Puput Julianti Damanik, Medan
Ceritanya, Ameilia Zuliyanti Siregar masih teringat jelas ungkapan terakhir ayahnya, Prof Ahmad Samin Siregar SS sebelum menghembuskan napas terakhir. Tidak ada perintah khusus, tapi makna dari kalimat yang keluar itu begitu menyentuh hatinya. Singkat dan bermakna tegas.
“Aku tidak meninggalkan harta, tapi aku meninggalkan ilmu buat bekal anak-anakku semua,” ujar wanita kelahiran Medan, 27 Mei 1973, ini menirukan apa yang disampaikan ayahnya kepada Sumut Pos, Senin (5/1).
Ilmu-ilmu yang menjadi bekal dimaksud tentulah bekal untuk menghadapi kehidupan ke depannya dan dapat berguna bagi siapa saja. “Beliau yang mengajarkan saya untuk punya rasa empati, berbagi kepada sesama dalam tenaga dan illmu. Pendidikan adalah tujuan dan faktor penting yang harus dicapai dalam hidup itu yang selalu diajarkan ayah yang semasa hidupnya juga menjadi pengajar di bidang Bahasa dan Sastra Indonesia,” ujar dosen di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU) ini.
Pesan dan rasa empati sesama yang terus ditularkan ayahnya inilah, mengantarkan Amelia hingga akhirnya sukses mendirikan Education Foundation (Edu-F) untuk anak-anak yang putus sekolah karena latar belakang perekonomian yang lemah dikeluarganya.
Usaha yang dilakukan Ameilia juga melalui berbagai proses, tidak langsung membangun Edu-F. Awalnya, istri dari Indra Rahmadi ini pun nekad melakukan penggalangan dana Rp1.000 per hari dari orang-orang di sekitarnya. Tak hanya itu, ia juga menggalang dana dari kelompok arisan dan mahasiswanya.
“Awalnya dana digalang per Rp50 ribu sampai Rp60 ribu dari beberapa orang, kelompok arisan, juga kelompok sosial dan mahasiswa sebagai tenaga suka relawan di Edu-F. Saya juga menggalang Rp1.000 per hari. Setelah terkumpul hanya berkisar Rp200 ribu hingga Rp300 ribu dahulu. Kemudian hasilnya disalurkan kepada anak-anak yang kurang mampu sejak 2013 yang lalu,” katanya.
Ide melakukan penggalangan dana untuk anak-anak putus sekolah muncul saat Amelia melakukan kegiatan bakti sosial di Percut Seituan. “Saya suka miris melihat anak-anak yang putus sekolah karena tidak mampu bayar. Suatu hari, saya jalan-jalan ke daerah Percut Sei Tuan. Ternyata, ada salah satu sekolah yang uang sekolahnya hanya Rp13 ribu per bulan. Itukan jumlah uang sekali makan. Jadi, saya pikir saya harus berbuat untuk anak-anak yang tidak mampu,” katanya.
Hingga pertengahan, usaha penggalangan dana sempat berhenti karena Ameilia harus melanjutkan pendidikan S3-nya di USM Malaysia. “Sempat tidak lancar karena saya harus keluar, apalagi saat itu manajemennya kurang baik karena waktu itu masih dikoordinir adik-adik mahasiswa. Karena S3 saya mau selesai, teman-teman menyarankan agar penggalangan dana ini dilanjutkan melalui pembentukan education foundation,” ujar alumnis Fakultas MIPA jurusan Biologi USU tahun 1997 ini.
Tambahnya, tepat 27 Mei 2014 terbentuklah Edu-F yang saat ini berkantor di Jalan Tri Darma, no 8 Kompleks USU, Medan. Setelah terbentuk, banyak hal yang dilakukan atas hasil penggalangan dana yang dilakukan. Seperti, membuat taman buku pintar anak dan sedekah pendidikan berupa beasiswa kepada anak-anak yang kurang mampu.
“Untuk saat ini, taman bacaan pintar anak yang baru kita buat yakni, Taman Bacaan Ibnu Sina di Sei Mencirim dan Taman Bacaan Rabiatul Adawiyah di Percut Seituan. Sedangkan pemberian beasiswa melalui sedekah pendidikan baru kita salurkan ke daerah Tembung, Percut Seituan, dan Srigunting. Kita salurkan ketiga daerah itu, karena disitu banyak anak-anak yang membutuhkan,” ujar wanita yang aktif dalam grup One Day Oine Juz (ODOJ) tafsir Inspirasi, dan Poneka 237-238 (Pramuka Gubsdu) ini.
Dikisahkan Amelia, pihaknya bersyukur karena akhirnya bisa membantu beberapa anak putus sekolah di Sei Mencirim dan membantu seorang anak di Percut Seituan yang telah menunggak uang sekolahnya sampai 4 bulan. Hal ini berkat semakin banyaknya donatur di Edu-F. Donaturnya Edu-F pun saat ini tidak hanya masyarakat Kota Medan, tapi masyarakat luar kota Medan. Bahkan, sebagian masyarakat Indonesia yang berada di luar negeri juga menjadi donatur tetap.
Dana yang terkumpul pun akhirnya tidak hanya disalurkan kepada anak-anak putus sekolah. Banyaknya donatur, membuat Ameilia akhirnya bisa menyumbangkan dana untuk pengungsi korban Gunung Sinabung. Supaya para donatur tetap percaya, ia pun selalu melaporkan hasil kegiatan yang dilakukan
Dalam waktu dekat lanjut Ameilia, Edu-F akan membuat program kurusus bahasa Inggris dan Matematika untuk anak-anak jalanan dan melakukan education tour bekerja sama dengan salah satu sponsor. Tidak hanya itu, pihaknya juga tengah berupaya akan memberi pembinaan wirausaha dan mengelolah bahan baku limbah kepada anak-anak jalanan.
“Pada Februari mendatang kita juga akan laksanakan Pekan Kreativitas Anak Medan di Pendopo USU. Rencana nanti juga akan ada kegiatan les rutin anak jalanan setiap selasa dan kamis di Taman Beringin Medan serta kegiatan Sinergi dan Ibadah dan kegiatan pendidikan lainnya yang membantu menceerdaskan anak Indonesia, khusunya di Sumut,” ujar ibu dari dua orang anak Irli Masitah Marpaung (11) dan Lira Tasya Marpaung (8).
Harapan Amelia tidak banyak, menjadi seorang pengajar bukan hanya mendidik tapi ikut berusaha agar seluruh anak Indonesia dapat mencicipi bangku sekolah. “Saya tetap komitmen dan fokus untuk membantu meringankan beban anak-anak miskin yang mau sekolah atau putus sekolah. Ini Tugas kita bersama bersinergi dengan pemerintah membantu menggerakkan pendidikan untuk menyentuh semua lapisan masyarakat. Saya mengajak semua masyarakat yang berniat bergabunglah, karena masalah pendidikan ini adalah tanggung jawab kita bersama,” harap anak pertama dari 6 bersaudara ini. (rbb)