25.6 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Dua Bocah Korban Pembacokan Tiba di Medan

Buntut Minggu Berdarah di Tapanuli Tengah

MEDAN- Ferdinand,(9) dan Bronson (9), dua bocah yang terluka parah akibat penyerang di HKBP Maranatha Simanosor Tapanuli Tengah kemarin tiba di RSUP H Adam Malik Medan. Kedua bocah itu dalam kondisi stabil dan masih menjalani perawatan intensif di rumah sakit tersebut.

DIRAWAT: Bocah korban pembacokan  Tapanuli Tengah saat dirawat  RSUP Adam Malik Medan, kemarin.//triadi wibowo/SUMUT POS
DIRAWAT: Bocah korban pembacokan di Tapanuli Tengah saat dirawat di RSUP Adam Malik Medan, kemarin.//triadi wibowo/SUMUT POS

Pantauan di rumah sakit, Ferdinand mengalami dua luka bacokan di bagian kepala bagian belakang. Sedangkan Bronson mengalami luka bacok dibagian kepala hingga mengenai kuping. “Bronson saat ini masih mendapat perawatan di IGD karena luka benda tajam. Sedangkan Ferdinand sudah berada di Ruang Rindu A. Kondisi keduanya sudah mulai stabil,” ungkap Kasubbag Humas RSUP HAM Sairi M. Saragih, Senin (5/11).
Menurut Sairi, dua pasien tersebut tiba di RSUP HAM sekitar pukul 01.30 dinihari, yang sebelumnya mendapat perawatan di RS daerah. “Keduanya rujukan dari RS daerah sana. Keduanya sudah mendapat tindakan operasi pembersihan luka dan lainnya, tinggal perawatannya saja,” imbuhnya.

Sementara itu, orangtua Ferdinand, Jhon Goprit Sitompul (38),  menuturkan, saat peristiwa  terjadi, anaknya beserta anak-anak lainnya tengah mengikuti sekolah Minggu di gereja tersebut. Bahkan dari pengakuannya, saat terjadinya pembacokan, anak-anak belum didampingi Sintua maupun laki-laki dewasa. “Yang ada hanya perempuan dewasa dan anak-anak. Jadi, masing-masing menyelamatkan diri dan berhamburan keluar gereja,” terangnya.

Dia mengakui, baru mengetahui jika anaknya menjadi korban pembacokkan setelah dikabari teman Ferdinand tak lama setelah kejadian. “Ketika itu saya dengar anak saya jadi korban pembacokan. Saat  ke gereja, anak saya sudah dibawa ke Poliklinik Desa. Ketika saya lihat kepalanya telah diperban,”sebutnya.

Ferdinan sendiri sebelum dirujuk ke RSUP H Adam Malik, sempat mendapatkan perawatan di Poliklinik Desa (Polindes), RSU Pandan, dan RSU Sibolga. Sementara ibu Ferdinan Nurimah Hutabarat (38) mengaku tidak memiliki firasat buruk tentang anaknya. “Hanya saja, biasanya dia diingati dulu bahwa ada sekolah Minggu hari ini. Tetapi kemarin itu, tanpa diingati dia sendiri yang bilang, Mak, hari ini aku ada sekolah Minggu dan berangkat pergi sekolah Minggu bersama kakak-kakaknya,” jelasnya.

Akibat kejadian itu, Ferdinand mengalami trauma akibat peristiwa itu menimpanya. “Seperti trauma dia. Bahkan, dia bilang jangan cerita-cerita itu lagi Mak, takut aku. Gitu katanya,” kenangnya.
Kini Ferdinan mendapatkan perawatan dengan status pasien Jamkesmas. Sementara itu, Bronson (9) korban lainnya, belum bisa dikonfirmasi karena masih mendapatkan perawatan intensif di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUP HAM Medan.

Sebelumnya, peristiwa pembantaian tersebut mengakibatkan 3 bocah yang tewas yakni Joki Nainggolan, 4, Yohanna boru Panggabean, 4, Aprilta boru Pasaribu, 4.  Sementara lima lainnya mengalami luka serius.

Bupati Tapteng Menangis

Terlepas dari itu, kematian secara tragis yang dialami tiga balita saat ibadah di Gereja HKBP Maranatha Simanosor memunculkan simpati dari berbagai pihak. Bupati Tapanuli Tengah dan Plt Gubsu pun menyatakan duka citanya.

