29 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Cari Utang untuk Datangkan Seniman Musik Batak

Saat itu ada anggapan bahwa menggaji orang Rumania dan negara-negara komunis yang tengah dilanda krisis lebih menguntungkan daripada mendatangkan mereka yang berasal dari Eropa Barat. Sebab, tenaga kerja dari negara yang sedang krisis itu bisa digaji lebih rendah daripada tenaga kerja dari Eropa Barat. Padahal dengan kemampuan yang tidak jauh berbeda.

”Saya datang ke Indonesia kali pertama pada 2001. Saat itu perusahaan ayah mendatangkan keluarga saya,” kenang Andreea. Meski hanya sejenak di Jakarta, Andreea langsung jatuh hati pada budaya dan alam Indonesia.

Sepulang mengunjungi ayahnya, Andreea mencari banyak informasi tentang Indonesia. Mampirlah dia ke KBRI Rumania-Republik Moldova. Dia begitu excited menceritakan pengalamannya berkunjung ke Jakarta kepada orang-orang di KBRI.

Dari staf di KBRI, Andreea makin sering menggali informasi tentang Indonesia, mulai budaya sampai bahasanya. Ketertarikan Andreea dengan Indonesia itulah yang membuat KBRI menawarinya mendaftar beasiswa Darmasiswa.

Singkat kata, Andreea dinyatakan lolos seleksi beasiswa. ”Bayangkan, saya bukan anak dari keluarga mampu. Tapi, saya bisa mendapatkan kesempatan belajar ke luar negeri, ke negara yang saya ingin datangi,” ungkapnya.

Pada 2003 terbanglah Andreea untuk kali kedua ke Indonesia. Dia mendapat beasiswa belajar bahasa Indonesia program satu tahun di Fakultas Sastra Universitas Udayana Bali. Meskipun hanya satu tahun, Andreea begitu menikmati belajar tentang Indonesia. Segala kegiatan kampus diikutinya. Termasuk sebuah program sosialisasi di fakultas sastra yang sempat diadakan di Pasar Klewer, Solo. ”Di Pasar Klewer saya belajar tawar-menawar barang,” ujarnya.

Andreea juga aktif di kegiatan kemahasiswaan seperti belajar gamelan. Sampai sekarang dia mengaku masih bisa menggamel gending Jawa. ”Saya juga bisa menari Bali dan bikin sesaji untuk sembahyangan di pura loh,” ucapnya.

Meski dari beasiswa itu hanya mendapatkan biaya hidup 70 dolar AS per bulan, Andreea bisa menikmatinya. Agar uang bulanan tersebut cukup, Andreea memilih sharing kamar dengan teman kos. ”Yang tak biasa saya lakukan di Rumania saya kerjakan di Bali. Misalnya mandi dengan gayung, makan nasi bungkus, dan minum teh botol,” kelakarnya.

Andreea mengaku cocok dengan apa pun makanan khas Indonesia, kecuali soto. Meskipun serba terbatas, Andreea bangga bisa belajar di Bali, tempat banyak orang ingin berwisata.

Selepas kuliah, Andreea kembali ke tanah kelahiran dan mulai aktif mengenalkan Indonesia ke negaranya. Pada 2009 KBRI membuka lowongan staf lokal dan Andreea lolos seleksi. Prestasinya yang baik mengantarkannya pada posisi yang terus meningkat. Kini dia dipercaya sebagai sekretaris KBRI.

”Saya bersyukur bisa bekerja di KBRI. Karena bisa sering ke Indonesia,” ujar peraih gelar magister hubungan internasional itu.

Kecintaannya kepada Indonesia juga membawa hati Andreea tertambat pada laki-laki keturunan Batak. Dia bercerita tentang awal pertemuannya dengan suami yang seorang konsultan bisnis di Jakarta tersebut. Namun, Andreea meminta cerita pribadinya itu tak disebutkan di koran.

Kini, setelah sekian tahun aktif mengenalkan budaya Indonesia, ada sejumlah keinginan yang belum bisa diwujudkan Andreea. Salah satunya, dia ingin bisa membeli sendiri seperangkat gamelan. Tujuannya, dia bisa mudah mengajarkan alat musik tradisional itu ke anak-anak Rumania.

