26.7 C
Medan
Sunday, May 5, 2024

1,282 Juta Jiwa Penduduk Sumut Miskin

Syech Suhaimi Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Tercatat, jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) sebanyak 1,282 juta jiwa atau sebesar 8,83% dari total penduduk sekitar 58,46 juta. Penghitungan tersebut, Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada Maret 2019.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Syech Suhaimi mengatakan, dari jumlah tersebut, terdapat penurunan sebanyak 10.000 jiwa dengan persentasi 0,11%. Penurun tersebut, ada peningkatkan penghasilan masyarakat.

“Kondisi ini memperlihatkan bahwa jumlah dan persentase penduduk miskin di Sumut mengalami penurunan dimana pada September 2018 penduduk miskin sebanyak 1,291 juta jiwan

atau sebesar 8,94%,” ungkap Suhaimi kepada wartawan di Kantor BPS Sumut di Medan, Jumat (2/9) siang.

Suhaimi menjelaskan, berdasarkan daerah tempat tinggal, pada periode September 2018 – Maret 2019, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebanyak 11,2 ribu jiwa, sebaliknya di daerah pedesaan meningkat sebanyak 1,3 ribu jiwa.

“Persentase kemiskinan di perkotaan turun dari 8,84% menjadi 8,56%. Sebaliknya, di perdesaan naik dari 9,05% menjadi 9,14%,” tutur Suhaimi.

Suhaimi menjelaskan, sebagai suatu batas untuk menentukan miskin atau tidaknya seseorang menggunakan batas garis kemiskinan. Penduduk miskin adalah yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.

“Pada Maret 2019 garis kemiskinan Sumut sebesar Rp466.122,- per kapita per bulan. Untuk daerah perkotaan, garis kemiskinannya Rp483.667,- per kapita per bulan, dan untuk daerah perdesaan sebesar Rp445.815,- per kapita per bulan,” paparnya.

Dibanding September 2018, garis kemiskinan Sumut pada Maret 2019 naik 3,20% yaitu dari Rp451.673,- perkapita per bulan menjadi Rp466.122,- perkapita per bulan. Garis kemiskinan di perkotaan naik 3,84%, yaitu dari Rp465.790,- perkapita per bulan menjadi Rp483.667,- perkapita per bulan. Sedangkan garis kemiskinan di perdesaan naik 2,37% dari Rp.435.492,- perkapita per bulan menjadi Rp445.815,- perkapita per bulan.

Lebih lanjut dikatakan, dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM).

“Pada Maret 2019, komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar terhadap Garis Kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan pada umumnya hampir sama, yaitu beras dan rokok kretek filter,” ungkap Suhaimi.

Beras masih berperan sebagai penyumbang terbesar Garis Kemiskinan baik di perkotaan (20,84%) maupun di perdesaan (31,65%). Empat komoditi makanan lainnya penyumbang terbesar Garis Kemiskinan di perkotaan adalah rokok kretek filter (11,67%), ikan tongkol (4,39%), telur ayam ras (3,92%), dan daging ayam ras (3,20%).

Demikian juga di perdesaan, empat komoditi makanan lainnya penyumbang terbesar terhadap Garis Kemiskinan adalah rokok kretek filter (10,00%), telur ayam ras (2,97%), ikan tongkol (2,93%), dan gula pasir (2,72%).

Dalam kesempatan itu juga disebutkan, pada periode September 2018 – Maret 2019, berdasarkan status kemiskinan, secara umum jumlah penduduk sangat miskin dan rentan miskin lainnya di Sumut mengalami penurunan, dan jumlah penduduk miskin, hampir miskin, dan tidak miskin mengalami peningkatan.

Kemudian, secara umum Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan menunjukkan penurunan. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 1,459 pada September 2018 menjadi 1,371 pada Maret 2019. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan turun dari 0,333 menjadi 0,310 pada periode yang sama.

“Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati garis kemiskinan dan tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk miskin semakin menurun,” ujarnya.

Suhaimi juga mengatakan, beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Sumut pada periode September 2018 – Maret 2019 antara lain inflasi Sumut pada periode tersebut cukup terkendali yaitu sebesar 1,14 persen dan harga eceran komoditas penting relatif stabil.