Kemarin siang, Bupati Tapteng, Raja Bonaran Situmeang SH Mhum, beserta rombongan langsung melayat ke rumah duka. Bahkan, Bonaran menitikan airmata saat menyampaikan ungkapan duka cita dan kata penghiburan kepada keluarga almarhum. Bonaran dan rombongan mendatangi satu per satu rumah duka. Mereka juga memberikan sumbangan penghiburan kepada pihak keluarga. “Kami turut berduka cita atas kepergian anak yang pasti sangat disayangi ini. Kami hanya dapat berdoa agar pihak keluarga diberi ketabahan dan berkat oleh Tuhan YME. Sebab, yakinlah, sehabis duka pasti akan ada harapan dan suka cita dari Tuhan,” ucap Bonaran seraya menghela airmatanya dengan sapu tangan di tangan kanannya seperti dikutip Metro Tapanuli (grup Sumut Pos).

Di tempat lain, Plt Gubsu yang beru tiba di bandara Polonia pun langsung menyampaikan duka citanya. “Musibah ini hendaknya diselesaikan secara kekeluargaan dan adat agar tidak berkembang menjadi keretakan hubungan yang lebih luas,” ujar Gatot saat tiba di Bandara Polonia Medan setelah 2 Minggu melakukan Ibadah Haji, Senin (5/11).

Sementara itu, belasan polisi masih berjaga di rumah tersangka dan keluarga korban. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi bentrok antara keluarga korban dan keluarga tersangka. Namun, hingga kini situasi di Desa Simanosor, Kecamatan Sibabangun sudah mulai kondusif. Polres Tapanuli Tengah (Tapteng) menyebut, pelaku pembacokan brutal adalah pelaku tunggal. “Untuk saat ini situasi sudah kondusif. Ada sekitar 15 personel Polsek Sibabangun disiagakan untukmengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Tersangkanya pelaku tunggal,” ujar Kapolres Tapteng, AKBP Dicky Patrianegara saat dikonfirmasi Sumut Pos, kemarin siang.
Dikatakan Dicky, hingga saat ini polisi masih menyelidiki kasus tragedi berdarah itu dan pihaknya sudah memintai keterangan 10 saksi mata. “Ada 10 warga yang kami mintai keterangan. Kasus ini masih kami lidik. Anggota saya masih bekerja,” tegasnya.

Dimakamkan di Samping Gereja

Kemarin, jenazah Yohana Nikita br Panggabean (3), Aprilia Kristina br Pasaribu (4,5) dan Coki Nainggolan (3) dimakamkan bersamaan dan satu liang kubur, Senin (5/11) sekira pukul 15.30 WIB. Makamnya tepat di samping gedung Gereja HKBP Maranatha Simanosor, Desa Simanosor, Kecamatan SIbabangun, Tapteng, tempat terjadinya tragedi berdarah itu.

Prosesi pemakaman ketiga anak sekolah Minggu korban pembacokan sadis dan membabi buta oleh pelaku Gurhan Gultom (35) itu diwarnai isak tangis histeris segenap keluarga, jemaat dan warga. Ribuan orang mengiringi prosesi pemakaman ketiga jenazah dari rumah duka menuju gereja. Jarak rumah duka masing-masing sekitar 500 meter, 550 meter dan 700 meter ke gedung gereja.
Para paralado atau majelis jemaat gereja tampak berbaris di halaman gereja untuk menyambut kedatangan ketiga jenazah yang sudah dimasukkan ke dalam peti jenazah itu. Setibanya di halaman gereja, jenazah lalu diserahkan ke pihak penatua.

Penyerahan jenazah juga ditandai dengan bunyi denting lonceng gereja. Para penatua kemudian menggotongnya ke dalam gedung gereja. Ketiga peti jenazah lalu diletakkan di atas meja di depan mimbar. Sementara pihak keluarga korban duduk mengitari peti jenazah.

Isak tangis kian merebak saat jenazah ketiga korban dibawa masuk ke dalam gereja. Hampir seluruh orang yang hadir di tempat itu menitikan airmata. “Ya Tuhan, mereka anak sekolah Minggu, masih balita. Anak-anak ini tidak berdosa. Kenapa ada orang yang tega berbuat sekejam itu,” kata salah seorang jemaat dengan suara tersendak-sendak sambil menghapus airmata yang membasahi pipinya.

