29 C
Medan
Monday, June 3, 2024

Human Error dan Pesawat, Menhub soal Penyebab Lion JT 610 jatuh

BLACK BOX: Kotak Black Box dari pesawat Lion JT 610, berhasil ditemukan, Kamis (1/11).

JAKARTA, SUMUTPOS.Co – Meski Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) belum mengeluarkan hasil investigasi, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi telah memastikan, ada dua hal yang membuat Lion Air JT610 mengalami kecelakaan transportasi, Senin lalu (29/10) lalu.

Budi menyimpulkan, insiden itu bukan karena faktor cuaca. “ADA dua hal, yaitu human error dan pesawatnya,” kata Budi di Gedung Kemenhub, Jakarta Pusat, Kamis (1/11).

Budi menyadari, insiden kecelakaan Lion Air ini menjadi sorotan semua pihak termasuk luar negeri. Bahkan, pihak Australia mengeluarkan kebijakan kepada rakyatnya untuk tidak menggunakan maskapai yang dimiliki oleh Duta Besar Malaysia untuk Indonesia, Rusdi Kirana, itu.

Meski begitu, Budi meminta semua pihak untuk menunggu hasil investigasi sebelum pemerintah mengambil keputusan. Budi tidak ingin pemerintah mengambil keputusan tanpa dasar hukum. “Kami juga tidak ingin, tindakan-tindakan ini kami lakukan secara gegabah,” jelas dia.

Selain Menhub, sejumlah pihak juga menyoroti tragedi jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 pada Senin (29/10) lalu. Para ahli mencoba melakukan analisis terhadap pesawat dengan nomor registrasi PK-LQP itu.

Pengamat Penerbangan Alvin Lie telah melihat grafis pola kecepatan dari pesawat jenis Boeing 737 Max 8. Menurutnya, ada ketidakwajaran dalam pergerakan pada Senin lalu. “Pergerakan kecepatan dan ketinggian sangat fluktuatif,” tuturnya.

Pada tanggal tersebut, pesawat tidak pernah mencapai ketinggian 6.000 kaki sesuai dengan ketinggian seharusnya.

Guru Besar Aerodinamika ITS Hermawan Sasongko juga urun rembug. Menurutnya pada saat take “Flight by wayer, total dilakukan oleh pengendali otomatis,” ujarnya. Take off maupun landing merupakan fase paling kritis. Sehingga tidak dilakukan secara manual oleh pilot.

Hermawan juga melihat data berdasarkan grafis penerbangan PK-LQP. “Sehari sebelumnya grafis menunjukkan pada tahap ketinggian tertentu, tiba-tiba pesawat turun,” ujarnya.

Menurutnya pesawat take off yang tiba-tiba turun dikarenakan turunnya daya angkat dan daya dorong. Namun untuk mengetahui hal tersebut secara pasti, harus dilakukan penelitian. Itu dikarenakan penyebabnya sama.

“Apakah karena kompresi dari kompresor yang bermasalah, atau gagal di pembakarannya. Semua harus diteliti,” ucap Rektor Universitas Internasional Semen Indonesia tersebut.

Penemuan black box akan membongkar misteri besar kecelakaan pesawat itu. Dengan jumlah jam terbang yang masih sedikit, harusnya tidak ada masalah dari permesinan atau rangka. Dia mencurigai adanya permasalahan pada unit kendali otomatis.

Hal itu dikarenakan kelembaban udara di Indonesia yang tinggi sebagai negara tropis. “Kata ahli, ini sering merepotkan karena perawatan mesin harus lebih ketat. Dingin dan kekeringan udara harus diperhatikan,” ungkapnya.

BLACK BOX: Kotak Black Box dari pesawat Lion JT 610, berhasil ditemukan, Kamis (1/11).

JAKARTA, SUMUTPOS.Co – Meski Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) belum mengeluarkan hasil investigasi, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi telah memastikan, ada dua hal yang membuat Lion Air JT610 mengalami kecelakaan transportasi, Senin lalu (29/10) lalu.

Budi menyimpulkan, insiden itu bukan karena faktor cuaca. “ADA dua hal, yaitu human error dan pesawatnya,” kata Budi di Gedung Kemenhub, Jakarta Pusat, Kamis (1/11).

Budi menyadari, insiden kecelakaan Lion Air ini menjadi sorotan semua pihak termasuk luar negeri. Bahkan, pihak Australia mengeluarkan kebijakan kepada rakyatnya untuk tidak menggunakan maskapai yang dimiliki oleh Duta Besar Malaysia untuk Indonesia, Rusdi Kirana, itu.

Meski begitu, Budi meminta semua pihak untuk menunggu hasil investigasi sebelum pemerintah mengambil keputusan. Budi tidak ingin pemerintah mengambil keputusan tanpa dasar hukum. “Kami juga tidak ingin, tindakan-tindakan ini kami lakukan secara gegabah,” jelas dia.

Selain Menhub, sejumlah pihak juga menyoroti tragedi jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 pada Senin (29/10) lalu. Para ahli mencoba melakukan analisis terhadap pesawat dengan nomor registrasi PK-LQP itu.

Pengamat Penerbangan Alvin Lie telah melihat grafis pola kecepatan dari pesawat jenis Boeing 737 Max 8. Menurutnya, ada ketidakwajaran dalam pergerakan pada Senin lalu. “Pergerakan kecepatan dan ketinggian sangat fluktuatif,” tuturnya.

Pada tanggal tersebut, pesawat tidak pernah mencapai ketinggian 6.000 kaki sesuai dengan ketinggian seharusnya.

Guru Besar Aerodinamika ITS Hermawan Sasongko juga urun rembug. Menurutnya pada saat take “Flight by wayer, total dilakukan oleh pengendali otomatis,” ujarnya. Take off maupun landing merupakan fase paling kritis. Sehingga tidak dilakukan secara manual oleh pilot.

Hermawan juga melihat data berdasarkan grafis penerbangan PK-LQP. “Sehari sebelumnya grafis menunjukkan pada tahap ketinggian tertentu, tiba-tiba pesawat turun,” ujarnya.

Menurutnya pesawat take off yang tiba-tiba turun dikarenakan turunnya daya angkat dan daya dorong. Namun untuk mengetahui hal tersebut secara pasti, harus dilakukan penelitian. Itu dikarenakan penyebabnya sama.

“Apakah karena kompresi dari kompresor yang bermasalah, atau gagal di pembakarannya. Semua harus diteliti,” ucap Rektor Universitas Internasional Semen Indonesia tersebut.

Penemuan black box akan membongkar misteri besar kecelakaan pesawat itu. Dengan jumlah jam terbang yang masih sedikit, harusnya tidak ada masalah dari permesinan atau rangka. Dia mencurigai adanya permasalahan pada unit kendali otomatis.

Hal itu dikarenakan kelembaban udara di Indonesia yang tinggi sebagai negara tropis. “Kata ahli, ini sering merepotkan karena perawatan mesin harus lebih ketat. Dingin dan kekeringan udara harus diperhatikan,” ungkapnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/