25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Kabut Asap: Sumsel Sumbang 1.340 Hotspot

Kabut Asap
Kabut Asap

SUMUTPOS.CO- Bencana kabut asap nampaknya lekat dengan Sumsel, Kota Palembang khususnya. Pasalnya, kabut asap terus menyelimuti Kota Pempek tersebut setiap harinya. Sudah lebih satu bulan, bencana ini sudah terjadi namun upaya menanggulanginya belum juga berhasil.

Bahkan berdasarkan pantauan satelit Modis (Terra dan Aqua) pada 4 Oktober 2015 pukul 05.00 WIB, jumlah hotspot di Sumsel kembali menggelora. Yakni terpantau ada 1.340 titik, dan hebatnya lagi, penyebarannya di Ogan Komering Ilir sangat dominasi yakni 882 titik.

“Jumlahnya naik turun, fluktuatif. Penyebarannya masih didominasi di lahan gambut, seperti di OKI (Ogan Komering Ilir) dan Muba (Musi Banyuasin),” ucap Agus Santosa, Kasi Observasi dan Informasi Statmet Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, kemarin.  “Pagi tadi asapnya sangat tipis, tapi sore ini kembali pekat,” tambahnya.

Agus menjelaskan, arah angin pada 4 Oktober kemarin berasal dari Tenggara, sehingga asap yang ada di beberapa kabupaten/kota di Sumsel membawa terbang asap hingga ke Palembang dan beberapa provinsi lain, parahnya negara lain.

Berdasarkan pengamatan Citra Satelit Himawari pada 4 Oktober kemarin pukul 14.30 WIB, asap sudah menyebar ke Jambi, Pekanbaru, Riau, Kep Riau, Jambi, Sumsel, Bangka, Medan, Padang, Bengkulu, Selat Malaka, Singapura, Malaysia, Selat Karimata, dan sebagainya.

“Asap yang ada dan menyebar tergantung dari suhu dan kelembaban udara di suatu daerah. Seperti di Palembang, suhu 33 derajat celcius, kelembaban udara 48-97 persen, dan titik embun 19 derajat celcius. Sehingga ini mengakibatkan asap turun ke permukaan bumi,” beber dia.

Bagaimana dengan pengamatan Partikulat Matter (PM10)? Ia menjelaskan, berdasarkan pengamatan PM10, kualitas udara di Palembang mulai pukul 06.00-15.00 WIB berada dalam kategori sangat tidak sehat dan tidak sehat.  “Nah pada pukul 16.00 WIB keatas, kualitas udara sudah masuk kategori berbahaya,” ungkap Agus.

Gubernur Sumsel H Alex Noerdin mengatakan, pihaknya telah berupaya semaksimal mungkin dalam penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (karhutlah) di Sumsel.

Status siaga telah dicanangkan di Provinsi Sumsel sejak lama yakni pada 26 Februari dan berakhir pada 31 Oktober mendatang. “Saat penetapan siaga darurat itu, masih dalam kondisi musim hujan. Sama sekali belum ada kebakaran hutan dan lahan,” kata dia. Penetapan di awal tahun tersebut dilakukan guna menarik dana dari pusat untuk memaksimalkan upaya pencegahan karhutlah.

Salah satunya yakni sebagai upaya memperoleh bantuan helikopter pemadaman udara dan teknologi modifikasi cuaca hujan buatan. Langkah tersebut awalnya diharapkan dapat mencegah kebakaran dengan membahasi gambut yang belum terbakar dan mengisi embung-embung air.

Diakui Alex, pemadaman udara dan hujan buatan mulai dilaksanakan di Sumsel sejak 9 Juli lalu. Saat itu, baru beberapa titik panas muncul di Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Kabupaten Musi Banyuasin.

“Namun belum ada gangguan kabut asap sama sekali. Tahun ini, Sumsel sebenarnya mencanangkan gerakan tanpa kabut asap (zero asap) namun memang masih saja ada karhutlah di Sumsel,” beber dia.