Sebelum acara kebaktian khusus dimulai, sejumlah pihak bergantian menyampaikan kata-kata duka cita dan penghiburan kepada pihak keluarga korban. Yang paling mengharukan saat guru dan para anak sekolah Minggu, teman korban, menyampaikan ungkapan duka cita dan karangan bunga duka sambil menyanyikan sebuah lagu rohani sebagai lagu perpisahan.

“Au ma na mangkhophop sude dakdanak sekolah Minggu on. Tung mansai haccit jala porsuk do huhilala siala kejadian on. Sahat tu saunari, sai hurimang-rimangi do di rohakku. Boasa Tuhan gabe songon on. Tung mansai haccit jala porsuk do huhilala siala peristiwa on. Oh hamu sude amang inang, dang tardokkon au be sude na di rohakon. (Akulah yang membina semua anak sekolah Minggu ini. Tragedi ini sangat menyakitkan. Sampai saat ini, aku masih merenung-renungkannya di dalam hatiku. Mengapa jadi seperti ini Tuhan. Aku merasakan peristiwa yang sangat memilukan ini. Oh, bapak ibu semua, tidak terkatakan semua kesedihan di hatiku ini),” teriak St D br Situmorang, salah satu guru sekolah Minggu yang saat kejadian juga sedang berada di dalam gereja.

Kebaktian khusus mendoakan para korban dipimpin langsung oleh kepala Departemen Marturia HKBP, Pdt Marolop Sinaga STh. Dalam kotbahnya, Pdt Marolop menyampaikan, ketiga korban datang ke gereja dalam iman. Lalu mereka meninggal dunia mengikut Tuhan. “Anak-anak ini tidak berdosa dan pasti masuk ke surga. Pucuk pimpinan dan seluruh jemaat HKBP se-dunia turut berduka cita sedalam-dalamnya. Kita kehilangan tiga anak Tuhan,” kata Pdt Marolop. (uma/mag-12/ari/mora/smg)

Buntut Minggu Berdarah di Tapanuli Tengah

MEDAN- Ferdinand,(9) dan Bronson (9), dua bocah yang terluka parah akibat penyerang di HKBP Maranatha Simanosor Tapanuli Tengah kemarin tiba di RSUP H Adam Malik Medan. Kedua bocah itu dalam kondisi stabil dan masih menjalani perawatan intensif di rumah sakit tersebut.

DIRAWAT: Bocah korban pembacokan  Tapanuli Tengah saat dirawat  RSUP Adam Malik Medan, kemarin.//triadi wibowo/SUMUT POS
DIRAWAT: Bocah korban pembacokan di Tapanuli Tengah saat dirawat di RSUP Adam Malik Medan, kemarin.//triadi wibowo/SUMUT POS

Pantauan di rumah sakit, Ferdinand mengalami dua luka bacokan di bagian kepala bagian belakang. Sedangkan Bronson mengalami luka bacok dibagian kepala hingga mengenai kuping. “Bronson saat ini masih mendapat perawatan di IGD karena luka benda tajam. Sedangkan Ferdinand sudah berada di Ruang Rindu A. Kondisi keduanya sudah mulai stabil,” ungkap Kasubbag Humas RSUP HAM Sairi M. Saragih, Senin (5/11).
Menurut Sairi, dua pasien tersebut tiba di RSUP HAM sekitar pukul 01.30 dinihari, yang sebelumnya mendapat perawatan di RS daerah. “Keduanya rujukan dari RS daerah sana. Keduanya sudah mendapat tindakan operasi pembersihan luka dan lainnya, tinggal perawatannya saja,” imbuhnya.

Sementara itu, orangtua Ferdinand, Jhon Goprit Sitompul (38),  menuturkan, saat peristiwa  terjadi, anaknya beserta anak-anak lainnya tengah mengikuti sekolah Minggu di gereja tersebut. Bahkan dari pengakuannya, saat terjadinya pembacokan, anak-anak belum didampingi Sintua maupun laki-laki dewasa. “Yang ada hanya perempuan dewasa dan anak-anak. Jadi, masing-masing menyelamatkan diri dan berhamburan keluar gereja,” terangnya.

