30 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Halim Terpidana Mati, Ajarkan Salat Kepada Warga Binaan

Foto: BAGUS SYAHPUTRA/Sumut Pos
MENGAJI : Alem terpidana mati saat mengajari ngaji di Lapas Tanjung Gusta Medan.

SUMUTPOS.CO – Pada Bulan Ramadan 1438 H, Lembaga Pemasyarakat (Lapas) Kelas IA Tanjung Gusta Medan menggelar kegiatan agama, seperti tausyiah agama hingga tadarus Alquran yang dilaksanakan oleh seluruh wargabinaan beragama Islam.

Dalam kegiatan agama tersebut, seorang terpidana mati bernama Halim Nasution alias Alem tampil secara ikhlas menjadi guru ngaji bagi narapidana yang lain selama bulan Ramadan ini. Satu persatu napi beragama Islam pun mengantre ingin belajar ngaji dari terpidana kasus sabu dengan barang bukti sabu seberat 20 kilogram tersebut.

Pengajian tersebut digelar di masjid di Lapas Tanjung Gusta Medan. Di luar bulan Ramadan, Alem menghabiskan kegiatannya dengan beramal dan melakukan kegiatan positif dengan kegiatan positif.

Halim mengatakan setiap harinya, dia melakukan kegiatan mendekatkan diri kepada Allah SWT, Tuhan sang Pencipta untuk bertobat atas perbuatan dilakukan Alem selama ini.

“Untuk saat ini, yang bisa dilakukan mendekati diri dengan Allah SWT,” sebut Halim, Jumat (2/6) siang.

Alem sendiri di Lapas Tanjung Gusta Medan, sangat aktif dengan kegiatan keagaman dengan mengajarkan wargabinaan lain untuk salat. Halim juga menghabiskan waktunya untuk memakmurkan masjid, mulai dari membersihkan masjid, menjadi muadzin hingga menjadi imam saat solat berjamaah di dalam areal Lapas.

“Ada satu amalan apabila mengamalkan amalan seperti saya ini akan lepas dari beban apa pun. Salah satunya, melaksanakan salat berjamaah,” kata pria asal Kota Tanjung Balai itu.

Pria yang sekarang berjanggut ini juga mengajak para wargabinaan lain untuk mengaji dan mengajak narapidana untuk melakukan kegiatan positif. Dia mengajarkan rekan sesama wargabinaannya cara membaca ayat suci Alquran.

Halim mengaku perubahan yang dia alami disebabkan oleh hukuman mati yang akan dia jalani. Berawal dari kesalahan yang dilakukannya, Halim terpanggil untuk memperdalam ilmu agama Islam seperti saat ini. Tahun ini merupakan tahun kedua dia menjalani hari-harinya di dalam Lapas.

“Yang membuat tegar itu, saya merasa semua orang kan harus mati. Tidak ada orang yang kekal hidup, siapa pun dia,” tutur Halim.

Halim Nasution merupakan warga Muara Sentosa, Sei Tualang Raso, Tanjung Balai. Bersama dua rekannya, yakni Guntur alias Ucok dan dan Didit Prayetno alias Wak Men, Halim dijatuhi hukuman mati di PN Tanjung Balai pada 23 September 2015. Mereka terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah membawa 20 kg sabu dari Malaysia. (gus/ila)

Foto: BAGUS SYAHPUTRA/Sumut Pos
MENGAJI : Alem terpidana mati saat mengajari ngaji di Lapas Tanjung Gusta Medan.

SUMUTPOS.CO – Pada Bulan Ramadan 1438 H, Lembaga Pemasyarakat (Lapas) Kelas IA Tanjung Gusta Medan menggelar kegiatan agama, seperti tausyiah agama hingga tadarus Alquran yang dilaksanakan oleh seluruh wargabinaan beragama Islam.

Dalam kegiatan agama tersebut, seorang terpidana mati bernama Halim Nasution alias Alem tampil secara ikhlas menjadi guru ngaji bagi narapidana yang lain selama bulan Ramadan ini. Satu persatu napi beragama Islam pun mengantre ingin belajar ngaji dari terpidana kasus sabu dengan barang bukti sabu seberat 20 kilogram tersebut.

Pengajian tersebut digelar di masjid di Lapas Tanjung Gusta Medan. Di luar bulan Ramadan, Alem menghabiskan kegiatannya dengan beramal dan melakukan kegiatan positif dengan kegiatan positif.

Halim mengatakan setiap harinya, dia melakukan kegiatan mendekatkan diri kepada Allah SWT, Tuhan sang Pencipta untuk bertobat atas perbuatan dilakukan Alem selama ini.

“Untuk saat ini, yang bisa dilakukan mendekati diri dengan Allah SWT,” sebut Halim, Jumat (2/6) siang.

Alem sendiri di Lapas Tanjung Gusta Medan, sangat aktif dengan kegiatan keagaman dengan mengajarkan wargabinaan lain untuk salat. Halim juga menghabiskan waktunya untuk memakmurkan masjid, mulai dari membersihkan masjid, menjadi muadzin hingga menjadi imam saat solat berjamaah di dalam areal Lapas.

“Ada satu amalan apabila mengamalkan amalan seperti saya ini akan lepas dari beban apa pun. Salah satunya, melaksanakan salat berjamaah,” kata pria asal Kota Tanjung Balai itu.

Pria yang sekarang berjanggut ini juga mengajak para wargabinaan lain untuk mengaji dan mengajak narapidana untuk melakukan kegiatan positif. Dia mengajarkan rekan sesama wargabinaannya cara membaca ayat suci Alquran.

Halim mengaku perubahan yang dia alami disebabkan oleh hukuman mati yang akan dia jalani. Berawal dari kesalahan yang dilakukannya, Halim terpanggil untuk memperdalam ilmu agama Islam seperti saat ini. Tahun ini merupakan tahun kedua dia menjalani hari-harinya di dalam Lapas.

“Yang membuat tegar itu, saya merasa semua orang kan harus mati. Tidak ada orang yang kekal hidup, siapa pun dia,” tutur Halim.

Halim Nasution merupakan warga Muara Sentosa, Sei Tualang Raso, Tanjung Balai. Bersama dua rekannya, yakni Guntur alias Ucok dan dan Didit Prayetno alias Wak Men, Halim dijatuhi hukuman mati di PN Tanjung Balai pada 23 September 2015. Mereka terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah membawa 20 kg sabu dari Malaysia. (gus/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/