30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

“Kalau Ada Urusan, Terlalu Jauh ke Lubukpakam”

Warga Dusun IV Desa Helvetia Deliserdang Ingin jadi Warga Medan

MEDAN-Masyarakat Dusun IV Desa Helvetia Kecamatan Sunggal lebih memilih menjadi warga Kota Medan daripada Kabupaten Deli serdang. Pasalnya, tempat tinggal mereka lebih dekat ke Kota Medan daripada ke Lubukpakam.

“Lebih baik menjadi warga Medan lah. Kalau ada urusan terlalu jauh ke Lubukpa kam. Lagipula, desa kami ini hanya berbatasan jalan dengan Helvetia Medan,” ujar Porman Silalahi ketika ditemui Sumut Pos di kediamannya, Jumat (1/2).

Porman juga merasa heran dengan tata ruang desanya. Berada di tengah-tengah Kota Medan, tapi terdaftar sebagai daerah Kabupaten Deliserdang. “Abang lihatlah, sebelah Utara ada Medan Marelan, sebelah Selatan ada Medan Helvetia, tapi kami masih penduduk Deli serdang. Uniknya, desa kami masuk Kecamatan Sunggal, padahal lebih dekat ke Kacamatan Labuhan Deli,” jelasnya.

Porman mengaku sebenarnya tidak pernah mengkritisi pembangunan di desanya. Dirinya hanya mengkritisi tata letak desanya yang dinilai terlalu jauh dari Lubukpakam. “Kalau ada urusan, kami harus ke Lubukpakam. Ini cukup jauh dan harus melawati Kota Medan. Kalau bisa, kami masuk Medan sajalah,” harapnya.

Uniknya, dalam pelang-pelang usaha yang berdiri di depan rumah warga, tertulis Jalan Balai Desa Helvetia Medan. Begitu juga dengan alamat surat, mereka tercatat berada di Kota Medan. “Kalau di alamat surat, kami sering membuat Jalan Balai Desa Helvetia Medan. Soalnya, kalau disebutkan, Helvetia Deliserdang, banyak yang tidak tahu,” ungkap Porman.

Lain halnya dengan ibu Rosmaria br Pakpahan. Ditemui di depan rumahnya, dirinya selama ini merasa sebagai penduduk Kota Medan, meski tinggal di daerah Deliserdang. “Kalau ditanya saudara dari kampung, saya mengaku tinggal di Medan. Mereka kan tidak tahu Helvetia itu ada yang masuk Deliserdang, karena batasnya hanya Jalan Sumarsono itu,” katanya.

Keadaan Rosmaria juga unik. Meski tinggal di Deliserdang, dirinya berjualan di Pasar Sei Kambing Medan. Dia mengaku tidak terpengaruh dengan situasi ini. “Tidak ada masalah, saya tinggal di Deliserdang, tapi berjualan di Pasar Sei Kambing. Saya rasa perbedaan ini tidak ada masalah,” tandasnya.

Namun, bila ada kesempatan untuk memilih, dirinya memang lebih condong masuk ke Kota Medan, karena letaknya sangat dekat.”Kalau disuruh memilih, saya lebih condong masuk Medan.  Medan kan lebih dekat dari sini,” pungkasnya.

Menurut informasi yang diperoleh Sumut Pos, perbedaan kabupaten ini membuat Jalan Sumarsono juga tidak bisa dilebarkan, karena merupakan milik Pemkab Deliserdang. Padahal, Pemko Medan sempat berkeinginan untuk memperlebar jalan tersebut sebagai askes menuju Pelabuhan Belawan. (mag-7)

Warga Dusun IV Desa Helvetia Deliserdang Ingin jadi Warga Medan

MEDAN-Masyarakat Dusun IV Desa Helvetia Kecamatan Sunggal lebih memilih menjadi warga Kota Medan daripada Kabupaten Deli serdang. Pasalnya, tempat tinggal mereka lebih dekat ke Kota Medan daripada ke Lubukpakam.

“Lebih baik menjadi warga Medan lah. Kalau ada urusan terlalu jauh ke Lubukpa kam. Lagipula, desa kami ini hanya berbatasan jalan dengan Helvetia Medan,” ujar Porman Silalahi ketika ditemui Sumut Pos di kediamannya, Jumat (1/2).

Porman juga merasa heran dengan tata ruang desanya. Berada di tengah-tengah Kota Medan, tapi terdaftar sebagai daerah Kabupaten Deliserdang. “Abang lihatlah, sebelah Utara ada Medan Marelan, sebelah Selatan ada Medan Helvetia, tapi kami masih penduduk Deli serdang. Uniknya, desa kami masuk Kecamatan Sunggal, padahal lebih dekat ke Kacamatan Labuhan Deli,” jelasnya.

Porman mengaku sebenarnya tidak pernah mengkritisi pembangunan di desanya. Dirinya hanya mengkritisi tata letak desanya yang dinilai terlalu jauh dari Lubukpakam. “Kalau ada urusan, kami harus ke Lubukpakam. Ini cukup jauh dan harus melawati Kota Medan. Kalau bisa, kami masuk Medan sajalah,” harapnya.

Uniknya, dalam pelang-pelang usaha yang berdiri di depan rumah warga, tertulis Jalan Balai Desa Helvetia Medan. Begitu juga dengan alamat surat, mereka tercatat berada di Kota Medan. “Kalau di alamat surat, kami sering membuat Jalan Balai Desa Helvetia Medan. Soalnya, kalau disebutkan, Helvetia Deliserdang, banyak yang tidak tahu,” ungkap Porman.

Lain halnya dengan ibu Rosmaria br Pakpahan. Ditemui di depan rumahnya, dirinya selama ini merasa sebagai penduduk Kota Medan, meski tinggal di daerah Deliserdang. “Kalau ditanya saudara dari kampung, saya mengaku tinggal di Medan. Mereka kan tidak tahu Helvetia itu ada yang masuk Deliserdang, karena batasnya hanya Jalan Sumarsono itu,” katanya.

Keadaan Rosmaria juga unik. Meski tinggal di Deliserdang, dirinya berjualan di Pasar Sei Kambing Medan. Dia mengaku tidak terpengaruh dengan situasi ini. “Tidak ada masalah, saya tinggal di Deliserdang, tapi berjualan di Pasar Sei Kambing. Saya rasa perbedaan ini tidak ada masalah,” tandasnya.

Namun, bila ada kesempatan untuk memilih, dirinya memang lebih condong masuk ke Kota Medan, karena letaknya sangat dekat.”Kalau disuruh memilih, saya lebih condong masuk Medan.  Medan kan lebih dekat dari sini,” pungkasnya.

Menurut informasi yang diperoleh Sumut Pos, perbedaan kabupaten ini membuat Jalan Sumarsono juga tidak bisa dilebarkan, karena merupakan milik Pemkab Deliserdang. Padahal, Pemko Medan sempat berkeinginan untuk memperlebar jalan tersebut sebagai askes menuju Pelabuhan Belawan. (mag-7)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/