25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Teman Jadi Support System

Bincang-bincang Jelang Sahur Bersama Ketua Partai Demokrat Sumut M Lokot Nasution

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Ketua DPD Partai Demokrat Sumut, Muhammad Lokot Nasution hanya memiliki satu cita-cita, yaitu membahagiakan kedua orangtuanya. Cita-cita itu hampir terwujud saat ini, dan itu semua tidak terlepas dari bantuan teman-temannya.

TIM Sahur Sumut Pos mendapat kehormatan, dijamu bersantap sahur di rumah Ketua DPD Partai Demokrat Sumut, Muhammad Lokot Nasution, Jalan Pahlawan Gang Melati, Medan Perjuangan, Selasa (4/4) dini hari. Saat Tim Sahur Sumut Pos tiba di depan rumahnya, pria yang akrab disapa Bang Lokot ini sedang duduk lesehan di teras rumahnya.

Dia tak sendirian, ada juga beberapa orang rekannya menemani.

Begitu melihat Tim Sumut Pos, Bang Lokot langsung berdiri dan menyalami kami satu persatu sembari mempersilakan duduk lesehan di teras rumahnya. Sosoknya begitu ramah, dan supel alias mudah akrab dengan siapa saja.

Perbincangan pun mengalir begitu saja. Banyak hal yang diceritakannya. Mulai dari masa kecilnya hingga dirinya memilih berhenti dari aparatur sipil negara untuk terjun ke dunia politik. “Keberadaan saya saat ini karena adanya teman-teman saya. Mereka membantu saya mewujudkan mimpi saya untuk membahagiakan orangtua,” ujarnya.

Bagi Lokot, teman bukan hanya sekadar pengisi waktu, tetapi support system yang mampu memberikannya kenyamanan sehingga dia bisa mencurahkan isi di hati dan pikirannya. Apalagi, saat Lokot Nasution menempuh pendidikan di Pulau Jawa dirinya mampu bertahan karena adanya dukungan teman. “Saya merantau, menempuh pendidikan di Jawa. Saya tamat tahun 1997, dan mencoba Akmil, biar nampak keren gitu. Tapi, ternyata tidak bisa. Menang semangatlah,” ungkapnya sambil tersenyum.

Walaupun tidak menang di Akmil tidak membuat semangatnya hilang, kondisi yang saat itu krisis moneter membuat dirinya berpikir bahwa dia harus tamat kuliah dan langsung bekerja. Setelah mencoba, akhirnya Lokot Nasution berhasil lulus di perguruan kedinasan Balai Pendidikan dan Latihan Ahli Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (BPL-ALLAJR).

“Saya akui, saya hidup senang saat SD SMP, dan SMA. Tetapi tahun 1998 itu terjadi moneter. Orangtua saya pedagang di pusat pasar. Kita jualan barang impor. Dan saat moneter kita tidak ada persiapan. Akhirnya, ekonomi keluarga carut marut. Bahkan kita pernah utang beras 1 goni sama keluarga. Itulah alasan saya kenapa saya memilih pendidikan kedinasan. Apalagi saya anak paling besar, jadi memang ada rasa tanggung jawab,” tambahnya.

Kehidupan di Pulau Jawa pun tidak seindah yang dibayangkan. Selain rasa tanggung jawab, yang membuat dirinya mampu bertahan di Pulau Jawa adalah teman. Sebisa mungkin Lokot Nasution memperluas pertemanan. “Awal pertemanan, saya hanya menjadi pendengar. Karena saya berteman dengan para aktivis. Merekalah yang membuka cara berpikir saya untuk menjadi lebih dewasa dan memandang dunia lebih luas,” lanjutnya.

Andi Arief, menjadi salah satu teman yang paling berjasa yang membuat dirinya terjun ke dunia politik. Bahkan, Andi Arief pulalah yang mengenalkan dirinya dengan Susilo Bambang Yudhoyono.

Cara Partai Demokrat memperlakukan kadernya membuat dirinya tambah yakin untuk menyerahkan ‘diri’ ke partai asuhan SBY ini. Ideologis partai bukan hanya memberikan kebebasan kader tetapi juga dapat mensejahterakan masyarakat.

Selain Andi Arief, Rocky Gerung juga menjadi teman yang memberikan pemahaman tentang birokrasi. Sosok Rocky Gerung lah yang membuat dirinya yakin untuk terjun seutuhnya di dunia politik. “Dan saya paling banyak dibantu SBY saat saya masih menjadi PNS. Tahun 2018, saya sudah tidak masuk kantor, bahkan sudah menjatuhkan surat pengunduran diri. Tetapi tidak dikeluarkan. Tahun 2020 akhirnya saya telepon atasan, saya sedikit ‘berbahasa’ dan akhirnya dalam tiga hari surat pemberhentian saya keluar. Tapi harus diingat, saya sudah tidak terima gaji ya sejak saya tidak masuk kerja ya,” tambahnya.

Kini, Lokot Nasution kembali ke kampung halaman, Sumatera Utara. Karena dia ingin mengubah wajah Partai Demokrat di Sumut. Ia juga ingin mengembalikan kejayaan Partai Demokrat, di mana pada Pemilu 2009 sukses memenangi Pemilu di Sumut dengan merebut kursi pimpinan DPRD Sumut. “Alasan lain, ya itu tadi. Karena saya ingin membahagiakan orangtua,” ungkapnya.

