25 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Jangan Asal Pilih Perguruan Tinggi

Sejak diumumkannya hasil Ujian Nasional (UN) tingkat SMA sederajat pada 16 Mei 2011 lalu, tentunya bagi siswa yang dinyatakan lulus telah memiliki progres untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Dan biasanya, prioritas utama adalah Perguruan Tinggi Negeri (PTN).

Lantas, jika tak lulus di PTN, maka Perguruan Tinggi Swasta (PTS) menjadi alternatif. Bagaimana cara memilih PTS yang baik? Berikut wawancara wartawan koran ini Rahmat Sazaly dengan Direktur Politeknik MBP Tenang Malem Tarigan, Senin (6/6).

Apa sikap yang harus diambil calon mahasiswa jika tak lulus di PTN?
Tentunya untuk bisa lulus di PTN saat ini cukup berat, mengingat dari daya tampung PTN di Sumut seperti USU, Unimed dan IAIN sangat terbatas. Sementara jumlah calon mahasiswa yang mendaftar di USU dan Unimed saja pada 2011 ini mencapai 50 ribu orang lebih. Sementara, daya tampung PTN tersebut diprediksi hanya 10 ribu orang lebih. Dan itu sudah termasuk program D-3 dan Ekstensi.

Nah, tentunya, mereka yang tak lulus di PTN ini pasti memilih PTS untuk melanjutkan pendidikannya sesuai jurusannya masing-masing. Atau bahkan ada yang memilih untuk menganggur atau langsung bekerja.
Untuk memilih PTS yang dituju, calon mahasiswa harus jeli dan tak terburu-buru untuk memutuskan. Mereka harus berani meninjau kampus yang dituju, baik mengenai lokasi, sarana dan prasarana yang demiliki serta staf pengajar dan kurikulum. Mereka juga harus mengetahui statusnya, beasiswa baik dari pemerintah, yayasan maupun dari swasta baik dari dalam negeri juga luar negeri.

Kita lihat, banyak PTS yang menawarkan bonus atau iming-iming untuk menggaet calon mahasiswa. Apa pendapat Anda?
Sebaiknya mereka jangan terpengaruh dengan iming-iming tersebut. Seperti menawarkan sebuah laptop atau komputer pada saat mendaftar. Sebagai calon pemimpin di masa mendatang, calon mahasiswa harus jeli berpikir dan bertindak mengapa PTS bersangkutan berani memberikan hadiah seperti itu dan dari sisi mana PTS tersebut mampu memberikan hadiah yang dapat menggiurkan calon mahasiswa itu.
Pemberian hadiah yang di lakukan PTS seperti itu perlu dikaji dan dipertanyakan dan itu sama saja seperti janji-janji layaknya seorang calon bupati, walikota dan gubernur. Setelah menang dan duduk menjadi kepala daerah, semua janji-janji itu dilupakan dan hilang begitu saja.

Hal apa lagi yang perlu ditinjau calon mahasiswa untuk memilih PTS yang tepat?
Mereka hendaknya tak terpengaruh dengan iklan-iklan atau isi brosur serta spanduk-spanduk yang dipajang di jalan-jalan. Karena itu hanyalah sebagai iklan, tapi kenyataan di lapangan atau di bangku perkuliahan tak sesuai dengan isi brosurnya dan ini sudah merugikan calon mahasiswa.

Selain itu, calon mahasiswa juga harus bisa memutuskan untuk tak memilih PTS yang membuka cabang di beberapa daerah. Karena Koordiantor Kopertis I Sumut-NAD tak pernah merekomendasikan PTS untuk membuka cabang di daerah. Kopertis I menganggap PTS yang membuka cabang di daerah, dianggap sebagai penipuan karena sistim perkuliahannya di anggap main-main. Dan PTS di cabang itu tak memiliki sarana dan prasarana yang memadai seperti perpustakaan dan gedung perkuliahannya juga disewa atau PTS tersebut tak memiliki gedung sendiri.

Apakah ada tips-tips lain dalam memilih PTS yang bermutu?
Tentu ada, seperti memilih PTS yang memiliki izin dari Mendiknas atau pilihlah PTS yang benar-benar perguruan tinggi dan bukan asal-asal perguruan tinggi. PTS yang dipilih haruslah memiliki sarana dan prasarana pendukung yang memadai seperti perpustakaan yang lengkap. Calon mahasiswa juga harus memilih PTS yang telah terakreditasi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT). Berlokasi sangat startegis dan dapat dilalui oleh angkutan kota. Staf pengajarnya lulusan S1, S2 dan S3. Memiliki kampus sendiri dan lokasi parkir yang luas dan asri. Serta pilihlah PTS yang memiliki kerja sama dengan beberapa perguruan tinggi di dalam dan di luar negeri. Jangan memilih PTS yang di buka di cabang-cabang.

