25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Perempuan dan Anak-anak Diasingkan

PETUGAS Rumah Detensi Imigran (Rudenim) Belawan akhirnya mengevakuasi 50 pengungsi pasca- penyerangan oleh sebagian pengungsi Rohingya yang menewaskan delapan nelayan warga negara Myanmar pada Jumat (5/4) dini hari. Relokasi dalam bentuk pengasingan tempat tinggal sementara diberikan secara khusus kepada imigran perempuan dan anak-anak.

Tiga nelayan asal Myanmar yang selamat dari penyerangan lantaran tidur di lantai lain juga ikut dipindahkan ke lokasi yang dirahasiakan.

Kini jumlah penghuni Rudenim Belawan tinggal 233 orang dari sebelumnya 283 imigran asal berbagai negara.

Dari data pihak Rudenim, para imigran gelap itu terdiri atas 91 orang asal Sri Langka, Rohingya (84 orang), Afganistan (19 orang), Iran (14 orang), Bangladesh (5 orang), dan Pakistan dan Somalia (4 orang), serta Irak (2 orang).

Berdasarkan pantauan Sumut Pos, proses evakuasi dilakukan dengan mendatangkan empat bus ke kompleks Rudenim. Tiga lokasi dijadikan tempat tinggal sementara menunggu keputusan lanjutan dari pemerintah. Begitupun proses evakuasi sempat terkendala lantaran ada sebagian pengungsi perempuan yang menolak dipindahkan jika suami mereka tidak diikutkan.

Plh Kepala Rudenim Medan Yusup Umardani mengatakan kebijakan evakuasi itu dilakukan dengan kerja sama International Organization for Migration (IOM).

“Untuk menghindarkan traumatis bagi pengungsi, terutama anak dan perempuan,” kata Yusup, Sabtu (6/4).

Ditekankan pula soal pemindahan tiga nelayan asal Myanmar yang selamat dari penyerangan oleh etnik Rohingya pada Jumat malam berdarah itu. Tindakan itu dilakukan untuk mencegah aksi balas dendam.

Hingga kemarin pihak kepolisian masih meminta keterangan dari 18 imigran gelap asal Rohingya yang ditetapkan sebagai tersangka.

Tiga lainnya, termasuk Ustad Ali, sebagai orang yang dituakan di kelompok pengungsi Rohingya masih ditahan di Polres KP3 Belawan. (rul)

PETUGAS Rumah Detensi Imigran (Rudenim) Belawan akhirnya mengevakuasi 50 pengungsi pasca- penyerangan oleh sebagian pengungsi Rohingya yang menewaskan delapan nelayan warga negara Myanmar pada Jumat (5/4) dini hari. Relokasi dalam bentuk pengasingan tempat tinggal sementara diberikan secara khusus kepada imigran perempuan dan anak-anak.

Tiga nelayan asal Myanmar yang selamat dari penyerangan lantaran tidur di lantai lain juga ikut dipindahkan ke lokasi yang dirahasiakan.

Kini jumlah penghuni Rudenim Belawan tinggal 233 orang dari sebelumnya 283 imigran asal berbagai negara.

Dari data pihak Rudenim, para imigran gelap itu terdiri atas 91 orang asal Sri Langka, Rohingya (84 orang), Afganistan (19 orang), Iran (14 orang), Bangladesh (5 orang), dan Pakistan dan Somalia (4 orang), serta Irak (2 orang).

Berdasarkan pantauan Sumut Pos, proses evakuasi dilakukan dengan mendatangkan empat bus ke kompleks Rudenim. Tiga lokasi dijadikan tempat tinggal sementara menunggu keputusan lanjutan dari pemerintah. Begitupun proses evakuasi sempat terkendala lantaran ada sebagian pengungsi perempuan yang menolak dipindahkan jika suami mereka tidak diikutkan.

Plh Kepala Rudenim Medan Yusup Umardani mengatakan kebijakan evakuasi itu dilakukan dengan kerja sama International Organization for Migration (IOM).

“Untuk menghindarkan traumatis bagi pengungsi, terutama anak dan perempuan,” kata Yusup, Sabtu (6/4).

Ditekankan pula soal pemindahan tiga nelayan asal Myanmar yang selamat dari penyerangan oleh etnik Rohingya pada Jumat malam berdarah itu. Tindakan itu dilakukan untuk mencegah aksi balas dendam.

Hingga kemarin pihak kepolisian masih meminta keterangan dari 18 imigran gelap asal Rohingya yang ditetapkan sebagai tersangka.

Tiga lainnya, termasuk Ustad Ali, sebagai orang yang dituakan di kelompok pengungsi Rohingya masih ditahan di Polres KP3 Belawan. (rul)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/