Dia juga menyebutkan, Prof Dr Muryanto Amin menjadi orang yang berjasa dalam karirnya di Partai Demokrat. “Intinya, teman itu untuk memperluas jaringan, menambah rezeki, membuat kita awet muda karena bisa tukar pikiran,” tutupnya. (ram/adz)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Ketua DPD Partai Demokrat Sumut, Muhammad Lokot Nasution hanya memiliki satu cita-cita, yaitu membahagiakan kedua orangtuanya. Cita-cita itu hampir terwujud saat ini, dan itu semua tidak terlepas dari bantuan teman-temannya.

TIM Sahur Sumut Pos mendapat kehormatan, dijamu bersantap sahur di rumah Ketua DPD Partai Demokrat Sumut, Muhammad Lokot Nasution, Jalan Pahlawan Gang Melati, Medan Perjuangan, Selasa (4/4) dini hari. Saat Tim Sahur Sumut Pos tiba di depan rumahnya, pria yang akrab disapa Bang Lokot ini sedang duduk lesehan di teras rumahnya.

Dia tak sendirian, ada juga beberapa orang rekannya menemani.

Begitu melihat Tim Sumut Pos, Bang Lokot langsung berdiri dan menyalami kami satu persatu sembari mempersilakan duduk lesehan di teras rumahnya. Sosoknya begitu ramah, dan supel alias mudah akrab dengan siapa saja.

Perbincangan pun mengalir begitu saja. Banyak hal yang diceritakannya. Mulai dari masa kecilnya hingga dirinya memilih berhenti dari aparatur sipil negara untuk terjun ke dunia politik. “Keberadaan saya saat ini karena adanya teman-teman saya. Mereka membantu saya mewujudkan mimpi saya untuk membahagiakan orangtua,” ujarnya.

Bagi Lokot, teman bukan hanya sekadar pengisi waktu, tetapi support system yang mampu memberikannya kenyamanan sehingga dia bisa mencurahkan isi di hati dan pikirannya. Apalagi, saat Lokot Nasution menempuh pendidikan di Pulau Jawa dirinya mampu bertahan karena adanya dukungan teman. “Saya merantau, menempuh pendidikan di Jawa. Saya tamat tahun 1997, dan mencoba Akmil, biar nampak keren gitu. Tapi, ternyata tidak bisa. Menang semangatlah,” ungkapnya sambil tersenyum.

Walaupun tidak menang di Akmil tidak membuat semangatnya hilang, kondisi yang saat itu krisis moneter membuat dirinya berpikir bahwa dia harus tamat kuliah dan langsung bekerja. Setelah mencoba, akhirnya Lokot Nasution berhasil lulus di perguruan kedinasan Balai Pendidikan dan Latihan Ahli Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (BPL-ALLAJR).

“Saya akui, saya hidup senang saat SD SMP, dan SMA. Tetapi tahun 1998 itu terjadi moneter. Orangtua saya pedagang di pusat pasar. Kita jualan barang impor. Dan saat moneter kita tidak ada persiapan. Akhirnya, ekonomi keluarga carut marut. Bahkan kita pernah utang beras 1 goni sama keluarga. Itulah alasan saya kenapa saya memilih pendidikan kedinasan. Apalagi saya anak paling besar, jadi memang ada rasa tanggung jawab,” tambahnya.

Kehidupan di Pulau Jawa pun tidak seindah yang dibayangkan. Selain rasa tanggung jawab, yang membuat dirinya mampu bertahan di Pulau Jawa adalah teman. Sebisa mungkin Lokot Nasution memperluas pertemanan. “Awal pertemanan, saya hanya menjadi pendengar. Karena saya berteman dengan para aktivis. Merekalah yang membuka cara berpikir saya untuk menjadi lebih dewasa dan memandang dunia lebih luas,” lanjutnya.

Andi Arief, menjadi salah satu teman yang paling berjasa yang membuat dirinya terjun ke dunia politik. Bahkan, Andi Arief pulalah yang mengenalkan dirinya dengan Susilo Bambang Yudhoyono.

Cara Partai Demokrat memperlakukan kadernya membuat dirinya tambah yakin untuk menyerahkan ‘diri’ ke partai asuhan SBY ini. Ideologis partai bukan hanya memberikan kebebasan kader tetapi juga dapat mensejahterakan masyarakat.

Selain Andi Arief, Rocky Gerung juga menjadi teman yang memberikan pemahaman tentang birokrasi. Sosok Rocky Gerung lah yang membuat dirinya yakin untuk terjun seutuhnya di dunia politik. “Dan saya paling banyak dibantu SBY saat saya masih menjadi PNS. Tahun 2018, saya sudah tidak masuk kantor, bahkan sudah menjatuhkan surat pengunduran diri. Tetapi tidak dikeluarkan. Tahun 2020 akhirnya saya telepon atasan, saya sedikit ‘berbahasa’ dan akhirnya dalam tiga hari surat pemberhentian saya keluar. Tapi harus diingat, saya sudah tidak terima gaji ya sejak saya tidak masuk kerja ya,” tambahnya.

Kini, Lokot Nasution kembali ke kampung halaman, Sumatera Utara. Karena dia ingin mengubah wajah Partai Demokrat di Sumut. Ia juga ingin mengembalikan kejayaan Partai Demokrat, di mana pada Pemilu 2009 sukses memenangi Pemilu di Sumut dengan merebut kursi pimpinan DPRD Sumut. “Alasan lain, ya itu tadi. Karena saya ingin membahagiakan orangtua,” ungkapnya.

Dia juga menyebutkan, Prof Dr Muryanto Amin menjadi orang yang berjasa dalam karirnya di Partai Demokrat. “Intinya, teman itu untuk memperluas jaringan, menambah rezeki, membuat kita awet muda karena bisa tukar pikiran,” tutupnya. (ram/adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/