25 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

81 Bus BTS di Medan Beroperasi April Ini, Sopir BTS Bergaji Rp5 Juta

UJICOBA: Plt Wali Kota Medan, Ir H Akhyar Nasution MSi, bersama Kasubdit Angkutan Umum Ditjen Hubdat Kementrian Perhubungan, Hadi Setyabudi P, Kadishub Kota Medan, Iswar Lubis serta rombongan, saat ujicoba lintasan transportasi massal skema Buy The Service (BTS), Rabu (6/2).
Markus/sumut pos

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pelaksana tugas (Plt), Wali Kota Medan, Ir H Akhyar Nasution MSi menguji coba Lintasan Transportasi Massal Skema Buy The Service (BTS), Rabu (6/2). Rencananya, angkutan perkotaan sistem BTS di Kota Medan ini akan dioperasikan pada April mendatang dengan menggunakan 81 unit bus. Sedangkan sang sopir akan bergaji Rp5 jutan

Pengujian lintasan bus massal tersebut dilakukan Akhyar bersama Kasubdit Angkutan Umum Ditjen Hubdat Kementrian Perhubungan, Hadi Setyabudi P, Ketua Organda Medan, Montgomery Munthe, Kadishub Sumut, Abdul Haris, Kadishub Kota Medan, Iswar Lubis serta sejumlah pengusaha angkutan.

Dari 5 lintasan koridor yang telah dipersiapkan untuk mendukung kelancaran BTS, Akhyar menguji lintasan Koridor 2 yang melayani rute Lapangan Merdeka-Terminal Amplas dengan berjarak sekitar 9,6 Km.

Untuk Koridor 2, jumlah halte yang dimiliki sebanyak 56 buah dan dilayani bus besar sebanyak 11 unit. Selain Koridor 2, ada lagi Koridor 1 dengan rute Terminal Pinang Baris-Lapangan Merdeka sepanjang 9,7 Km dengan 46 buah halte dan dilayani bus besar sebanyak11 unit.

Kemudian Koridor 3 Belawan-Lapangan Merdeka dengan panjang 24,1 Km dan memiliki 112 halte serta dilayamni bus besar sebanyak 21 unit. Lalu, Koridor 4 yakni Tuntungan-Lapangan Merdeka sepanjang 18,1 Km dengan memiliki halte sebanyak 87 buah dengan dilayani 17 unit buah. Serta Koridor 5 yakni Tembung-Lapangan Merdeka sepanjang 8,3 Km dan memiliki 42 buah halte serta dilayani bus besar 10 unit.

Pengujian dimulai dari Lapangan Merdeka. Akhyar bersama rombongan menggunakan dua unit bus. Selain ingin melihat kelancaran, pengujian juga dilakukan dalam rangka untuk melihat waktu tempuh bus. Dengan kecepatan normal, bus ternyata membutuhkan waktu sekitar 20 menit hingga sampai Terminal Amplas.

“Alhamdulillah, kita mengusulkan 8 koridor tapi 5 koridor yang disetujui Kementrian Perhubungan. Insya Allah (koridor) ini akan terus berkembang. Kemudian Terminal Amplas saat ini sedang dalam proses tender dan rencananya awal April dimulai pembangunan.

Nantinya Terminal Amplas akan memiliki fasilitas setaraf dengan bandara,” kata Akhyar setibanya di Terminal Amplas usia pengujian lintasan Koridor 2. Akhyar menjelaskan, pengujian yang dilakukan ini merupakan program pengembangan angkutan massal di kawasan perkotaan dengan skema pembelian layanan dari Kementerian Perhubungan RI.

Hadirnya moda transportasi ini, kata Akhyar, diharapkan angkutan umum yang ada di perkotaan, khususnya Kota Medan dapat lebih memenuhi kebutuhan serta keinginan masyarakat. Di samping itu juga tentunya dalam upaya mengurai kemacetan yang selama ini terjadi di Kota Me-dan.