Andreea menganggap ada beberapa kesamaan antara Indonesia dan Rumania yang membuat dirinya mencintai keduanya. Dua negara itu, menurut dia, memiliki masyarakat yang sama-sama ramah dan terbuka. ”Meski negeri kami dikenal dengan drakula, orangnya ramah-ramah loh,” candanya. (*/c9/ari)

Saat itu ada anggapan bahwa menggaji orang Rumania dan negara-negara komunis yang tengah dilanda krisis lebih menguntungkan daripada mendatangkan mereka yang berasal dari Eropa Barat. Sebab, tenaga kerja dari negara yang sedang krisis itu bisa digaji lebih rendah daripada tenaga kerja dari Eropa Barat. Padahal dengan kemampuan yang tidak jauh berbeda.

”Saya datang ke Indonesia kali pertama pada 2001. Saat itu perusahaan ayah mendatangkan keluarga saya,” kenang Andreea. Meski hanya sejenak di Jakarta, Andreea langsung jatuh hati pada budaya dan alam Indonesia.

Sepulang mengunjungi ayahnya, Andreea mencari banyak informasi tentang Indonesia. Mampirlah dia ke KBRI Rumania-Republik Moldova. Dia begitu excited menceritakan pengalamannya berkunjung ke Jakarta kepada orang-orang di KBRI.

Dari staf di KBRI, Andreea makin sering menggali informasi tentang Indonesia, mulai budaya sampai bahasanya. Ketertarikan Andreea dengan Indonesia itulah yang membuat KBRI menawarinya mendaftar beasiswa Darmasiswa.

Singkat kata, Andreea dinyatakan lolos seleksi beasiswa. ”Bayangkan, saya bukan anak dari keluarga mampu. Tapi, saya bisa mendapatkan kesempatan belajar ke luar negeri, ke negara yang saya ingin datangi,” ungkapnya.

Pada 2003 terbanglah Andreea untuk kali kedua ke Indonesia. Dia mendapat beasiswa belajar bahasa Indonesia program satu tahun di Fakultas Sastra Universitas Udayana Bali. Meskipun hanya satu tahun, Andreea begitu menikmati belajar tentang Indonesia. Segala kegiatan kampus diikutinya. Termasuk sebuah program sosialisasi di fakultas sastra yang sempat diadakan di Pasar Klewer, Solo. ”Di Pasar Klewer saya belajar tawar-menawar barang,” ujarnya.

Andreea juga aktif di kegiatan kemahasiswaan seperti belajar gamelan. Sampai sekarang dia mengaku masih bisa menggamel gending Jawa. ”Saya juga bisa menari Bali dan bikin sesaji untuk sembahyangan di pura loh,” ucapnya.

Meski dari beasiswa itu hanya mendapatkan biaya hidup 70 dolar AS per bulan, Andreea bisa menikmatinya. Agar uang bulanan tersebut cukup, Andreea memilih sharing kamar dengan teman kos. ”Yang tak biasa saya lakukan di Rumania saya kerjakan di Bali. Misalnya mandi dengan gayung, makan nasi bungkus, dan minum teh botol,” kelakarnya.

Andreea mengaku cocok dengan apa pun makanan khas Indonesia, kecuali soto. Meskipun serba terbatas, Andreea bangga bisa belajar di Bali, tempat banyak orang ingin berwisata.

Selepas kuliah, Andreea kembali ke tanah kelahiran dan mulai aktif mengenalkan Indonesia ke negaranya. Pada 2009 KBRI membuka lowongan staf lokal dan Andreea lolos seleksi. Prestasinya yang baik mengantarkannya pada posisi yang terus meningkat. Kini dia dipercaya sebagai sekretaris KBRI.

”Saya bersyukur bisa bekerja di KBRI. Karena bisa sering ke Indonesia,” ujar peraih gelar magister hubungan internasional itu.

Kecintaannya kepada Indonesia juga membawa hati Andreea tertambat pada laki-laki keturunan Batak. Dia bercerita tentang awal pertemuannya dengan suami yang seorang konsultan bisnis di Jakarta tersebut. Namun, Andreea meminta cerita pribadinya itu tak disebutkan di koran.

Kini, setelah sekian tahun aktif mengenalkan budaya Indonesia, ada sejumlah keinginan yang belum bisa diwujudkan Andreea. Salah satunya, dia ingin bisa membeli sendiri seperangkat gamelan. Tujuannya, dia bisa mudah mengajarkan alat musik tradisional itu ke anak-anak Rumania.

Andreea menganggap ada beberapa kesamaan antara Indonesia dan Rumania yang membuat dirinya mencintai keduanya. Dua negara itu, menurut dia, memiliki masyarakat yang sama-sama ramah dan terbuka. ”Meski negeri kami dikenal dengan drakula, orangnya ramah-ramah loh,” candanya. (*/c9/ari)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/