27.7 C
Medan
Thursday, July 4, 2024

Harga Obat di Indonesia Termahal di Asean

MEDAN – Berdasarkan survey Health Action International (HAI) Penang Malaysia mengungkapkan bahwa, belanja kesehatan di Indonesia tergolong rendah dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, hal ini ditenggarai karena tingginya harga obat di Indonesia atau termahal di ASEAN.

“Dengan kondisi itu, perlu adanya pengendalian biaya obat sebagaimana yang diterapkan PT Askes (Persero). Askes menerapkan sistem manage care yang menjadi basic pelaksanaan asuransi kesehatan. Sistem ini juga sudah diterapkan di banyak negara termasuk Amerika Serikat. Yakni pengendalian biaya obat mutlak dilakukan, namun tidak mengurangi mutu pelayanan yang diberikan kepada pesertanya,” sebut Kadis Kesehatan Sumut,dr RR Sri Hartati Surjantini MKes  yang akrab disapa dr Ninik saat membuka Seminar Kedokteran dan Obat PT Askes (Persero) Divisi Regional I Sumut-Aceh di Hotel Emerald Garden, belum lama ini.

Dalam realisasinya, bilang Ninik, PT Askes menggunakan DPHO (daftar plafond dan harga obat). Sistem ini sebenarnya sudah dilaksanakan 34 tahun lalu, dan tahun ini, sudah edisi ke-31. “Dengan sistem ini, Askes dapat mengendalikan kenaikan biaya obat per tahunnya yang sangat tinggi, sehingga keberlangsungan keuangan yang dikelola dari dana 15 juta peserta Askes, dapat dijaga secara kontinuitas.

Dia juga menjelaskan, obat merupakan bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, maupun zat kimia tertentu yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit, memperlambat proses penyakit dan atau menyembuhkan penyakit.

“Sedangkan proses pengobatan merupakan suatu proses normal atau fisiologik dari pengobatan, dimana diperlukan pengetahuan, keahlian, sekaligus berbagai pertimbangan profesional dalam setiap tahap sebelum membuat suatu keputusan dalam pelaksanaan terapi,”terangnya.

Namun, lanjut Ninik, kenyataannya dalam praktik, sering ditemui kebiasaan pengobatan (peresepan)   tidak berdasarkan proses dan tahap ilmiah.
Sedangkan PT Askes yang menerapkan DPHO, diharapkan bisa menjadi acuan bagi para dokter penulis resep dalam memberkan pelayanan obat kepada peserta Askes.   DPHO disusun melibatkan berbagai pihak yaitu para ahli dan mitra Askes yang memiliki kompetensi, unsur organisasi profesi dari seluruh kolegium, sehingga obat dalam DPHO dapat dipertanggungjawabkan. Pemilihan obat dalam DPHO,   mengutamakan empat parameter, mulai dari khasiatnya, keamanan, kenyamanan dan harga.  (uma)

MEDAN – Berdasarkan survey Health Action International (HAI) Penang Malaysia mengungkapkan bahwa, belanja kesehatan di Indonesia tergolong rendah dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, hal ini ditenggarai karena tingginya harga obat di Indonesia atau termahal di ASEAN.

“Dengan kondisi itu, perlu adanya pengendalian biaya obat sebagaimana yang diterapkan PT Askes (Persero). Askes menerapkan sistem manage care yang menjadi basic pelaksanaan asuransi kesehatan. Sistem ini juga sudah diterapkan di banyak negara termasuk Amerika Serikat. Yakni pengendalian biaya obat mutlak dilakukan, namun tidak mengurangi mutu pelayanan yang diberikan kepada pesertanya,” sebut Kadis Kesehatan Sumut,dr RR Sri Hartati Surjantini MKes  yang akrab disapa dr Ninik saat membuka Seminar Kedokteran dan Obat PT Askes (Persero) Divisi Regional I Sumut-Aceh di Hotel Emerald Garden, belum lama ini.

Dalam realisasinya, bilang Ninik, PT Askes menggunakan DPHO (daftar plafond dan harga obat). Sistem ini sebenarnya sudah dilaksanakan 34 tahun lalu, dan tahun ini, sudah edisi ke-31. “Dengan sistem ini, Askes dapat mengendalikan kenaikan biaya obat per tahunnya yang sangat tinggi, sehingga keberlangsungan keuangan yang dikelola dari dana 15 juta peserta Askes, dapat dijaga secara kontinuitas.

Dia juga menjelaskan, obat merupakan bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, maupun zat kimia tertentu yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit, memperlambat proses penyakit dan atau menyembuhkan penyakit.

“Sedangkan proses pengobatan merupakan suatu proses normal atau fisiologik dari pengobatan, dimana diperlukan pengetahuan, keahlian, sekaligus berbagai pertimbangan profesional dalam setiap tahap sebelum membuat suatu keputusan dalam pelaksanaan terapi,”terangnya.

Namun, lanjut Ninik, kenyataannya dalam praktik, sering ditemui kebiasaan pengobatan (peresepan)   tidak berdasarkan proses dan tahap ilmiah.
Sedangkan PT Askes yang menerapkan DPHO, diharapkan bisa menjadi acuan bagi para dokter penulis resep dalam memberkan pelayanan obat kepada peserta Askes.   DPHO disusun melibatkan berbagai pihak yaitu para ahli dan mitra Askes yang memiliki kompetensi, unsur organisasi profesi dari seluruh kolegium, sehingga obat dalam DPHO dapat dipertanggungjawabkan. Pemilihan obat dalam DPHO,   mengutamakan empat parameter, mulai dari khasiatnya, keamanan, kenyamanan dan harga.  (uma)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/