26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

193 Imigran Asal Bangladesh Diamankan, Ditemukan dalam Kondisi Kelaparan

Sutan Siregar/Sumut Pos
PERIKSA: Kepala Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi Keimigrasian Kantor Imigrasi Khusus Tempat Pemeriksaan Imigrasi Medan M Akbar Adhinugroho (atas dan kanan) saat memeriksa para imigran gelap asal Bangladesh yang diamankan di Rudenim Belawan Medan, Sumut , Rabu (6/2).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sebanyak 193 Warga Negara Asing (WNA) asal Bangladesh tanpa dilengkapi dokumen keimigrasian, ditemukan dalam kondisi kelaparan di sebuah rumah toko (ruko) di Medan, Selasa malam (5/2). Mereka ditemukan warga dalam kondisi kelaparan. Saat ini mereka diamankan di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Belawan Jalan Pekong, Kecamatan Medan Belawan, Rabu (6/2).

Awalnya mereka ditemukan oleh warga di salah satu rumah toko (ruko) yang ada di wilayah Medan Sunggal, Kota Medan, Selasa malam (5/2). Ratusan WNA tersebut diduga sudah berada di Medan lebih dari sebulan. Imigrasi Medan hanya menemukan 14 paspor Bangladesh dari para WNA tersebut.

Kepala Kantor Imigrasi Medan, Fery Monang Sihite mengatakan, ratusan WNA tersebut sempat diamankan di Mapolrestabes Medan. Pada saat ditemukan ratusan WNA tersebut dalam kondisi kelaparan. Mereka diduga disembunyikan oleh oknum agen yang hendak mengirim ratusan WNA tersebut ke Malaysia.

“Tadi malam (kemarn,Red) sekitar 23.30 kami bekerja sama dengan kepolisian dan instansi terkait lainnya. Kami dapat informasi bahwa di daerah Medan Sunggal ada WN Bangladesh yang ditempatkan di lokasi tertentu tanpa dilengkapi dokumen seperti paspor. Sampai saat ini kita cari dokumen mereka untuk dilakukan penelitian secara keimigrasian,” kata Fery di Medan, Rabu (6/2).

Saat ini ratusan WNA asal Bangladesh tersebut ditempatkan sementara di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Belawan, untuk selanjutnya didata dan kemudian dideportasi ke negara asal mereka.”Tadi sudah kita kirim ke Rudenim karena pertimbangan ruang detensi Imigrasi Klas 1 Medan yang tidak memungkinkan. Sehingga 193 WNA ditempatkan saat ini, sambil menunggu proses yang lebih lanjut di Rudenim Belawan,” ujar Fery lagi.

Kepala Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi Keimigrasian Kantor Imigrasi Khusus Tempat Pemeriksaan Imigrasi Medan, M Akbar Adhinugroho, mengatakan, para WNA Bangladesh memang sengaja ditempatkan di Rumah Detensi Imigrasi Medan setelah sebelumnya ditampung di Kantor Imigrasi Khusus karena kekurangan ruangan.

“Nanti kami akan melakukan pemeriksaan secara bertahap kepada semua WNA. Dikarenakan, mereka bisa dikenakan pelanggaran, yakni tindakan administratif keimigrasian berupa pendeportasian dan penangkalan,” ujarnya.

Ia menambahkan, pihak Imigrasi masih akan mendalami apakah memang benar pengakuan para WNA Bangladesh bahwa mereka hanya transit saja di Indonesia. ”Mereka hanya transit untuk bekerja di negara luar yaitu Malaysia. Kami masih mencari dokumen resminya, sehingga dapat diketahui apa tujuan sebenarnya masuk ke Indonesia,” ujarnya.

Berdasarkan keterangan dari salah seorang WNA yang diamankan, ada 21 warga negara Myanmar etnis minoritas-Muslim Rohingya. Namun, Imigrasi Medan belum bisa memastikan apakah ada sebagian etnis Rohingya yang turut dalam rombongan ratusan WNA tersebut.