Apabila sistem ini berjalan lancar, kata Akhyar, segera diikuti dengan pembangunan interkoneksi antar moda, guna memudahkan masyarakat yang berangkat dari rumah tidak perlu ganti moda angkutan hingga sampai tujuan dengan melibatkan angkutan kota. “Jadi tidak ada yang dirugikan dalam sistem ini,” pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Kota Medan, Iswar Lubis menyebut BRT dengan sistem BTS merupakan bentuk komitmen pemerintah kepada masyarakat dalam memberikan pelayanan dalam hal transportasi massal.

Iswar mengaku nantinya sopir atau pengendara bus tidak dibebankan lagi terhadap pendapatan. “Sopir tinggal jalan, tidak perlu berpikir apakah ada penumpang atau tidak, karena ada penumpang atau tidak mereka sudah digaji Rp5 juta per bulan,” ujar Iswar.

Transportasi massal dengan menggunakan BTS, lanjutnya, murni menggunakan APBN atau anggaran Kementerian Perhubungan. “Kami siapkan programnya, Kementrian Perhubungan yang membiayai,” ungkapnya.

Selama ini, diakui Iswar, transportasi masal yang sudah ada belum berjalan dengan baik karena pengemudi masih dibebankan pendapatan. “Kalau masih memikirkan pendapatan, jangan berharap aturan akan ditaati,” ujarnya. Seluruh biaya operasional, kata dia, akan ditanggung oleh pemerintah. Sehingga pengusaha jasa transportasi bisa memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat mulai dari bus yang nyaman, tepat waktu dan sebagainya.

Usai pengujian, Kasubdit Angkutan Massal Ditjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan RI, Hadi Setyabudi SP menerangkan, Kemenhub memberikan bantuan kepada kota besar di Indonesia, termasuk Kota Medan yakni program pengembangan angkutan massal di kawasan perkotaan dengan skema BTS. Untuk Kota Medan, moda transportasi massal ini akan beroperasi pada April 2020 dengan melayani 5 Koridor. “Kemenhub menyediakan anggaran sebesar Rp50 miliar untuk moda transportasi massal skema BTS di Kota Medan, berarti anggaran 1 koridor sebesar Rp10 miliar. Untuk tahun pertama beroperasi, moda transportasi massal ini gratis,” ujar Hadi. (map/ila)

UJICOBA: Plt Wali Kota Medan, Ir H Akhyar Nasution MSi, bersama Kasubdit Angkutan Umum Ditjen Hubdat Kementrian Perhubungan, Hadi Setyabudi P, Kadishub Kota Medan, Iswar Lubis serta rombongan, saat ujicoba lintasan transportasi massal skema Buy The Service (BTS), Rabu (6/2).
Markus/sumut pos

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pelaksana tugas (Plt), Wali Kota Medan, Ir H Akhyar Nasution MSi menguji coba Lintasan Transportasi Massal Skema Buy The Service (BTS), Rabu (6/2). Rencananya, angkutan perkotaan sistem BTS di Kota Medan ini akan dioperasikan pada April mendatang dengan menggunakan 81 unit bus. Sedangkan sang sopir akan bergaji Rp5 jutan

Pengujian lintasan bus massal tersebut dilakukan Akhyar bersama Kasubdit Angkutan Umum Ditjen Hubdat Kementrian Perhubungan, Hadi Setyabudi P, Ketua Organda Medan, Montgomery Munthe, Kadishub Sumut, Abdul Haris, Kadishub Kota Medan, Iswar Lubis serta sejumlah pengusaha angkutan.

Dari 5 lintasan koridor yang telah dipersiapkan untuk mendukung kelancaran BTS, Akhyar menguji lintasan Koridor 2 yang melayani rute Lapangan Merdeka-Terminal Amplas dengan berjarak sekitar 9,6 Km.

Untuk Koridor 2, jumlah halte yang dimiliki sebanyak 56 buah dan dilayani bus besar sebanyak 11 unit. Selain Koridor 2, ada lagi Koridor 1 dengan rute Terminal Pinang Baris-Lapangan Merdeka sepanjang 9,7 Km dengan 46 buah halte dan dilayani bus besar sebanyak11 unit.

