MEDAN-Dua hari setelah ambruknya gedung Kampus Akademi Kebidanan (Akbid) Senior di Jalan Bahagia Gang Pelita Nomor 32, Padang Bulan, aroma tak sedap menyeruak dari sekitar reruntuhan di bantaran Sungai Babura itu. Baunya menyengat, mengganggu penciuman orang di sekitar.
“Bau bangkai apa ini ya, kok bau sekali,” ujar mahasiswi yang berada di sekitar runtuhnya gedung saat melihat kondisi kamarnya yang sudah tidak kelihatan.
Warga sekitar juga terus bertanya-tanya terkait sumber bau tak sedap itu. “Kita tidak tahu itu bangkai apa, bangkai manusia apa aroma lainnya yang baunya seperti bangkai. Kenapa semua yang mendekat selalu menutup hidung, karena disekitar runtuhan mengeluarkan aroma bangkai,” ucap Manto, warga sekitar, kemarin (5/4).
Warga masih belum percaya, tidak ada korbanjiwa ambruknya gedung tersebut. “Belum percaya kalau di runtuhann
tidak ada yang tertimbun sebelum dilakukan evakuasi atau pembersihan,” cetusnya.
Menanggapi aroma bangkai yang tercium di sekitar runtuhan gedung, Humas Akbid Senior Hasudungan Siahaan tidak tahu dengan aroma bau tersebut. “Bisa saja itu bau bangkai binatang, nasi bungkus dan lainnya. Yang jelas itu bukan bangkai mayat,” bebernya saat dikonfirmasi melalui telepon.
Pihaknya juga telah melakukan pengecekan seluruh mahasiswa. Tidak korban jiwa. “Sudah kita cek semua mahasiswi kita memang tidak ada yang hilang, dan semuanya lengkap di sini,” ujar Hasudungan.
Disinggung mengenai Surat Izin Bangunan (SIMB) gedung kampus, Hasudungan mengatakan dalam waktu dekat pihaknya akan memfotocopy SIMB. “Nanti akan kita berikan kepada rekan-rekan semuanya. Nanti saya dibilang bohong dan banyak retorika,” jelasnya.
Pantauan di lapangan, bau tak sedap terasa dari jarak beberapa meter dari reruntuhan. Sedangkan di sekitar runtuhan gedung, tanahnya masih basah akibat luapan air sungai dan guyuran hujan. Sementara garis polisi masih terpasang.
Beberapa orang dari pengurus yayasan dan mahsiswi terlihat nekat naik keatas lantai IV gedung. Dengan hati-hati, mereka memindahkan barang yang masih bisa diselamatkan. Orangtua yang terus berdatangan untuk membantu mengevakuasi barang-barang milik korban tidak diperkenankan masuk gedung.
“Yang boleh naik mahasiswi dan pengurus yayasan saja. Orangtua dan teman tidak dipersilakan naik, takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” beber mahasiswi yang berdiri di depan ruangan pengurus Akbid.
Mahasiswi yang sudah mengambil barang-barang miliknya langsung meninggalkan gedung dengan menaiki becak bermotor.
Wisma seorang mahasiswi tingkat I Kebidanan senior mengatakan, sejumlah barangnya tertinggal di gedung yang ambruk hingga kini masih dicarinya. Ia tidak sempat menyelamatkan barang berharga karena saat kejadian dia bersama teman-temannya berlari tunggang langgang menyelamatkan diri.
“Tidak sempat lagi menyelamatkan barang-barang. Kami panik untuk menyelamatkan diri,” ujar Wisma.
Dini mahasiswi tingkat II juga mengalami perasaan yang sama. “Bagaimana mau menyelamatkan barang-barang lagi Bang, menyelamatkan diri aja sudah syukur. Suasana malam itu sangat panik dan diselimuti rasa takut,” Katanya.
Sedangkan seorang mahasiswi tingkat akhir yang ingin mengambil flashdisc yang skripsinya di lokasi runtuhnya gedung posisi kamarnya tidak diperbolehkan masuk oleh pihak yayasan. Dikarenakan, lantai gedung masih goyang sehingga yang coba berjalan diatas gedung harus berhati-hati bila tidak akan ikut jatuh bersama runtuhan.
“Aku cuma mau ambil flashdisc skripsi, nggak diizinkan. Stres aku jadinya,” katanya kepada pihak yayasan.
Sementara pihak yayasan yang dimintai izin, mengaku dia sendiri tidak berani naik ke gedung. “Saya tidak berani naik walau di atas ada barang yang harganya miliaran. Aku masih sayang dengan nyawaku yang tidak bisa dihargai dengan uang,” akunya. (adl/mag-8)