25 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Fenomena Artis Ikut Pilkada: Bukan Popular Semata

Di tempat terpisah, Maraknya nama artis yang mewarnai bursa calon kepala daerah disambut baik oleh Anggota DPR DRI dari Fraksi Partai Demokrat Dede Yusuf. Wakil Gubernur Jawa Barat periode 2008-2013 itu mengapresiasi keberanian rekan-rekan artis untuk terjun ke dunia politik yang jauh berbeda dari dunia hiburan.

Menurutnya, beralih profesi dari artis menjadi kepala daerah bukan lah hal mudah. Belum jadi kepala daerah saja sudah harus dihadapkan pada pergolakan politik yang cukup hebat. Bagi para artis yang sudah lama terjun ke dunia politik, itu tentu bukan hal baru. Mereka juga tentu sudah bisa membaca situasi. Namun tidak bagi para pendatang baru.

“Karena itu, mental menjadi hal pertama yang harus disiapkan untuk terjun ke lembah politik dimana dinamika dan putarannya kencang sekali,” katanya kepada Jawa Pos (Grup Sumut Pos) saat dihubungi semalam (29/7).

Dinamika dan putaran yang kencang itu bisa membuat semua orang di sekitar secara tiba-tiba mengaku teman dan bersedia menjadi tim sukses. Tidak jarang juga lawan politik datang dengan kedok sebagai kader partai yang siap membantu. Hal-hal itu menjadi sesuatu yang lumrah yang terjadi di dunia politik. Terlebih saat pemilihan kepala daerah (pilkada) dimulai.

“Jadi harus hati-hati sekali. Harus bisa membedakan mana kawan dan mana lawan. Itu sulit. Apalagi untuk yang baru terjun,” tutur ayah dua putri itu.

Dede mengingatkan, terpilih sebagai kepala daerah bukanlah akhir dari tugas para calon kepala daerah. Itu justru yang menjadi awal dari tugas sebenarnya. Memasuki masa jabatan, tantangan yang dihadapi akan jauh berbeda dari yabg dihadapi semasa pemilihan. Menjadi kepala daerah harusnya dimodali dengan passion yang kuat untuk menjadi kepala daerah. Yakni passion untuk mengurus rakyat.

Menurut Dede, passion untuk mengurus rakyat itu beda dengan passion menjadi artis atau seniman. Saat menjadi artis atau seniman, prestasi pribadi menjadi passion. Namun, saat menjadi kepala daerah mengurus rakyat, mendengarkan rakyat, dan bergerak untuk rakyat harus menjadi passion. Tanpa modal itu, kepala daerah hanyalah akan jadi boneka yang dikendalikan orang berkepentingan.

Menjadi kepala daerah juga artinya siap melepas profesi keartisan dan mendedikasikan dirinya untuk rakyat yang dipimpinnya. “Jangan lagi main sinetron. Masa ada bupati atau gubernur yang main sinetron? Itu harus dilepaskan,” ucap dia.

Di tempat terpisah, Maraknya nama artis yang mewarnai bursa calon kepala daerah disambut baik oleh Anggota DPR DRI dari Fraksi Partai Demokrat Dede Yusuf. Wakil Gubernur Jawa Barat periode 2008-2013 itu mengapresiasi keberanian rekan-rekan artis untuk terjun ke dunia politik yang jauh berbeda dari dunia hiburan.

Menurutnya, beralih profesi dari artis menjadi kepala daerah bukan lah hal mudah. Belum jadi kepala daerah saja sudah harus dihadapkan pada pergolakan politik yang cukup hebat. Bagi para artis yang sudah lama terjun ke dunia politik, itu tentu bukan hal baru. Mereka juga tentu sudah bisa membaca situasi. Namun tidak bagi para pendatang baru.

“Karena itu, mental menjadi hal pertama yang harus disiapkan untuk terjun ke lembah politik dimana dinamika dan putarannya kencang sekali,” katanya kepada Jawa Pos (Grup Sumut Pos) saat dihubungi semalam (29/7).

Dinamika dan putaran yang kencang itu bisa membuat semua orang di sekitar secara tiba-tiba mengaku teman dan bersedia menjadi tim sukses. Tidak jarang juga lawan politik datang dengan kedok sebagai kader partai yang siap membantu. Hal-hal itu menjadi sesuatu yang lumrah yang terjadi di dunia politik. Terlebih saat pemilihan kepala daerah (pilkada) dimulai.

“Jadi harus hati-hati sekali. Harus bisa membedakan mana kawan dan mana lawan. Itu sulit. Apalagi untuk yang baru terjun,” tutur ayah dua putri itu.

Dede mengingatkan, terpilih sebagai kepala daerah bukanlah akhir dari tugas para calon kepala daerah. Itu justru yang menjadi awal dari tugas sebenarnya. Memasuki masa jabatan, tantangan yang dihadapi akan jauh berbeda dari yabg dihadapi semasa pemilihan. Menjadi kepala daerah harusnya dimodali dengan passion yang kuat untuk menjadi kepala daerah. Yakni passion untuk mengurus rakyat.

Menurut Dede, passion untuk mengurus rakyat itu beda dengan passion menjadi artis atau seniman. Saat menjadi artis atau seniman, prestasi pribadi menjadi passion. Namun, saat menjadi kepala daerah mengurus rakyat, mendengarkan rakyat, dan bergerak untuk rakyat harus menjadi passion. Tanpa modal itu, kepala daerah hanyalah akan jadi boneka yang dikendalikan orang berkepentingan.

Menjadi kepala daerah juga artinya siap melepas profesi keartisan dan mendedikasikan dirinya untuk rakyat yang dipimpinnya. “Jangan lagi main sinetron. Masa ada bupati atau gubernur yang main sinetron? Itu harus dilepaskan,” ucap dia.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/