MEDAN-Ada yang aneh saat jasad Lia Ramadhani tiba di rumah duka yang berada di Jalan Pasar VIII Desai Sei Rotan Kecamatan Percut Seituan Kabupaten Deliserdang, kemarin.
Jasadnya datang terpisah. Pertama tiba pada pukul 11.40 WIB dan yang kedua pukul 13.30. Akibatnya keluarga sampai dua kali histerid dan dua kali pingsan.
Kedatangan jasad pertama berisi potongan tubuh yang terdiri dari kepala dan usus beserta sejumlah pakaian yang dimasukkan dalam sebuah kardus. Semuanya langsung diletakkan di atas tilam yang disiapkan di ruang tamu rumah duka. Saat ini pihak keluarga sudah meratap hingga pingsan. Tak sampai dua jam kemudian, sekira pukul 13.30 WIB, jasad Lia datang lagi. Kali ini yang datang adalah potongan tubuh lainnya. Histeris keluarga kembali mengemuka. Beberapa dari mereka malah kembali pingsan. Sejumlah teman sekolah, tetangga dan keluarga kandung Lia Ramadani, juga tampak tidak mampu membendung air mata.
“Hari Sabtu itu, saya masih beri dia uang sekolah karena dia mau ujian. Pulang sekolah dia juga masih sempat beres-beres di rumah. Tapi, saat mati listrik, saya pergi ke halaman belakang dan 2 adiknya keluar. Saat itulah dia pergi, tanpa pamit dengan saya. Selama ini dia tidak pernah mengeluh dan selalu patuh dengan saya, “ ungkap ayah korban, Suriyono saat ditemui Sumut Pos.
Meski demikian, Suriyono mengku kalau dirinya sudah ikhlas dengan kepergian anak sulungnya itu. Namun, cara yang sadis dilakukan pelaku dengan membunuh dan membakar putri tersayangnya itu, disebutnya sangat sulit diterima dan harus diberi ganjaran setimpal bagi pelaku. Bahkan, dia meminta agar pelaku pembunuhan dihukum mati atas perbuatannya.
“Sejak setahun silam saya hanya terbaring di tempat tidur karena saya lumpuh akibat kecelakaan kerja. Namun, dia tidak pernah mengeluh dan tulus merawat saya. Kalau si pelaku itu saya tidak pernah mengenalnya,” tambahnya.
Sementara itu, salah seorang teman sekelas korban di kelas I Adminisitrasi Perkantoran II SMK Panca Budi, Atika, mengaku kalau sebelum kejadian, dirinya dan korban masih sempat menghadiri seminar di sekolah mereka. Namun, setengah jalan seminar berlangsung, Atika mengaku kalau korban sempat menerima sms. Namun, Atika mengaku kalau dirinya tidak mengetahui isi dan pengirim sms pada korban itu.
“Setelah dia menerima sms itu, dia tampak sangat gelisah. Terkesan dia ingin cepat-cepat pulang saja. Terbukti, begitu acara seminar selesai, dia langsung pergi pulang. Dia hobi baca-baca novel soal cinta dan juga sering cerita soal cowok dengan saya. Tapi, kalau cerita soal si Deni itu, dia tidak pernah cerita pada saya,” ungkap Atika didampingi teman sekolahnya yang lain.
Hal senada juga disampaikan Khairunnisah, wali kelas korban yang juga hadir di rumah duka. “Dia tidak pernah absen masuk sekolah. Kalaupun dia tidak hadir, dia selalu izin pada saya dengan alasan kalau dirinya tidak dapat masuk kelas karena dirinya sedang menjaga ayahnya yang sedang terbaring sakit,” ungkap Khairunnisah.
Sementara itu, salah seorang teman dekat korban semasa hidup yang tinggal tidak jauh dari rumah korban, Reni (15) mengaku kalau terakhir ketemu dengan korban pada Jumat (31/5) malam. Saat itu, Reni mengaku kalau korban mengajaknya ke warnet. Namun karena keduanya sedang tidak punya uang, maka rencana itu dibatalkan dan direncanakan kalau mereka akan ke warnet pada Sabtu (1/6). Namun, pada hari yang direncanakan itu juga gagal karena Reni harus mengahdiri pengambilan pengumuman kelulusan tingkat SMP di sekolahnya.
“Tidak lama, dia sms saya dan bertanya apakah ada jual baju kaos di Irian Pasar IX Tembung. Dia juga minta temani, namun karena saya tidak bisa, saya bilang saja di situ ada jual baju kaos. Sejak itu, saya tidak ketemu dia dan nomor handphonenya sudah tidak aktif,” ungkap Reni di kediamannya di Jalan Pasar VIII Gang Madrasah Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Seituan.
Sekira pukul 14.30 WIB, persiapan pemakaman terhadap korban tampak disiapkan. Kata-kata sambutan dari keluarga, tetangga dan pihak sekolah korban terlebih dulu disampaikan. Selanjutnya, korban tampak korban dibawa untuk dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Pasar X Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Seituan.
Kanit Reskrim Polsek Percut Seituan, AKP Faidir Caniago yang dikonfirmasi mengatakan kalau pihaknya masih melakukan pendalaman atas kasus itu. Disebutnya, Deni Syahputra mengaku membunuh korban pada Jumat (31/6) lalu sudah diralat tersangka yang mengaku kalau pembunuhan itu dilakukannya pada Sabtu (1/6) siang di rumah kontrakannya di Jalan Pusaka Pasar XI Desa Bandar Klifah Kecamatan Percut Seituan. Begitu juga dengan ibu tersangka, Sulisyati (55), disebut Faidir telah diperiksa pada Senin (3/6) malam dan dipulangkan Selasa (4/6) sore.
“Untuk status ibu tersangka, sementara ini masih sebagai saksi. Dia mengaku kalau dirinya tidak mengetahui pembunuhan hingga pembakaran itu. Diakuinya saat eksekusi pembunuhan dirinya sedang bekerja di luar rumah, berjualan keliling. Begitu juga saat eksekusi pembakaran terhadap korban, dia mengaku sedang di luar. Keterangan tersangka, usai membunuh, korban dimasukkan dalam lemari pakaian dan kemudian lemari itu digembok. Namun karena aroma tidak sedap sudah mulai keluar, membuat tersangka nekat membakar mayat korban,” ungkap Faidir.
Lebih lanjut, Faidir menyebut kalau Sulisyati dan tersangka memang merupakan anak dan ibu kandung. Keduanya, ditinggal meninggal dunia oleh suami sejak beberapa tahun silam. Untuk kependudukan keduanya, Faidir menyebut kalau tersangka dan ibunya tercatat sebagai warga Jalan Pukat V, Prumnas Mandala, Medan.
Saat kembali disinggung soal kronologis kejadian, Faidir menyebut kalau tersangka mengaku sempat diminta uang oleh korban sebesar Rp600 ribu. “Namun, korban saat hendak ditiduri tersangka, malah menolak sehingga membuat tersangka gelap mata,” kata Faidir. (mag-10/mag-13/gus)