Di darat, personel pemadaman diperkuat menjadi sekitar 5.000 orang, terdiri dari lebih kurang 1.500 prajurit TNI ditambah pasukan Manggala Agni, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, dan para relawan. (wia/jpg/rbb)

Kabut Asap
Kabut Asap

SUMUTPOS.CO- Bencana kabut asap nampaknya lekat dengan Sumsel, Kota Palembang khususnya. Pasalnya, kabut asap terus menyelimuti Kota Pempek tersebut setiap harinya. Sudah lebih satu bulan, bencana ini sudah terjadi namun upaya menanggulanginya belum juga berhasil.

Bahkan berdasarkan pantauan satelit Modis (Terra dan Aqua) pada 4 Oktober 2015 pukul 05.00 WIB, jumlah hotspot di Sumsel kembali menggelora. Yakni terpantau ada 1.340 titik, dan hebatnya lagi, penyebarannya di Ogan Komering Ilir sangat dominasi yakni 882 titik.

“Jumlahnya naik turun, fluktuatif. Penyebarannya masih didominasi di lahan gambut, seperti di OKI (Ogan Komering Ilir) dan Muba (Musi Banyuasin),” ucap Agus Santosa, Kasi Observasi dan Informasi Statmet Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, kemarin.  “Pagi tadi asapnya sangat tipis, tapi sore ini kembali pekat,” tambahnya.

Agus menjelaskan, arah angin pada 4 Oktober kemarin berasal dari Tenggara, sehingga asap yang ada di beberapa kabupaten/kota di Sumsel membawa terbang asap hingga ke Palembang dan beberapa provinsi lain, parahnya negara lain.

Berdasarkan pengamatan Citra Satelit Himawari pada 4 Oktober kemarin pukul 14.30 WIB, asap sudah menyebar ke Jambi, Pekanbaru, Riau, Kep Riau, Jambi, Sumsel, Bangka, Medan, Padang, Bengkulu, Selat Malaka, Singapura, Malaysia, Selat Karimata, dan sebagainya.

“Asap yang ada dan menyebar tergantung dari suhu dan kelembaban udara di suatu daerah. Seperti di Palembang, suhu 33 derajat celcius, kelembaban udara 48-97 persen, dan titik embun 19 derajat celcius. Sehingga ini mengakibatkan asap turun ke permukaan bumi,” beber dia.

Bagaimana dengan pengamatan Partikulat Matter (PM10)? Ia menjelaskan, berdasarkan pengamatan PM10, kualitas udara di Palembang mulai pukul 06.00-15.00 WIB berada dalam kategori sangat tidak sehat dan tidak sehat.  “Nah pada pukul 16.00 WIB keatas, kualitas udara sudah masuk kategori berbahaya,” ungkap Agus.

Gubernur Sumsel H Alex Noerdin mengatakan, pihaknya telah berupaya semaksimal mungkin dalam penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (karhutlah) di Sumsel.

Status siaga telah dicanangkan di Provinsi Sumsel sejak lama yakni pada 26 Februari dan berakhir pada 31 Oktober mendatang. “Saat penetapan siaga darurat itu, masih dalam kondisi musim hujan. Sama sekali belum ada kebakaran hutan dan lahan,” kata dia. Penetapan di awal tahun tersebut dilakukan guna menarik dana dari pusat untuk memaksimalkan upaya pencegahan karhutlah.

Salah satunya yakni sebagai upaya memperoleh bantuan helikopter pemadaman udara dan teknologi modifikasi cuaca hujan buatan. Langkah tersebut awalnya diharapkan dapat mencegah kebakaran dengan membahasi gambut yang belum terbakar dan mengisi embung-embung air.

Diakui Alex, pemadaman udara dan hujan buatan mulai dilaksanakan di Sumsel sejak 9 Juli lalu. Saat itu, baru beberapa titik panas muncul di Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Kabupaten Musi Banyuasin.

“Namun belum ada gangguan kabut asap sama sekali. Tahun ini, Sumsel sebenarnya mencanangkan gerakan tanpa kabut asap (zero asap) namun memang masih saja ada karhutlah di Sumsel,” beber dia.

Di darat, personel pemadaman diperkuat menjadi sekitar 5.000 orang, terdiri dari lebih kurang 1.500 prajurit TNI ditambah pasukan Manggala Agni, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, dan para relawan. (wia/jpg/rbb)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/