Karena itu, calon mahasiswa harus meninjau ke lokasi kampus, atau bisa bertanya panjang lebar di Kopertis I Jalan Setia Budi Medan. (*)

Sejak diumumkannya hasil Ujian Nasional (UN) tingkat SMA sederajat pada 16 Mei 2011 lalu, tentunya bagi siswa yang dinyatakan lulus telah memiliki progres untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Dan biasanya, prioritas utama adalah Perguruan Tinggi Negeri (PTN).

Lantas, jika tak lulus di PTN, maka Perguruan Tinggi Swasta (PTS) menjadi alternatif. Bagaimana cara memilih PTS yang baik? Berikut wawancara wartawan koran ini Rahmat Sazaly dengan Direktur Politeknik MBP Tenang Malem Tarigan, Senin (6/6).

Apa sikap yang harus diambil calon mahasiswa jika tak lulus di PTN?
Tentunya untuk bisa lulus di PTN saat ini cukup berat, mengingat dari daya tampung PTN di Sumut seperti USU, Unimed dan IAIN sangat terbatas. Sementara jumlah calon mahasiswa yang mendaftar di USU dan Unimed saja pada 2011 ini mencapai 50 ribu orang lebih. Sementara, daya tampung PTN tersebut diprediksi hanya 10 ribu orang lebih. Dan itu sudah termasuk program D-3 dan Ekstensi.

Nah, tentunya, mereka yang tak lulus di PTN ini pasti memilih PTS untuk melanjutkan pendidikannya sesuai jurusannya masing-masing. Atau bahkan ada yang memilih untuk menganggur atau langsung bekerja.
Untuk memilih PTS yang dituju, calon mahasiswa harus jeli dan tak terburu-buru untuk memutuskan. Mereka harus berani meninjau kampus yang dituju, baik mengenai lokasi, sarana dan prasarana yang demiliki serta staf pengajar dan kurikulum. Mereka juga harus mengetahui statusnya, beasiswa baik dari pemerintah, yayasan maupun dari swasta baik dari dalam negeri juga luar negeri.

Kita lihat, banyak PTS yang menawarkan bonus atau iming-iming untuk menggaet calon mahasiswa. Apa pendapat Anda?
Sebaiknya mereka jangan terpengaruh dengan iming-iming tersebut. Seperti menawarkan sebuah laptop atau komputer pada saat mendaftar. Sebagai calon pemimpin di masa mendatang, calon mahasiswa harus jeli berpikir dan bertindak mengapa PTS bersangkutan berani memberikan hadiah seperti itu dan dari sisi mana PTS tersebut mampu memberikan hadiah yang dapat menggiurkan calon mahasiswa itu.
Pemberian hadiah yang di lakukan PTS seperti itu perlu dikaji dan dipertanyakan dan itu sama saja seperti janji-janji layaknya seorang calon bupati, walikota dan gubernur. Setelah menang dan duduk menjadi kepala daerah, semua janji-janji itu dilupakan dan hilang begitu saja.

Hal apa lagi yang perlu ditinjau calon mahasiswa untuk memilih PTS yang tepat?
Mereka hendaknya tak terpengaruh dengan iklan-iklan atau isi brosur serta spanduk-spanduk yang dipajang di jalan-jalan. Karena itu hanyalah sebagai iklan, tapi kenyataan di lapangan atau di bangku perkuliahan tak sesuai dengan isi brosurnya dan ini sudah merugikan calon mahasiswa.

Selain itu, calon mahasiswa juga harus bisa memutuskan untuk tak memilih PTS yang membuka cabang di beberapa daerah. Karena Koordiantor Kopertis I Sumut-NAD tak pernah merekomendasikan PTS untuk membuka cabang di daerah. Kopertis I menganggap PTS yang membuka cabang di daerah, dianggap sebagai penipuan karena sistim perkuliahannya di anggap main-main. Dan PTS di cabang itu tak memiliki sarana dan prasarana yang memadai seperti perpustakaan dan gedung perkuliahannya juga disewa atau PTS tersebut tak memiliki gedung sendiri.

Apakah ada tips-tips lain dalam memilih PTS yang bermutu?
Tentu ada, seperti memilih PTS yang memiliki izin dari Mendiknas atau pilihlah PTS yang benar-benar perguruan tinggi dan bukan asal-asal perguruan tinggi. PTS yang dipilih haruslah memiliki sarana dan prasarana pendukung yang memadai seperti perpustakaan yang lengkap. Calon mahasiswa juga harus memilih PTS yang telah terakreditasi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT). Berlokasi sangat startegis dan dapat dilalui oleh angkutan kota. Staf pengajarnya lulusan S1, S2 dan S3. Memiliki kampus sendiri dan lokasi parkir yang luas dan asri. Serta pilihlah PTS yang memiliki kerja sama dengan beberapa perguruan tinggi di dalam dan di luar negeri. Jangan memilih PTS yang di buka di cabang-cabang.

Karena itu, calon mahasiswa harus meninjau ke lokasi kampus, atau bisa bertanya panjang lebar di Kopertis I Jalan Setia Budi Medan. (*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/