27.8 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

Gus Irawan: Budaya Badoncek Patut Ditiru

MEDAN- Tradisi masyarakat minang dalam menghimpun dana untuk kepentingan amal saleh dan solidaritas sosial (badoncek, Red) perlu ditiru. Sebab, badoncek itu lahir dengan tujuan yang sangat positif.
Seperti diutarakan Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Sumatera Utara Gus Irawan dalam acara pelantikan pengurus Ikatan Keluarga Gasan Saiyo (IKGS) Sumatera Utara periode 2011 – 2014 dan peresmian PAUD Insan Madani IKGS Sumut, akhir pekan  kemarin, di Rumah Gadang IKGS Sumut, Jalan Laksana, Medan.

Dia memaparkan, budaya badoncek merupakan satu bentuk solusi yang lahir dan diprakarsai masyarakat. Khususnya masyarakat Padang Pariaman,  berupa aksi spontanitas warga terhadap persoalan sosial kemasyarakatan yang tidak mungkin diatasi secara individu dan memerlukan tindakan secara kolektif.

Pada prosesnya, paparnya acara badoncek diprovokasi supaya para pengunjung termotivasi untuk menyumbang yang lebih banyak. Sambil berjalannya proses badoncek, panitia badoncek menghitung perolehan dana sumbangan. Bila dirasa kurang, maka panitia terus-menerus memprovokasi pengunjung untuk terus menambah donasinya. Bila dana telah terkumpul sesuai dengan kebutuhan biaya, maka acara badoncek ini dihentikan.

Dalam pengumpulannya, jumlah donasi tiap pengunjung diumumkan dan dicatat oleh panitia. Bila badoncek dilakukan untuk mendukung kegiatan publik. Kadangkala besaran donasi tiap individu tidak diumumkan bila peruntukan badoncek untuk kepentingan individu atau solidaritas sosial.

Dalam sesi acara badoncek yang diinisiasi oleh pengurus IKGS, Gus Irawan melihat langsung aksi spontanitas masyarakat Minang yang secar spontanitas memberikan bantuan dengan menyebutkan bentuk bantuannya. Dalam waktu 10 menit, terkumpul sebanyak Rp40 juta rupiah.
Gus Irawan menyatakan rasa salutnya terhadap masyarakat Minang yang didominasi oleh kalangan pedagang dan saudagar tidak pernah lupa dengan budaya badoncek.

“Masyarakat minang itu didominasi masyarakat pedagang. Ini harus dicontoh. Karena banyak hadis mengatakan bahwa 9 dari 10 pintu rezeki itu ada diperniagaan. Kita dituntut untuk berwirausaha atau berdagang dan berbisnis,” sebutnya. (ril)

MEDAN- Tradisi masyarakat minang dalam menghimpun dana untuk kepentingan amal saleh dan solidaritas sosial (badoncek, Red) perlu ditiru. Sebab, badoncek itu lahir dengan tujuan yang sangat positif.
Seperti diutarakan Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Sumatera Utara Gus Irawan dalam acara pelantikan pengurus Ikatan Keluarga Gasan Saiyo (IKGS) Sumatera Utara periode 2011 – 2014 dan peresmian PAUD Insan Madani IKGS Sumut, akhir pekan  kemarin, di Rumah Gadang IKGS Sumut, Jalan Laksana, Medan.

Dia memaparkan, budaya badoncek merupakan satu bentuk solusi yang lahir dan diprakarsai masyarakat. Khususnya masyarakat Padang Pariaman,  berupa aksi spontanitas warga terhadap persoalan sosial kemasyarakatan yang tidak mungkin diatasi secara individu dan memerlukan tindakan secara kolektif.

Pada prosesnya, paparnya acara badoncek diprovokasi supaya para pengunjung termotivasi untuk menyumbang yang lebih banyak. Sambil berjalannya proses badoncek, panitia badoncek menghitung perolehan dana sumbangan. Bila dirasa kurang, maka panitia terus-menerus memprovokasi pengunjung untuk terus menambah donasinya. Bila dana telah terkumpul sesuai dengan kebutuhan biaya, maka acara badoncek ini dihentikan.

Dalam pengumpulannya, jumlah donasi tiap pengunjung diumumkan dan dicatat oleh panitia. Bila badoncek dilakukan untuk mendukung kegiatan publik. Kadangkala besaran donasi tiap individu tidak diumumkan bila peruntukan badoncek untuk kepentingan individu atau solidaritas sosial.

Dalam sesi acara badoncek yang diinisiasi oleh pengurus IKGS, Gus Irawan melihat langsung aksi spontanitas masyarakat Minang yang secar spontanitas memberikan bantuan dengan menyebutkan bentuk bantuannya. Dalam waktu 10 menit, terkumpul sebanyak Rp40 juta rupiah.
Gus Irawan menyatakan rasa salutnya terhadap masyarakat Minang yang didominasi oleh kalangan pedagang dan saudagar tidak pernah lupa dengan budaya badoncek.

“Masyarakat minang itu didominasi masyarakat pedagang. Ini harus dicontoh. Karena banyak hadis mengatakan bahwa 9 dari 10 pintu rezeki itu ada diperniagaan. Kita dituntut untuk berwirausaha atau berdagang dan berbisnis,” sebutnya. (ril)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/