JAKARTA-Daud “Cino” Jordan tak ingin menyia-nyaiakan kesempatan merebut gelar superchampion juara dunia kelas bulu WBA dari tangan Chris John. Dia mulai mencoba pola latihan dengan inisiatif-inisiatif baru sebelum bertarung di arena PRJ kemayoran, Jakarta, pada 17 April mendatang.
Pelatih Daud, Damianus Jordan menyebutkan bahwa dirinya tidak bisa hanya berpaku pada model-model latihan yang monoton. Sebab, perkembangan yang didapat oleh anak didiknya tidak bisa meningkat dengan pesat.
Karena itu, pelatih berusia 39 tahun tersebut mulai menerapkan model-model latihan yang pernah didapatkannya saat masih menimba ilmu di negara yang melahirkan banyak petinju kelas dunia, Kuba. “Saya mulai kasih dia menu tambahan dengan memukul ban-ban besar setinggi satu meter menggunakan palu yang beratnya sampai enam kilogram. Minimal setengah jam dia melakukan itu,” katanya saat dihubungi kemarin (4/3).
Dengan model latihan yang terfokus pada kemampuan fisik tersebut, Damianus yakin efeknya lebih besar daripada hanya latihan dengan memukul bag berkali-kali. Pelatih yang juga kakak kandung Daud menjelaskan bahwa kekuatan pukulan Daud sudah meningkat dibanding sebelum menerapkan latihan tersebut.
Untuk terus mengembangkan teknik adiknya, mantan petinju nasional tersebut juga hampir setiap malam menyempatkan untuk menonton rekaman pertandingan tinju yang pernah dilakoni Chris John. bukan hanya itu, untuk memperkaya teknik bertarungya Damianus juga mewajibkan adiknya menonton rekaman pertarungan petinju tenar dunia semacam Julio Cesar Chavez, Oscar De La Hoya, dan Miguel Cotto.
“Daud bisa mempelajari gaya petinju itu yang agresif. Dia juga bisa melihat dan mempelajari bagaimana cara bertinju Chris John yang juga meniru gaya mereka. Dari situ celahnya bisa dipelajari,” terangnya.
Selanjutnya, setelah melihat rekaman tersebut, Daud yang bergaya fighter itu dituntut untuk bisa menerapkan taktik dan teknik bertarungnya dalam sparing yang dilakukan tiga kali dalam seminggu. Damianus menyebut dalam saparing tersebutlah hasil latihan dari sisi fisik, teknik dan strategi bertinju Daud diuji.
“Sejauh ini signifikan. Tapi, itu mungkin karena lawan sparingnya masih amatir dan berasal dari tingkat lokal (Kalimantan Barat, tempat pemusatan latihan Daud). Akan kami tingkatkan lagi dengan mencoba petinju-petinju dari Jakarta,” katanya.
Dua petinju yang dimaksud adalah Edi Susanto dan Heri Ardianto. Mereka dianggap oleh Damianus memiliki level yang lebih tinggi dibanding petinju lokal karena berasal Dari kelas Welter. Sebagai perbandingan, Daud berasal dari kelas bulu dengan berat 57,2 Kg, sedangkan kelas Welter memiliki bobot 66,7 Kg.
Melihat kondisi Daud, Damianus juga melakukan revisi target dari jatah sparing minimal 125 ronde yang harus dijalani menjadi 150 ronde. Tujuannya, agar anak didiknya mendapatkan feeling bertinju yang maksimal dan memaksimalkan waktu yang tersisa. (aam/jpnn)