Dia mengakui, baru mengetahui jika anaknya menjadi korban pembacokkan setelah dikabari teman Ferdinand tak lama setelah kejadian. “Ketika itu saya dengar anak saya jadi korban pembacokan. Saat  ke gereja, anak saya sudah dibawa ke Poliklinik Desa. Ketika saya lihat kepalanya telah diperban,”sebutnya.

Ferdinan sendiri sebelum dirujuk ke RSUP H Adam Malik, sempat mendapatkan perawatan di Poliklinik Desa (Polindes), RSU Pandan, dan RSU Sibolga. Sementara ibu Ferdinan Nurimah Hutabarat (38) mengaku tidak memiliki firasat buruk tentang anaknya. “Hanya saja, biasanya dia diingati dulu bahwa ada sekolah Minggu hari ini. Tetapi kemarin itu, tanpa diingati dia sendiri yang bilang, Mak, hari ini aku ada sekolah Minggu dan berangkat pergi sekolah Minggu bersama kakak-kakaknya,” jelasnya.

Akibat kejadian itu, Ferdinand mengalami trauma akibat peristiwa itu menimpanya. “Seperti trauma dia. Bahkan, dia bilang jangan cerita-cerita itu lagi Mak, takut aku. Gitu katanya,” kenangnya.
Kini Ferdinan mendapatkan perawatan dengan status pasien Jamkesmas. Sementara itu, Bronson (9) korban lainnya, belum bisa dikonfirmasi karena masih mendapatkan perawatan intensif di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUP HAM Medan.

Sebelumnya, peristiwa pembantaian tersebut mengakibatkan 3 bocah yang tewas yakni Joki Nainggolan, 4, Yohanna boru Panggabean, 4, Aprilta boru Pasaribu, 4.  Sementara lima lainnya mengalami luka serius.

Bupati Tapteng Menangis

Terlepas dari itu, kematian secara tragis yang dialami tiga balita saat ibadah di Gereja HKBP Maranatha Simanosor memunculkan simpati dari berbagai pihak. Bupati Tapanuli Tengah dan Plt Gubsu pun menyatakan duka citanya.

Kemarin siang, Bupati Tapteng, Raja Bonaran Situmeang SH Mhum, beserta rombongan langsung melayat ke rumah duka. Bahkan, Bonaran menitikan airmata saat menyampaikan ungkapan duka cita dan kata penghiburan kepada keluarga almarhum. Bonaran dan rombongan mendatangi satu per satu rumah duka. Mereka juga memberikan sumbangan penghiburan kepada pihak keluarga. “Kami turut berduka cita atas kepergian anak yang pasti sangat disayangi ini. Kami hanya dapat berdoa agar pihak keluarga diberi ketabahan dan berkat oleh Tuhan YME. Sebab, yakinlah, sehabis duka pasti akan ada harapan dan suka cita dari Tuhan,” ucap Bonaran seraya menghela airmatanya dengan sapu tangan di tangan kanannya seperti dikutip Metro Tapanuli (grup Sumut Pos).

Di tempat lain, Plt Gubsu yang beru tiba di bandara Polonia pun langsung menyampaikan duka citanya. “Musibah ini hendaknya diselesaikan secara kekeluargaan dan adat agar tidak berkembang menjadi keretakan hubungan yang lebih luas,” ujar Gatot saat tiba di Bandara Polonia Medan setelah 2 Minggu melakukan Ibadah Haji, Senin (5/11).

Sementara itu, belasan polisi masih berjaga di rumah tersangka dan keluarga korban. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi bentrok antara keluarga korban dan keluarga tersangka. Namun, hingga kini situasi di Desa Simanosor, Kecamatan Sibabangun sudah mulai kondusif. Polres Tapanuli Tengah (Tapteng) menyebut, pelaku pembacokan brutal adalah pelaku tunggal. “Untuk saat ini situasi sudah kondusif. Ada sekitar 15 personel Polsek Sibabangun disiagakan untukmengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Tersangkanya pelaku tunggal,” ujar Kapolres Tapteng, AKBP Dicky Patrianegara saat dikonfirmasi Sumut Pos, kemarin siang.
Dikatakan Dicky, hingga saat ini polisi masih menyelidiki kasus tragedi berdarah itu dan pihaknya sudah memintai keterangan 10 saksi mata. “Ada 10 warga yang kami mintai keterangan. Kasus ini masih kami lidik. Anggota saya masih bekerja,” tegasnya.