Di Rumah Detensi Imigrasi Medan, para WNA Bangladesh tampak kebingungan ketika diajak berkomunikasi. Meski demikian, mereka tampak mengerumun ketika disorot kamera seolah ingin menyampaikan sesuatu.

Hanya WNA bernama Mahbub saja yang sedikit mengerti bahasa Indonesia, meski pelafalannya kurang fasih. Ia mengaku mengerti bahasa Indonesia karena sebelumnya pernah bekerja di Malaysia.

Dari penuturannya diketahui mereka datang dari Bangladesh untuk bekerja di Malaysia tetapi tidak tahu mengapa bisa sampai di Indonesia dan ditipu oleh agen penyalur.

Dari pengakuannya juga diketahui bahwa mereka kerap disiksa berupa pemukulan dari agen. Pemukulan yang mereka alami paling sering karena meminta makan.

“Saya minta uang dan makan sama agen, enggak dikasih. Agennya badannya gemuk-gemuk. Kami dipukuli terus selama berada di rumah itu (ruko). Kami enggak mau lagi kerja di Malaysia, kami mau pulang ke Bangladesh,” kata Mahbub.

Untuk diketahui, masuknya WNA Bangladesh ke Sumatera Utara tanpa dilengkapi dokumen yang lengkap bukan yang pertama. Pada 17 Desember 2018 lalu, sebanyak 30 warga negara Bangladesh diamankan petugas kepolisian di Pelabuhan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara. Puluhan warga negara Bangladesh itu diduga akan diselundupkan ke Malayasia.

Mereka masuk ke Indonesia melalui jalur resmi. Namun nantinya akan diselundupkan ke Malaysia melalui pelabuhan Tanjung Tiram, Batubara. Kemudian, Rudenim Belawan mendeportasi 30 WNA Bangladesh itu pada 11 Januari dan 12 Januari 2019. (fac/man/bbs/ila)

Sutan Siregar/Sumut Pos
PERIKSA: Kepala Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi Keimigrasian Kantor Imigrasi Khusus Tempat Pemeriksaan Imigrasi Medan M Akbar Adhinugroho (atas dan kanan) saat memeriksa para imigran gelap asal Bangladesh yang diamankan di Rudenim Belawan Medan, Sumut , Rabu (6/2).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sebanyak 193 Warga Negara Asing (WNA) asal Bangladesh tanpa dilengkapi dokumen keimigrasian, ditemukan dalam kondisi kelaparan di sebuah rumah toko (ruko) di Medan, Selasa malam (5/2). Mereka ditemukan warga dalam kondisi kelaparan. Saat ini mereka diamankan di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Belawan Jalan Pekong, Kecamatan Medan Belawan, Rabu (6/2).

Awalnya mereka ditemukan oleh warga di salah satu rumah toko (ruko) yang ada di wilayah Medan Sunggal, Kota Medan, Selasa malam (5/2). Ratusan WNA tersebut diduga sudah berada di Medan lebih dari sebulan. Imigrasi Medan hanya menemukan 14 paspor Bangladesh dari para WNA tersebut.

Kepala Kantor Imigrasi Medan, Fery Monang Sihite mengatakan, ratusan WNA tersebut sempat diamankan di Mapolrestabes Medan. Pada saat ditemukan ratusan WNA tersebut dalam kondisi kelaparan. Mereka diduga disembunyikan oleh oknum agen yang hendak mengirim ratusan WNA tersebut ke Malaysia.

“Tadi malam (kemarn,Red) sekitar 23.30 kami bekerja sama dengan kepolisian dan instansi terkait lainnya. Kami dapat informasi bahwa di daerah Medan Sunggal ada WN Bangladesh yang ditempatkan di lokasi tertentu tanpa dilengkapi dokumen seperti paspor. Sampai saat ini kita cari dokumen mereka untuk dilakukan penelitian secara keimigrasian,” kata Fery di Medan, Rabu (6/2).

