MEDAN, SUMUTPOS.CO – GUBERNUR Sumut, Edy Rahmayadi mengatakan, sejauh ini sudah sekitar 40 persen tenaga kesehatan di Sumut telah mengikuti vaksinasi Covid-19. Lalu sisanya 60 persen tenaga kesehatan (Nakes) masih menunggu jadwal untuk divaksin.
Namun ia mengungkap, 25 persen dari 60 persen nakes itu tidak bersedia atau menolak mengikuti vaksinasi. “Jadi 60 persen ini, kurang lebih 25 persen dari 60 persen itu yang masih antara mau, nanti, menunda,” kata Edy usai mengikuti vaksinasi Covid-19 tahap kedua, di Rumah Dinas Gubernur Sumut, Jalan Jenderal Sudirman, Medan, Selasa (2/2) sore.
Baca Juga: https://sumupos.co
Berdasarkan data, tenaga kesehatan yang terdaftar di Sumut untuk mengikuti vaksinasi Covid-19 sebanyak 72.451. Berarti, 40 persen tenaga kesehatan yang sudah mengikuti vaksinasi Covid sekitar 29.000 orang. Sisanya, sebanyak 43.470 orang (60 persen) tenaga kesehatan yang belum divaksin. Dengan begitu, 25 persen dari 43.470 orang yang menolak mengikuti vaksinasi Covid-19 berkisar 10.867 orang.
Menurut Edy, tidak seharusnya para tenaga kesehatan menolak untuk divaksin, karena nakes setiap saat dan bahkan tak bisa mengelak untuk berjuang memerangi Covid. Jika perlu, tegas Edy, Satgas Penanganan Covid-19 akan mendatangi tenaga kesehatan tersebut ke tempat kerjanya secara langsung. Hal tersebut bisa dilakukan lantaran kondisi saat ini darurat. Apalagi tenaga kesehatan di Sumut termasuk yang terbanyak di Indonesia.
“Tenaga kesehatan nanti kita panggil itu, kita panggil. Memang ini sudah instruksi dalam kondisi darurat. Kita khawatir, dia mengobati orang, bukan hanya mengobati orang-orang yang terpapar Covid, ada juga penyakit-penyakit lain,” kata Edy, yang juga didampingi dr Handoyo Harsono, dr Restuti Saragih dari Bidang Penanganan Kesehatan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Sumut, dan Kadis Kominfo Sumut, Irman Oemar, serta Sekretaris Dinas Kesehatan Sumut, dr Aris Yudhariansyah.
“Kalau tenaga kesehatan itu sendiri yang terpapar, terus dia mengobati orang, ada dokter gigi, ada dokter-dokter umum yang lain, dokter-dokter di Puskesmas, para perawat, para bidan. Inikan harus nanti kita telusuri dengan jumlah yang ada dan namanya sudah ada, kalau nanti pada waktunya ini sudah selesai, yang belum ya kita panggil. Kita lakukan vaksinasi massal, kita datangi ke tempat dia kerja, ke rumah sakit, ke puskesmas, atau kemana, kita panggil dia kemari, kita vaksin dia di sini,” tegas Edy lagi.
Sedangkan mengenai Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang sudah berakhir 31 Januari, menurutnya, akan diberlakukan kembali jika diperlukan. “31 Januari hanya batasan waktu yang kita harapkan selesai, kalau tak selesai kita perpanjang bahkan kita perketat tentang kedisiplinan masyarakat ini,” ujarnya.
Sebelumnya, Edy Rahmayadi menjalani vaksinasi covid-19 tahap kedua, di Rumah Dinas. Setelah vaksin disuntikkan dr Handoyo Harsono dari Bidang Penanganan Kesehatan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Sumut, Edy pun tampak lega.
Bahkan Mantan Pangkostrad itupun langsung mencandai wartawan. “Puas kalian kan!,” ujar Edy yang saat itu divaksin bersama Ketua TP PKK Sumut, Nawal Edy Rahmayadi.
Sebelum vaksin buatan sinovac itu disuntikkan dr Handoyo, terlebih dahulu wartawan dipersilahkan melihat langsung vaksin diambil dari tempatnya. Bahkan Edy mempersilahkan salah seorang wartawan memilihkan vaksin untuk disuntikkan kepadanya.
Memakaikan kaos oblong putih bertuliskan Sumut, Gubernur Edy tampak tenang disuntikkan vaksin.
Dan dr Handoyo didampingi dr Restuti Saragih yang juga dari Bidang Penanganan Kesehatan dan Sekretaris Dinas Kesehatan Sumut, dr Aris Yudhariansyah, serta Kadis Kominfo Sumut, Irman Oemar, juga tampak tenang menyuntikkan vaksin.
Menurut Edy, dirinya bukan mau gagah-gagahan dengan mengikuti vaksinasi. “Gunanya bukan saya ria, bukan supaya menonjolkan diri, tidak. Bahwa saya katakan tadi bahwa jangan ada yang takut. Saya yang divaksin duluan, dan ini saya lakukan,” sebutnya.
Lalu kenapa Gubernur Edy mau divaksin? Katanya lagi, adalah supaya memantik minat tenaga kesehatan dan pejuang penanganan covid lainnya dan masyarakat agar tidak ragu untuk divaksin, sekaligus membuktikan bahwa vaksin sinovac itu adalah aman dan halal.
Ia juga menegaskan tidak merasakan apa-apa pasca disuntik vaksin pertama kali pada 14 Januari 2021. Namun meskipun telah divaksin, Gubernur Edy mengaku tetap menerapkan protokol kesehatan. (prn)