MEDAN, SUMUTPOS.CO – Handoko kesal betul. Dia tak habis pikir, keberadaan Sri Muliati (19) di kediamannya bisa terendus. Pengusaha besi itu juga penasaran, siapa orang yang membocorkan keberadaan Sri, hingga orangtuanya di Garut, Jawa Barat, bisa datang langsung.
Ini terkuak saat wartawan menemui Sri di Kantor Biro Perlindungan Perempuan dan Anak Pemprovsu yang berkantor di Lantai VI Kantor Gubsu, Senin (2/3).
Sri yang sudah diamankan dari kediaman majikannya, dibawa ke sana. Ketika ditemui, Sri terlihat sedikit takut. Begitu mengenalkan diri, barulah Sri sedikit tenang.
Diakuinya, dia agak risih bertemu orang asing. Itu karena selama enam tahun, dia tidak pernah diberi akses untuk berkomunikasi dengan orang luar. Bahkan segala aktifitas Sri selalu diawasi.
Dibeber Sri, itu adalah dampak dari aksinya 2 tahun lalu. Ya, Sri pernah mencoba kabur. Gara-gara itu pula Sri dipisahkan dari teman-temannya sesama pembantu. Dia ditaruh di sebuah gudang bagian belakang rumah Handoko. “Tempat tidurnya sempit dan bau, cuma triplek dindingnya. Selimutnya sudah bolong-bolong. Aku dipindah karena pernah coba kabur,” ujarnya.
Namun Sri juga akhirnya jadi tau banyak bahasa Tionghoa. Bahkan logatnya juga mirip logat Tionghoa. Sri hanya tersenyum malu dan mengatakan sering mendengar komunikasi keluarga Handoko, sehingga dia tahu berbahasa Tionghoa. “Sikit-sikit tahu Bang,” ujarnya.
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Handoko kesal betul. Dia tak habis pikir, keberadaan Sri Muliati (19) di kediamannya bisa terendus. Pengusaha besi itu juga penasaran, siapa orang yang membocorkan keberadaan Sri, hingga orangtuanya di Garut, Jawa Barat, bisa datang langsung.
Ini terkuak saat wartawan menemui Sri di Kantor Biro Perlindungan Perempuan dan Anak Pemprovsu yang berkantor di Lantai VI Kantor Gubsu, Senin (2/3).
Sri yang sudah diamankan dari kediaman majikannya, dibawa ke sana. Ketika ditemui, Sri terlihat sedikit takut. Begitu mengenalkan diri, barulah Sri sedikit tenang.
Diakuinya, dia agak risih bertemu orang asing. Itu karena selama enam tahun, dia tidak pernah diberi akses untuk berkomunikasi dengan orang luar. Bahkan segala aktifitas Sri selalu diawasi.
Dibeber Sri, itu adalah dampak dari aksinya 2 tahun lalu. Ya, Sri pernah mencoba kabur. Gara-gara itu pula Sri dipisahkan dari teman-temannya sesama pembantu. Dia ditaruh di sebuah gudang bagian belakang rumah Handoko. “Tempat tidurnya sempit dan bau, cuma triplek dindingnya. Selimutnya sudah bolong-bolong. Aku dipindah karena pernah coba kabur,” ujarnya.
Namun Sri juga akhirnya jadi tau banyak bahasa Tionghoa. Bahkan logatnya juga mirip logat Tionghoa. Sri hanya tersenyum malu dan mengatakan sering mendengar komunikasi keluarga Handoko, sehingga dia tahu berbahasa Tionghoa. “Sikit-sikit tahu Bang,” ujarnya.