“Pertumbuhan ekonomi cukup stabil meskipun mengalami sedikit penurunan dari 5,43 persen pada Triwulan III 2018 menjadi 5,30 persen pada Triwulan I 2019,” pungkasnya.(gus/ila)

Syech Suhaimi Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Tercatat, jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) sebanyak 1,282 juta jiwa atau sebesar 8,83% dari total penduduk sekitar 58,46 juta. Penghitungan tersebut, Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada Maret 2019.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Syech Suhaimi mengatakan, dari jumlah tersebut, terdapat penurunan sebanyak 10.000 jiwa dengan persentasi 0,11%. Penurun tersebut, ada peningkatkan penghasilan masyarakat.

“Kondisi ini memperlihatkan bahwa jumlah dan persentase penduduk miskin di Sumut mengalami penurunan dimana pada September 2018 penduduk miskin sebanyak 1,291 juta jiwan

atau sebesar 8,94%,” ungkap Suhaimi kepada wartawan di Kantor BPS Sumut di Medan, Jumat (2/9) siang.

Suhaimi menjelaskan, berdasarkan daerah tempat tinggal, pada periode September 2018 – Maret 2019, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebanyak 11,2 ribu jiwa, sebaliknya di daerah pedesaan meningkat sebanyak 1,3 ribu jiwa.

“Persentase kemiskinan di perkotaan turun dari 8,84% menjadi 8,56%. Sebaliknya, di perdesaan naik dari 9,05% menjadi 9,14%,” tutur Suhaimi.

Suhaimi menjelaskan, sebagai suatu batas untuk menentukan miskin atau tidaknya seseorang menggunakan batas garis kemiskinan. Penduduk miskin adalah yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.

“Pada Maret 2019 garis kemiskinan Sumut sebesar Rp466.122,- per kapita per bulan. Untuk daerah perkotaan, garis kemiskinannya Rp483.667,- per kapita per bulan, dan untuk daerah perdesaan sebesar Rp445.815,- per kapita per bulan,” paparnya.

Dibanding September 2018, garis kemiskinan Sumut pada Maret 2019 naik 3,20% yaitu dari Rp451.673,- perkapita per bulan menjadi Rp466.122,- perkapita per bulan. Garis kemiskinan di perkotaan naik 3,84%, yaitu dari Rp465.790,- perkapita per bulan menjadi Rp483.667,- perkapita per bulan. Sedangkan garis kemiskinan di perdesaan naik 2,37% dari Rp.435.492,- perkapita per bulan menjadi Rp445.815,- perkapita per bulan.

Lebih lanjut dikatakan, dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM).

“Pada Maret 2019, komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar terhadap Garis Kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan pada umumnya hampir sama, yaitu beras dan rokok kretek filter,” ungkap Suhaimi.

Beras masih berperan sebagai penyumbang terbesar Garis Kemiskinan baik di perkotaan (20,84%) maupun di perdesaan (31,65%). Empat komoditi makanan lainnya penyumbang terbesar Garis Kemiskinan di perkotaan adalah rokok kretek filter (11,67%), ikan tongkol (4,39%), telur ayam ras (3,92%), dan daging ayam ras (3,20%).

Demikian juga di perdesaan, empat komoditi makanan lainnya penyumbang terbesar terhadap Garis Kemiskinan adalah rokok kretek filter (10,00%), telur ayam ras (2,97%), ikan tongkol (2,93%), dan gula pasir (2,72%).

Dalam kesempatan itu juga disebutkan, pada periode September 2018 – Maret 2019, berdasarkan status kemiskinan, secara umum jumlah penduduk sangat miskin dan rentan miskin lainnya di Sumut mengalami penurunan, dan jumlah penduduk miskin, hampir miskin, dan tidak miskin mengalami peningkatan.

Kemudian, secara umum Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan menunjukkan penurunan. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 1,459 pada September 2018 menjadi 1,371 pada Maret 2019. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan turun dari 0,333 menjadi 0,310 pada periode yang sama.

“Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati garis kemiskinan dan tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk miskin semakin menurun,” ujarnya.

Suhaimi juga mengatakan, beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Sumut pada periode September 2018 – Maret 2019 antara lain inflasi Sumut pada periode tersebut cukup terkendali yaitu sebesar 1,14 persen dan harga eceran komoditas penting relatif stabil.

“Pertumbuhan ekonomi cukup stabil meskipun mengalami sedikit penurunan dari 5,43 persen pada Triwulan III 2018 menjadi 5,30 persen pada Triwulan I 2019,” pungkasnya.(gus/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/