Dimakamkan di Samping Gereja

Kemarin, jenazah Yohana Nikita br Panggabean (3), Aprilia Kristina br Pasaribu (4,5) dan Coki Nainggolan (3) dimakamkan bersamaan dan satu liang kubur, Senin (5/11) sekira pukul 15.30 WIB. Makamnya tepat di samping gedung Gereja HKBP Maranatha Simanosor, Desa Simanosor, Kecamatan SIbabangun, Tapteng, tempat terjadinya tragedi berdarah itu.

Prosesi pemakaman ketiga anak sekolah Minggu korban pembacokan sadis dan membabi buta oleh pelaku Gurhan Gultom (35) itu diwarnai isak tangis histeris segenap keluarga, jemaat dan warga. Ribuan orang mengiringi prosesi pemakaman ketiga jenazah dari rumah duka menuju gereja. Jarak rumah duka masing-masing sekitar 500 meter, 550 meter dan 700 meter ke gedung gereja.
Para paralado atau majelis jemaat gereja tampak berbaris di halaman gereja untuk menyambut kedatangan ketiga jenazah yang sudah dimasukkan ke dalam peti jenazah itu. Setibanya di halaman gereja, jenazah lalu diserahkan ke pihak penatua.

Penyerahan jenazah juga ditandai dengan bunyi denting lonceng gereja. Para penatua kemudian menggotongnya ke dalam gedung gereja. Ketiga peti jenazah lalu diletakkan di atas meja di depan mimbar. Sementara pihak keluarga korban duduk mengitari peti jenazah.

Isak tangis kian merebak saat jenazah ketiga korban dibawa masuk ke dalam gereja. Hampir seluruh orang yang hadir di tempat itu menitikan airmata. “Ya Tuhan, mereka anak sekolah Minggu, masih balita. Anak-anak ini tidak berdosa. Kenapa ada orang yang tega berbuat sekejam itu,” kata salah seorang jemaat dengan suara tersendak-sendak sambil menghapus airmata yang membasahi pipinya.

Sebelum acara kebaktian khusus dimulai, sejumlah pihak bergantian menyampaikan kata-kata duka cita dan penghiburan kepada pihak keluarga korban. Yang paling mengharukan saat guru dan para anak sekolah Minggu, teman korban, menyampaikan ungkapan duka cita dan karangan bunga duka sambil menyanyikan sebuah lagu rohani sebagai lagu perpisahan.

“Au ma na mangkhophop sude dakdanak sekolah Minggu on. Tung mansai haccit jala porsuk do huhilala siala kejadian on. Sahat tu saunari, sai hurimang-rimangi do di rohakku. Boasa Tuhan gabe songon on. Tung mansai haccit jala porsuk do huhilala siala peristiwa on. Oh hamu sude amang inang, dang tardokkon au be sude na di rohakon. (Akulah yang membina semua anak sekolah Minggu ini. Tragedi ini sangat menyakitkan. Sampai saat ini, aku masih merenung-renungkannya di dalam hatiku. Mengapa jadi seperti ini Tuhan. Aku merasakan peristiwa yang sangat memilukan ini. Oh, bapak ibu semua, tidak terkatakan semua kesedihan di hatiku ini),” teriak St D br Situmorang, salah satu guru sekolah Minggu yang saat kejadian juga sedang berada di dalam gereja.

Kebaktian khusus mendoakan para korban dipimpin langsung oleh kepala Departemen Marturia HKBP, Pdt Marolop Sinaga STh. Dalam kotbahnya, Pdt Marolop menyampaikan, ketiga korban datang ke gereja dalam iman. Lalu mereka meninggal dunia mengikut Tuhan. “Anak-anak ini tidak berdosa dan pasti masuk ke surga. Pucuk pimpinan dan seluruh jemaat HKBP se-dunia turut berduka cita sedalam-dalamnya. Kita kehilangan tiga anak Tuhan,” kata Pdt Marolop. (uma/mag-12/ari/mora/smg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/