Dengan beratnya beban pikul barang yang harus dikerjakan, Abdul Azis tetap menyempatkan diri untuk melaksanakan salat di masjid yang tidak begitu jauh dari lokasi kerjanya.
Di antara teman-temannya, Abdul Azis memang orang yang tekun berpuasa. Dirinya diberikan kelonggaran untuk melaksanakan salat saat proses bongkar berlangsung.
“Hhari ini saya bersama teman-teman melakukan bongkar muat sebanyak 6 truk, dari satu truk saya mendapat upah sebesar Rp15 ribu. Jadi, ketika bongkar muat berlangsung tiba waktu salat, saya sempatkan diri untuk salat,” kata Abdul Azis.
Ditanya apakah ada perbedaan yang dirasakan selama bulan Ramadan? Bagi Abdul Azis perbedaan dengan hari biasa pasti dirasakan. Dirinya lebih diuji untuk lebih sabar dan menahan godaan.
“Kalau saya kerja hari-hari biasa selalu terburu-buru, tapi bulan puasa ini saya lebih sabar dan tahan dengan godaan teman-teman yang bebas minum dan makan di depan saya,” sebut Abdul Azis.
Mengenai batal puasa, bagi Abdul Azis pasti pernah dialaminya, itu semua karena dirinya tidak sanggup menahan lemasnya daya tahan tubuh akibat cuaca panas. “Kalau tinggal puasa pasti ada bang, itupun karena kita memang tak tahan lagi,” ungkapnya dengan kondisi lemas berkucur keringat.
Dengan kesibukan yang menjadi tanggung jawab, Abdul Azis kembali memikul ribuan ton garam dari kapal untuk dibongkar ke truk. Para buruh yang menjadi pemikul kasar dengan rasa lelah tidak menghalangi atau menghambat para buruh untuk menjalankan ibadah puasa. (fac/azw)