada bijak.

Dia menjelaskan pada hari Selasa (30/6) lalu Pelda Warsito dipindahtugaskan dari Lanud Soewondo ke Singkawang. “Sebelum berangkat saya sudah melihat wajah bapak, tatapannya sudah kosong. Mukanya pucat dan selalu diam seperti pikirannya kosong,” ucapnya.

Kemudian, tanda-tanda yang lain, Pelda Warsito seharusnya berangkat pada hari Senin (29/6) kemarin. Namun, almarhum menundanya pada hari musibah itu. Alasannya, sangat berat meninggalkan keluarganya yang tinggal di komplek Lanud Soewondo.

“Bapak seharusnya hari Senin kemarin berangkatnya dari Halim Perdanakesuma naik Hercules juga. Tapi, dia menundanya. Itu sudah menjadi tanda,” ucap ibu dua anak itu.

Pesan terakhir dari mendiang, Ena menyebutkan disuruh untuk menjual seluruh barang-barang rumah tangga mereka di Medan.”Disuruh jual untuk membeli barang-barang di Pontianak,” tuturnya.

Sebagai informasi Pelda Warsito bergabung di TNI AU sejak tahun 1994. Sudah bertugas di berbagai daerah di Indonesia, seperti di Natuna dan terakhir di Lanud Soewando yang sudah bertugas 4 tahun belakang.

“Saya tahu kabar pesawat jatuh dari televisi. Di televisi saya sudah terbayang wajah bapak lah. Saya langsung kabari teman-temannya. Ternyata benar, pesawat yang jatuh itu yang ditumpangi bapak,” jelasnya mendapatkan kabar duka itu.

Kini, Ena menjadi orang tua tunggal untuk keduanya, yakni Skadewa Perdana (12) dan Satria Riski Permana (4). “Tugas TNI, ini lah risikonya. Suka, gak suka harus diterima,” ucap Ena menipis kesedihan.

Pelda Warsito dikebumikan di kampung halamannya Sei Silo, Kisaran, Kabupaten Asahan. “Jenazah kami bawa naik mobil ambulanslah. Dan segera dikebumikan bapak,” pungkasnya.(gus/rbb)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/