31.7 C
Medan
Sunday, May 26, 2024

Tahun Pertama Ongkos BRT Gratis

UJICOBA: Plt Wali Kota Medan, Ir H Akhyar Nasution MSi, saat ujicoba lintasan transportasi massal skema Buy The Service (BTS), Rabu (6/2).
Markus/sumut pos

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Bus Rapid Transit (BRT) yang menggunakan metode Buy The Sistem (BTS) rencananya akan mulai dioperasionalkan April mendatang.

Pelaksana tugas (Plt), Wali Kota Me-dan, Ir H Akhyar Nasution MSi menjelaskan, tahun pertama dioperasikannya transportasi massal skema BTS ini akan digratiskan. Artinya, masyarakat yang menggunakan moda angkutan skema BTS tidak akan dikenakan biayan

“Tiket gratis tahun pertama,” ujarnya saat uji coba penggunaan BRT di Terminal Amplas, Medan, Rabu (5/2).

Akhyar menegaskan, tidak ada penggunaan uang tunai ketika masyarakat menggunakan BRT. “Naik BRT harus pakai e-money, tapi tidak di cas biaya, tanpa e-money tidak bisa masuk, tahun pertama sosialisasi gratis tapi bisa naik itu harus e-money. Nanti ketika diberlakukan tarif masyarakat sudah terbiasa melakukan,” kata Akhyar.

Karena tidak ada transaksi uang tunai saat masyarkat naik BRT, lanjut dia, maka bus yang melayani masyarakat tidak perlu menggunakan kenek.”Cukup satu sopir, tidak ada kenek, naik pintu depan keluar pintu belakang, naik turun di halte atau bus stop,” papar Akhyar lagi.

Selain itu, lanjut Akhyar, penumpang akan dinaikkan dan diturunkan di halte atau bus stop. Dari seluruh koridor yang akan mendukung kelancaran transportasi massal dengan skema BTS akan memiliki 400 buah halte atau bus stop. “Tempat yang tidak dapat dibangun halte, solusinya menggunakan bus stop,” terangnya.

Dalam melayani 5 Koridor tersebut, lanjut Akhyar, 81 unit akan disiapkan. Bus akan berangkat setiap 10 menit sekali dan tepat waktu. Meskipun tidak ada penumpang, bus akan tetap berjalan. Kemudian, bus akan berhenti di setiap halte atau bus stop, masing-masing jarak halte atau bus stop satu dengan lainnya sekitar 500 meter. Bus yang dioperasiokan nantinya kapasitas 19 seat dan 15 orang untuk berdiri.

“Yang membuat moda transportasi ini berbeda dengan moda transportasi lainnya, karena memiliki teknologi. Dengan teknologi yang dimiliki, setiap kali mau melintasi traffic light, lampu langsung berubah hijau sehingga bus tidak berhenti. Dengan demikian warga yang menggunakan jasa moda transport ini tidak akan pernah terjebak dengan lampu merah,” terangnya.

Akhyar memastikan kehadiran BRT tidak akan mematikan atau menghilangkan pendapatan supir angkot. Sebab, pasar BRT dan angkot berbeda. Keduanya memiliki peran masing-masing. Oleh karena itu, ia meminta sopir angkot untuk tidak risau dengan kehadiran BRT.”Angkot akan jadi feeder atau pengumpan, tidak ada yang dirugikan. Kita rubah perilaku dari kendaraan pribadi jadi kendaraan umum, tanpa ini tidak akan berlaku BRT kita,” kata Akhyar lagi.

Setelah BRT ini, kata Akhyar, Pemko Medan akan membangun interkoneksi antar moda sehingga warga masyarakat dari rumah ke tempat tujuan bisa sekali jalan tidak perlu pertukaran moda sekali aja.

Ketua Organda Medan, Mont Gomery Munte mengatakan, sejumlah perusahaan jasa transportasi yang tergabung di dalam Organisasi Angkutan Darat (Organda) Medan berencana membentuk sebuah konsorsium untuk bisa menjadi operator Bus Rapit Transit (BRT) yang akan operasional April mendatang.”Pengusaha lokal berminat untuk menjadi pelaksana atau operator BRT, kami bisa mengikuti ketentuan yang ada dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat pengguna angkutan massal,” ujar Mont Gomery Munte, saat ikut menjajal uji coba BRT di Terminal Amplas, Medan, Rabu (5/2).

Karena ini proyek besar, lanjutnya, maka Organda berencana membuat konsorsium. Nanti, satu perusahaan saja yang mengajukan penawaran untuk paket pekerjaan ketika sudah dilelang Kementerian Perhubungan. “Ketika jadi pemenang, dibagikan ke perusahaan yang tergabung di konsorsium, intinya semua terlibat, kalah tidak itu yang bahaya,” tutur Gomery.

Dalam waktu dekat, lanjut Gomery, sejumlah perusahaan yang tergabung di Organda akan menandatangani MoU (Memorandum of Understanding) dalam rangka pembentukan konsorsium. “Pengusaha lokal tidak kalah dengan pengusaha angkutan luar kota, kita siap mensukseskan program BRT ini,” bilangnya.