Kemudian Koridor 3 Belawan-Lapangan Merdeka dengan panjang 24,1 Km dan memiliki 112 halte serta dilayamni bus besar sebanyak 21 unit. Lalu, Koridor 4 yakni Tuntungan-Lapangan Merdeka sepanjang 18,1 Km dengan memiliki halte sebanyak 87 buah dengan dilayani 17 unit buah. Serta Koridor 5 yakni Tembung-Lapangan Merdeka sepanjang 8,3 Km dan memiliki 42 buah halte serta dilayani bus besar 10 unit.

Pengujian dimulai dari Lapangan Merdeka. Akhyar bersama rombongan menggunakan dua unit bus. Selain ingin melihat kelancaran, pengujian juga dilakukan dalam rangka untuk melihat waktu tempuh bus. Dengan kecepatan normal, bus ternyata membutuhkan waktu sekitar 20 menit hingga sampai Terminal Amplas.

“Alhamdulillah, kita mengusulkan 8 koridor tapi 5 koridor yang disetujui Kementrian Perhubungan. Insya Allah (koridor) ini akan terus berkembang. Kemudian Terminal Amplas saat ini sedang dalam proses tender dan rencananya awal April dimulai pembangunan.

Nantinya Terminal Amplas akan memiliki fasilitas setaraf dengan bandara,” kata Akhyar setibanya di Terminal Amplas usia pengujian lintasan Koridor 2. Akhyar menjelaskan, pengujian yang dilakukan ini merupakan program pengembangan angkutan massal di kawasan perkotaan dengan skema pembelian layanan dari Kementerian Perhubungan RI.

Hadirnya moda transportasi ini, kata Akhyar, diharapkan angkutan umum yang ada di perkotaan, khususnya Kota Medan dapat lebih memenuhi kebutuhan serta keinginan masyarakat. Di samping itu juga tentunya dalam upaya mengurai kemacetan yang selama ini terjadi di Kota Me-dan.

Apabila sistem ini berjalan lancar, kata Akhyar, segera diikuti dengan pembangunan interkoneksi antar moda, guna memudahkan masyarakat yang berangkat dari rumah tidak perlu ganti moda angkutan hingga sampai tujuan dengan melibatkan angkutan kota. “Jadi tidak ada yang dirugikan dalam sistem ini,” pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Kota Medan, Iswar Lubis menyebut BRT dengan sistem BTS merupakan bentuk komitmen pemerintah kepada masyarakat dalam memberikan pelayanan dalam hal transportasi massal.

Iswar mengaku nantinya sopir atau pengendara bus tidak dibebankan lagi terhadap pendapatan. “Sopir tinggal jalan, tidak perlu berpikir apakah ada penumpang atau tidak, karena ada penumpang atau tidak mereka sudah digaji Rp5 juta per bulan,” ujar Iswar.

Transportasi massal dengan menggunakan BTS, lanjutnya, murni menggunakan APBN atau anggaran Kementerian Perhubungan. “Kami siapkan programnya, Kementrian Perhubungan yang membiayai,” ungkapnya.

Selama ini, diakui Iswar, transportasi masal yang sudah ada belum berjalan dengan baik karena pengemudi masih dibebankan pendapatan. “Kalau masih memikirkan pendapatan, jangan berharap aturan akan ditaati,” ujarnya. Seluruh biaya operasional, kata dia, akan ditanggung oleh pemerintah. Sehingga pengusaha jasa transportasi bisa memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat mulai dari bus yang nyaman, tepat waktu dan sebagainya.

Usai pengujian, Kasubdit Angkutan Massal Ditjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan RI, Hadi Setyabudi SP menerangkan, Kemenhub memberikan bantuan kepada kota besar di Indonesia, termasuk Kota Medan yakni program pengembangan angkutan massal di kawasan perkotaan dengan skema BTS. Untuk Kota Medan, moda transportasi massal ini akan beroperasi pada April 2020 dengan melayani 5 Koridor. “Kemenhub menyediakan anggaran sebesar Rp50 miliar untuk moda transportasi massal skema BTS di Kota Medan, berarti anggaran 1 koridor sebesar Rp10 miliar. Untuk tahun pertama beroperasi, moda transportasi massal ini gratis,” ujar Hadi. (map/ila)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/