Saat ini ratusan WNA asal Bangladesh tersebut ditempatkan sementara di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Belawan, untuk selanjutnya didata dan kemudian dideportasi ke negara asal mereka.”Tadi sudah kita kirim ke Rudenim karena pertimbangan ruang detensi Imigrasi Klas 1 Medan yang tidak memungkinkan. Sehingga 193 WNA ditempatkan saat ini, sambil menunggu proses yang lebih lanjut di Rudenim Belawan,” ujar Fery lagi.

Kepala Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi Keimigrasian Kantor Imigrasi Khusus Tempat Pemeriksaan Imigrasi Medan, M Akbar Adhinugroho, mengatakan, para WNA Bangladesh memang sengaja ditempatkan di Rumah Detensi Imigrasi Medan setelah sebelumnya ditampung di Kantor Imigrasi Khusus karena kekurangan ruangan.

“Nanti kami akan melakukan pemeriksaan secara bertahap kepada semua WNA. Dikarenakan, mereka bisa dikenakan pelanggaran, yakni tindakan administratif keimigrasian berupa pendeportasian dan penangkalan,” ujarnya.

Ia menambahkan, pihak Imigrasi masih akan mendalami apakah memang benar pengakuan para WNA Bangladesh bahwa mereka hanya transit saja di Indonesia. ”Mereka hanya transit untuk bekerja di negara luar yaitu Malaysia. Kami masih mencari dokumen resminya, sehingga dapat diketahui apa tujuan sebenarnya masuk ke Indonesia,” ujarnya.

Berdasarkan keterangan dari salah seorang WNA yang diamankan, ada 21 warga negara Myanmar etnis minoritas-Muslim Rohingya. Namun, Imigrasi Medan belum bisa memastikan apakah ada sebagian etnis Rohingya yang turut dalam rombongan ratusan WNA tersebut.

Di Rumah Detensi Imigrasi Medan, para WNA Bangladesh tampak kebingungan ketika diajak berkomunikasi. Meski demikian, mereka tampak mengerumun ketika disorot kamera seolah ingin menyampaikan sesuatu.

Hanya WNA bernama Mahbub saja yang sedikit mengerti bahasa Indonesia, meski pelafalannya kurang fasih. Ia mengaku mengerti bahasa Indonesia karena sebelumnya pernah bekerja di Malaysia.

Dari penuturannya diketahui mereka datang dari Bangladesh untuk bekerja di Malaysia tetapi tidak tahu mengapa bisa sampai di Indonesia dan ditipu oleh agen penyalur.

Dari pengakuannya juga diketahui bahwa mereka kerap disiksa berupa pemukulan dari agen. Pemukulan yang mereka alami paling sering karena meminta makan.

“Saya minta uang dan makan sama agen, enggak dikasih. Agennya badannya gemuk-gemuk. Kami dipukuli terus selama berada di rumah itu (ruko). Kami enggak mau lagi kerja di Malaysia, kami mau pulang ke Bangladesh,” kata Mahbub.

Untuk diketahui, masuknya WNA Bangladesh ke Sumatera Utara tanpa dilengkapi dokumen yang lengkap bukan yang pertama. Pada 17 Desember 2018 lalu, sebanyak 30 warga negara Bangladesh diamankan petugas kepolisian di Pelabuhan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara. Puluhan warga negara Bangladesh itu diduga akan diselundupkan ke Malayasia.

Mereka masuk ke Indonesia melalui jalur resmi. Namun nantinya akan diselundupkan ke Malaysia melalui pelabuhan Tanjung Tiram, Batubara. Kemudian, Rudenim Belawan mendeportasi 30 WNA Bangladesh itu pada 11 Januari dan 12 Januari 2019. (fac/man/bbs/ila)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/