25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Konflik Taksi Gelap KNIA Berkepanjangan

SUMUTPOS.CO – Bandara Internasional Kualanamu terus menjadi sorotan. Pasalnya, hingga kini masih banyak taksi gelap yang bebas berkeliran mencari penumpang. Padahal, sebulan setelah Bandara Kualanamu beroperasi, pihak Angkasa Pura II telah memenangkan tender kepaada 7 perusahaan taksi untuk mencari penumpang di Bandara.

Pengamat dan pemerhati Transportasi & Tata Ruang mengatakan, Ir Filianti Bangun, Grad Dipl PM, MEng mengatakan pihak Angkasa Pura II harus tegas menindak taksi di luar tender, jika tidak ingin memicu konflik yang lebih tinggi.

“Sepertinya ada azas pembiaran yang dilakukan Angkasa Pura kepada perusahaan angkutan di luar tender. Ini bisa memicu konflik yang lebih tinggi jika tak ada ketegasan,” ujarnya, Minggu (3/11).

Dikatakan Filianti, untuk apa pihak angkasa pura II melakukan tender jika memang taksi liar yang tidak mengikuti tender bisa mencari penumpang di Bandara Kualanamu.

“Ini bisa mengarah ke anarki, saat perusahaan taksi yang mengikuti tender sudah gerah dengan keberadaan taksi liar dan pihak Angkasa Pura membiarkannya,” ungkapnya.

Filianti yang juga dosen Fakultas Teknik Sipil USU menyebutkan, mestinya pihak Angkasa Pura II mengambil langkah tegas, semisal bekerja sama dengan Ditlantas Polda Sumut maupun Dinas Perhubungan Pemkab Deliserdang.

“Harus dibuat efek jera agar taksi liar tidak berani lagi mencari penumpang di Bandara. Jangan hanya ditilang, tapi terapkan pidana badan. Kalau Dinas Perhubungan bisa melakukan sweeping di pintu masuk Bandara,” ungkapnya.

Mewakili sopir taksi resmi bandara, Armi  mengaku kecewa dengan keberadaan taksi liar, karena Angkasa Pura II dinilai tidak tegas menindaknya. “Bagaimana tidak kecewa. Hingga kini taksi liar masih bebas berkeliaran mencari penumpang. Para sopir taksi liar kini tidak segan-segan menawarkan jasanya di pintu kedatangan Bandara,” ujarnya.

Armi menegaskan, keberadaan taksi liar telah menurunkan pendapatan mereka, karena taksi liar membuat harga dibawah standart harga yang mereka buat.

“Keberadaan mereka (taksi liar,red) jelas merugikan kami. Taksi liar ini juga berani menurunkan tarif dari kami. Bagaimana penumpang tidak lari ke mereka,” pungkasnya.(mag-1)

SUMUTPOS.CO – Bandara Internasional Kualanamu terus menjadi sorotan. Pasalnya, hingga kini masih banyak taksi gelap yang bebas berkeliran mencari penumpang. Padahal, sebulan setelah Bandara Kualanamu beroperasi, pihak Angkasa Pura II telah memenangkan tender kepaada 7 perusahaan taksi untuk mencari penumpang di Bandara.

Pengamat dan pemerhati Transportasi & Tata Ruang mengatakan, Ir Filianti Bangun, Grad Dipl PM, MEng mengatakan pihak Angkasa Pura II harus tegas menindak taksi di luar tender, jika tidak ingin memicu konflik yang lebih tinggi.

“Sepertinya ada azas pembiaran yang dilakukan Angkasa Pura kepada perusahaan angkutan di luar tender. Ini bisa memicu konflik yang lebih tinggi jika tak ada ketegasan,” ujarnya, Minggu (3/11).

Dikatakan Filianti, untuk apa pihak angkasa pura II melakukan tender jika memang taksi liar yang tidak mengikuti tender bisa mencari penumpang di Bandara Kualanamu.

“Ini bisa mengarah ke anarki, saat perusahaan taksi yang mengikuti tender sudah gerah dengan keberadaan taksi liar dan pihak Angkasa Pura membiarkannya,” ungkapnya.

Filianti yang juga dosen Fakultas Teknik Sipil USU menyebutkan, mestinya pihak Angkasa Pura II mengambil langkah tegas, semisal bekerja sama dengan Ditlantas Polda Sumut maupun Dinas Perhubungan Pemkab Deliserdang.

“Harus dibuat efek jera agar taksi liar tidak berani lagi mencari penumpang di Bandara. Jangan hanya ditilang, tapi terapkan pidana badan. Kalau Dinas Perhubungan bisa melakukan sweeping di pintu masuk Bandara,” ungkapnya.

Mewakili sopir taksi resmi bandara, Armi  mengaku kecewa dengan keberadaan taksi liar, karena Angkasa Pura II dinilai tidak tegas menindaknya. “Bagaimana tidak kecewa. Hingga kini taksi liar masih bebas berkeliaran mencari penumpang. Para sopir taksi liar kini tidak segan-segan menawarkan jasanya di pintu kedatangan Bandara,” ujarnya.

Armi menegaskan, keberadaan taksi liar telah menurunkan pendapatan mereka, karena taksi liar membuat harga dibawah standart harga yang mereka buat.

“Keberadaan mereka (taksi liar,red) jelas merugikan kami. Taksi liar ini juga berani menurunkan tarif dari kami. Bagaimana penumpang tidak lari ke mereka,” pungkasnya.(mag-1)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/