Kepala Dinas Perhubungan Kota Medan, Iswar Lubis menyambut baik niatan Organda yang ingin ikut lelang pengadaan jasa BRT di Medan yang akan dilakukan oleh Kementerian Perhubungan. “Kalau bisa memenuhi standar, klasifikasi dan mampu, saya pikir tidak ada masalah. Kita dukung pengusaha lokal,” tuturnya. (map/bbs)

UJICOBA: Plt Wali Kota Medan, Ir H Akhyar Nasution MSi, saat ujicoba lintasan transportasi massal skema Buy The Service (BTS), Rabu (6/2).
Markus/sumut pos

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Bus Rapid Transit (BRT) yang menggunakan metode Buy The Sistem (BTS) rencananya akan mulai dioperasionalkan April mendatang.

Pelaksana tugas (Plt), Wali Kota Me-dan, Ir H Akhyar Nasution MSi menjelaskan, tahun pertama dioperasikannya transportasi massal skema BTS ini akan digratiskan. Artinya, masyarakat yang menggunakan moda angkutan skema BTS tidak akan dikenakan biayan

“Tiket gratis tahun pertama,” ujarnya saat uji coba penggunaan BRT di Terminal Amplas, Medan, Rabu (5/2).

Akhyar menegaskan, tidak ada penggunaan uang tunai ketika masyarakat menggunakan BRT. “Naik BRT harus pakai e-money, tapi tidak di cas biaya, tanpa e-money tidak bisa masuk, tahun pertama sosialisasi gratis tapi bisa naik itu harus e-money. Nanti ketika diberlakukan tarif masyarakat sudah terbiasa melakukan,” kata Akhyar.

Karena tidak ada transaksi uang tunai saat masyarkat naik BRT, lanjut dia, maka bus yang melayani masyarakat tidak perlu menggunakan kenek.”Cukup satu sopir, tidak ada kenek, naik pintu depan keluar pintu belakang, naik turun di halte atau bus stop,” papar Akhyar lagi.

Selain itu, lanjut Akhyar, penumpang akan dinaikkan dan diturunkan di halte atau bus stop. Dari seluruh koridor yang akan mendukung kelancaran transportasi massal dengan skema BTS akan memiliki 400 buah halte atau bus stop. “Tempat yang tidak dapat dibangun halte, solusinya menggunakan bus stop,” terangnya.

Dalam melayani 5 Koridor tersebut, lanjut Akhyar, 81 unit akan disiapkan. Bus akan berangkat setiap 10 menit sekali dan tepat waktu. Meskipun tidak ada penumpang, bus akan tetap berjalan. Kemudian, bus akan berhenti di setiap halte atau bus stop, masing-masing jarak halte atau bus stop satu dengan lainnya sekitar 500 meter. Bus yang dioperasiokan nantinya kapasitas 19 seat dan 15 orang untuk berdiri.

“Yang membuat moda transportasi ini berbeda dengan moda transportasi lainnya, karena memiliki teknologi. Dengan teknologi yang dimiliki, setiap kali mau melintasi traffic light, lampu langsung berubah hijau sehingga bus tidak berhenti. Dengan demikian warga yang menggunakan jasa moda transport ini tidak akan pernah terjebak dengan lampu merah,” terangnya.

Akhyar memastikan kehadiran BRT tidak akan mematikan atau menghilangkan pendapatan supir angkot. Sebab, pasar BRT dan angkot berbeda. Keduanya memiliki peran masing-masing. Oleh karena itu, ia meminta sopir angkot untuk tidak risau dengan kehadiran BRT.”Angkot akan jadi feeder atau pengumpan, tidak ada yang dirugikan. Kita rubah perilaku dari kendaraan pribadi jadi kendaraan umum, tanpa ini tidak akan berlaku BRT kita,” kata Akhyar lagi.

Setelah BRT ini, kata Akhyar, Pemko Medan akan membangun interkoneksi antar moda sehingga warga masyarakat dari rumah ke tempat tujuan bisa sekali jalan tidak perlu pertukaran moda sekali aja.

Ketua Organda Medan, Mont Gomery Munte mengatakan, sejumlah perusahaan jasa transportasi yang tergabung di dalam Organisasi Angkutan Darat (Organda) Medan berencana membentuk sebuah konsorsium untuk bisa menjadi operator Bus Rapit Transit (BRT) yang akan operasional April mendatang.”Pengusaha lokal berminat untuk menjadi pelaksana atau operator BRT, kami bisa mengikuti ketentuan yang ada dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat pengguna angkutan massal,” ujar Mont Gomery Munte, saat ikut menjajal uji coba BRT di Terminal Amplas, Medan, Rabu (5/2).

Karena ini proyek besar, lanjutnya, maka Organda berencana membuat konsorsium. Nanti, satu perusahaan saja yang mengajukan penawaran untuk paket pekerjaan ketika sudah dilelang Kementerian Perhubungan. “Ketika jadi pemenang, dibagikan ke perusahaan yang tergabung di konsorsium, intinya semua terlibat, kalah tidak itu yang bahaya,” tutur Gomery.

Dalam waktu dekat, lanjut Gomery, sejumlah perusahaan yang tergabung di Organda akan menandatangani MoU (Memorandum of Understanding) dalam rangka pembentukan konsorsium. “Pengusaha lokal tidak kalah dengan pengusaha angkutan luar kota, kita siap mensukseskan program BRT ini,” bilangnya.

Kepala Dinas Perhubungan Kota Medan, Iswar Lubis menyambut baik niatan Organda yang ingin ikut lelang pengadaan jasa BRT di Medan yang akan dilakukan oleh Kementerian Perhubungan. “Kalau bisa memenuhi standar, klasifikasi dan mampu, saya pikir tidak ada masalah. Kita dukung pengusaha lokal,” tuturnya. (map/bbs)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/