25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Syamsul & Radika Mungkin Saja Psikopat

Foto: Indra/PM Syamsul dan istrinya, Radika, saat hendak menuju mobil Honda Jazz miliknya, hendak ke kantor polisi. Pasangan ini  dituding melakukan penganiayaan terhadap pekerjanya, Kamis (27/11/2014).
Foto: Indra/PM
Syamsul dan istrinya, Radika, saat hendak menuju mobil Honda Jazz miliknya, hendak ke kantor polisi. Pasangan ini dituding melakukan penganiayaan terhadap pekerjanya, Kamis (27/11/2014).

SUMUTPOS.CO – Psikolog, Irna Minauli mengaku, Syamsul dan istrinya Radika kemungkinan mengalami gangguan antisocial personality disorder (gangguan kepribadian antisosial) atau yang dikenal sebagai psikopat. Pasalnya, keduanya cenderung senang melukai atau menyiksa orang lain dan tidak memiliki empati dan belas kasihan.

Dibeberkannya, kekerasan terhadap pembantu rumah tangga merupakan salah satu bentuk kekerasan dalam tumah tangga (KDRT). Seharusnya sang majikan melindungi dan memelihara orang-orang yang menjadi tanggung jawab di rumahnya.

“Banyak majikan yang masih beranggapan dan memperlakukan para pembantunya bak budak, sehingga mereka bertindak semaunya tanpa mengenal aturan,” cetusnya.

Dra Irna Minauli Msi, Direktur Biro Psikologi Persona Medan
Dra Irna Minauli Msi, Direktur Biro Psikologi Persona Medan

Menurut Irna, bentuk-bentuk kekerasan terhadap para pembantu bukan cuma berupa kekerasan fisik saja, tapi banyak juga yang melakukan kekerasan lain seperti kekerasan verbal dengan menghina dan merendahkan. Selanjutnya, kekerasan finansial yaitu dengan menahan atau tidak memberikan gaji yang layak.

“Di samping itu, kekerasan sosial dengan melarang para pembantunya untuk berinteraksi dengan keluarga atau teman-temannya serta terkadang kekerasan seksual,” ucapnya.

Umumnya, lanjut Irna, pelaku biasanya orang yang mungkin bermasalah dengan orang lain di sekitarnya. Makanya, mereka merupakan orang yang dipenuhi dengan rasa kebencian dan permusuhan serta kecurigaan terhadap pembantunya.

“Mereka senantiasa menginginkan kesempurnaan dari pekerjaan pembantunya. Padahal terkadang mereka juga bisa melakukan kesalahan karena ketidakpahamannya,” terangnya.

Akibat tindakannya tersebut, pembantu terkadang bersikap apatis dan tidak berani menentangnya. Mereka sudah mengalami ketidakberdayaan yang dipelajari (learned helplessness) sehingga merasa tidak berdaya dan sulit untuk keluar dari situasi tersebut yang membuat mereka menjadi lebih rentan menjadi bulan-bulanan dari majikannya yang kejam. (ind)

Foto: Indra/PM Syamsul dan istrinya, Radika, saat hendak menuju mobil Honda Jazz miliknya, hendak ke kantor polisi. Pasangan ini  dituding melakukan penganiayaan terhadap pekerjanya, Kamis (27/11/2014).
Foto: Indra/PM
Syamsul dan istrinya, Radika, saat hendak menuju mobil Honda Jazz miliknya, hendak ke kantor polisi. Pasangan ini dituding melakukan penganiayaan terhadap pekerjanya, Kamis (27/11/2014).

SUMUTPOS.CO – Psikolog, Irna Minauli mengaku, Syamsul dan istrinya Radika kemungkinan mengalami gangguan antisocial personality disorder (gangguan kepribadian antisosial) atau yang dikenal sebagai psikopat. Pasalnya, keduanya cenderung senang melukai atau menyiksa orang lain dan tidak memiliki empati dan belas kasihan.

Dibeberkannya, kekerasan terhadap pembantu rumah tangga merupakan salah satu bentuk kekerasan dalam tumah tangga (KDRT). Seharusnya sang majikan melindungi dan memelihara orang-orang yang menjadi tanggung jawab di rumahnya.

“Banyak majikan yang masih beranggapan dan memperlakukan para pembantunya bak budak, sehingga mereka bertindak semaunya tanpa mengenal aturan,” cetusnya.

Dra Irna Minauli Msi, Direktur Biro Psikologi Persona Medan
Dra Irna Minauli Msi, Direktur Biro Psikologi Persona Medan

Menurut Irna, bentuk-bentuk kekerasan terhadap para pembantu bukan cuma berupa kekerasan fisik saja, tapi banyak juga yang melakukan kekerasan lain seperti kekerasan verbal dengan menghina dan merendahkan. Selanjutnya, kekerasan finansial yaitu dengan menahan atau tidak memberikan gaji yang layak.

“Di samping itu, kekerasan sosial dengan melarang para pembantunya untuk berinteraksi dengan keluarga atau teman-temannya serta terkadang kekerasan seksual,” ucapnya.

Umumnya, lanjut Irna, pelaku biasanya orang yang mungkin bermasalah dengan orang lain di sekitarnya. Makanya, mereka merupakan orang yang dipenuhi dengan rasa kebencian dan permusuhan serta kecurigaan terhadap pembantunya.

“Mereka senantiasa menginginkan kesempurnaan dari pekerjaan pembantunya. Padahal terkadang mereka juga bisa melakukan kesalahan karena ketidakpahamannya,” terangnya.

Akibat tindakannya tersebut, pembantu terkadang bersikap apatis dan tidak berani menentangnya. Mereka sudah mengalami ketidakberdayaan yang dipelajari (learned helplessness) sehingga merasa tidak berdaya dan sulit untuk keluar dari situasi tersebut yang membuat mereka menjadi lebih rentan menjadi bulan-bulanan dari majikannya yang kejam. (ind)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/