Pasien Tuding Pelayanan RSU dr Pirngadi Buruk
MEDAN-Buruknya pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Pirngadi Medan masih saja dikeluhkan pasien. Keluhan ini datang dari Yogi (40), warga Simpang Limun Medan yang menderita penyakit anemia dan tengah menjalani perawatan inap di lantai II Asoka Kamar III.
Yogi saat ditemui di ruang perawatan mengaku, selama sepuluh hari menjalani perawatan, Yogi menilai jika pelayanan yang diterimanya sangat tidak memuaskan.
Karena menurut Yogi, dirinya tidak pernah dipegang langsung oleh dokter ahli melainkan para dokter muda yang tengah menempah pendidikan di rumah sakit tersebut.
“Kami para pasien yang dirawat di sini seperti kelinci percobaan bagi dokter muda yang sedang belajar. Karena kami tidak pernah langsung ditangani dokter ahli padahal rumah sakit ini mempunyai dokter ahli,”ungkap Yogi, yang mengaku jika dirinya berstatus pasien pengguna Jamkesda.
Yogi juga mengakui, saat para dokter memberikan obat kepada pasienn obat itu tidak pernah langsung diterima oleh pasien namun ditahan oleh para perawat.
“Gimana kami mau cepat sembuh jika dirawat di sini. Kalau pelayanan yang diberikan tidak bagus seperti pemberian obat,”ujarnya menyesalkan.
Yogi juga menambahkan banyak pasien yang belum sembuh namun memilih pulang ke rumah karena pelayanan yang kurang bagus dari pihak rumah sakit.
Akibat pelayanan yang tidak maksimal tersebut, Yogi berencana mengadukannya ke Dinas Kesehatan Kota Medan.
Menyikapi hal itu, Direktur RSUD dr Pirngadi Medan, Amran Lubis SpJP mengakui jika peserta didik di rumah sakit yang dipimpinnya itu cukup banyak mengingat Rumah Sakit Pirngadi sebagai sebuah rumah sakit pendidikan.
Untuk menyikapinya, bilang Amran, ada sistem pengendalian dan ada tahapan, dimana dengan jumlah mahasiswa yang cukup banyak manajemen RSUD dr Pirngadi akan melakukan regulasi ulang.
Selain itu manajemen akan memberikan batasan kuota bagi lembaga pendidikan kesehatan, terutama fakultas kedokteran untuk mengirimkan jumlah peserta didiknya.
“Jadi ke depannya kita akan berikan kuota atau batas jumlah peserta didik yang akan menjalani pendidikan di Rumah Sakit Pirngadi,”terangnya.
Selain itu langkah lain yang dilakukan yakni menerapkan sistem membagi rasio dokter muda berdasarkan dengan jumlah pasiennya.
“Jika berlebih jumlah dokter muda dan perawat pendidikan, maka akan ada pembagian yang disesuaikan dengan jumlahnya,”ucapnya lagi.
Kedepannya pembagian ini bilang Amran yakni diupayakan satu pasien ditangani satu dokter muda atau coas dengan pembagian empat jam tiap menjalankan tugasnya di bawah bimbingan supervisor.
Sedangkan dokter muda lainnya akan ditempatkan disebuah ruangan dalam memfungsikan jurnal reading, studi kasus, ataupun pembelajaran lainnya dalam menanti waktu untuk tugasnya, yang dikenal dengan sistem clinical hospital.
Terakhir, bilang Amran, yakni membangun kerjasama dengan rumahsakit milik pemerintah di daerah, atau sistem hospital networking.
Selain untuk menyiasati berkembangnya rumah sakit swasta dalam bentuk persaingan, sistem ini juga dibangun untuk memberikan kenyamanan kepada pasien.
“Jadi setiap rujukan dari rumah sakit daerah milik pemerintah akan mendapatkan kontribusi dari Rumah Sakit Pirngadi dengan sistem return fee atau bagi hasil. Konsep ini yang akan digalang dengan sistem hospital networking. Ke depannya kita tidak lagi mendengar ada lagi keluhan pasien yang dirawat di rumah sakit milik pemerintah dan sebaliknya mereka akan mendapatkan sebuah kenyamanan,”sebutnya mengakhiri. (uma)