25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Semen Merah Putih Bantah Tudingan Cemari Lingkungan

Foto: SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
Humas PT Semen Merah Putih saat berkunjung ke Sumut Pos, Jumat (4/8).

MEDAN, SUMUTPOS.CO –Keberadaan pabrik Semen Merah Putih di Sei Mati Belawan beberapa waktu menjadi sorotan. Sebab, masyarakat di kawasan pabrik tersebut menuding pabrik Semen Merah Putih telah mencemari lingkungan.

Paling santer soal tuduhan warga terhadap seorang anak bernama Surai disebut-sebut mengalami gangguan di mata akibat debu dari pabrik pengolahan Semen Merah Putih di Sei Mati tersebut.

Namun tudingan-tudingan miring masyarakat dibantah Manajemen PT Semen Merah Putih karena tudingan tersebut tidak berdasarkan fakta yang ada.

Humas PT Semen Merah Putih, Sigit mengatakan, pihaknya sudah mengecek soal tudingan warga tersebut. Menurutnya, Surai, bocah yang mengalami gangguan kesehatan di matanya bukan karena debu semen. Namun karena virus. “Jadi setelah dicek ke rumah sakit spesialis mata, ternyata anak tersebut mengalami gangguan kesehatan di matanya lantaran virus Herpes yang tercemar di air,” ujar Sigit saat berkunjung ke Sumut Pos, didampingi rekannya, Hotman Siallagan dan Fahri, Jumat (4/8).

Sigit lantas mempertanyakan tudingan masyarakat kalau debu yang keluar dari pabrik pengolahan semen di Sei Mati adalah penyebab penyakit mata tersebut. “Kemudian, kalau dituding kami membuang limbah ke air, boleh dicek ada atau tidak. Dan kami pun tidak menghasilkan limbah dalam bentuk cair,” tutur Sigit.

Harusnya, jika dituding debu semen mencemari lingkungan, lanjut Sigit, harusnya bukan menderita penyakit mata, tetap penmyakit Inpeksi Salurah Pernafasan Akut (ISPA). “Jadi kalau kemarin penyakit mata yang diduga karena debu, itu tidak benar. Coba tanya medis di sekitar situ,” paparnya.

Apalagi, lanjut Sigit, jika dipersoalan masalah debu, perusahaan tempat dia bernaung memiliki teknologi yang menyedot debu semen. “Menjual semen itu ya menjual debunya. Nah, kami memiliki teknologi untuk menyedot debu agar tidak keluar. Kalau masayarakat tidak percaya, bisa dikroscek langsung. Kita juga mempersilahkan wartawan untuk turun langsung ke pabrik kita melihat bagaimana proses produksi di sana. Tidak ada yang kita tutup-tutupi. Kami siap dikroscek,” tegas Sigit.

Bahkan, lanjutnya, Semen Merah Putih memiliki izin lengkap karena perusahaannya ramah lingkungan, juga ramah masyarakat. “Tidak benar tudingan-tudingan itu. Kitapun siap dipanggl DPRD Sumut dalam pertemuan di Komisi B DPRD Medan Selasa, 8 Agustus ini (besok,Red). Kami siap buka-bukaan,” ujarnya.

Sigit menjelaskan, sebagai pemain baru Semen Merah Putih memproduksi sekira 300 ribu ton dalam setahun dengan sistem plug and play, teknologi dari Spanyol. “Dan ini teknologi yang cuma dan baru dimiliki Semen Merah Putih,” ungkapnya.

Sementara untuk tenaga kerja inti 90 persen melibatkan tenaga kerja lokal dengan jumlah 300 karyawan. “Semen Merah Putih ingin menjadi perusahaan yang ramah lingkungan. Juga kami ingin bermanfaat sebagai masyarakat lokal,” harap Sigit. (dvs/ila)

 

Foto: SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
Humas PT Semen Merah Putih saat berkunjung ke Sumut Pos, Jumat (4/8).

MEDAN, SUMUTPOS.CO –Keberadaan pabrik Semen Merah Putih di Sei Mati Belawan beberapa waktu menjadi sorotan. Sebab, masyarakat di kawasan pabrik tersebut menuding pabrik Semen Merah Putih telah mencemari lingkungan.

Paling santer soal tuduhan warga terhadap seorang anak bernama Surai disebut-sebut mengalami gangguan di mata akibat debu dari pabrik pengolahan Semen Merah Putih di Sei Mati tersebut.

Namun tudingan-tudingan miring masyarakat dibantah Manajemen PT Semen Merah Putih karena tudingan tersebut tidak berdasarkan fakta yang ada.

Humas PT Semen Merah Putih, Sigit mengatakan, pihaknya sudah mengecek soal tudingan warga tersebut. Menurutnya, Surai, bocah yang mengalami gangguan kesehatan di matanya bukan karena debu semen. Namun karena virus. “Jadi setelah dicek ke rumah sakit spesialis mata, ternyata anak tersebut mengalami gangguan kesehatan di matanya lantaran virus Herpes yang tercemar di air,” ujar Sigit saat berkunjung ke Sumut Pos, didampingi rekannya, Hotman Siallagan dan Fahri, Jumat (4/8).

Sigit lantas mempertanyakan tudingan masyarakat kalau debu yang keluar dari pabrik pengolahan semen di Sei Mati adalah penyebab penyakit mata tersebut. “Kemudian, kalau dituding kami membuang limbah ke air, boleh dicek ada atau tidak. Dan kami pun tidak menghasilkan limbah dalam bentuk cair,” tutur Sigit.

Harusnya, jika dituding debu semen mencemari lingkungan, lanjut Sigit, harusnya bukan menderita penyakit mata, tetap penmyakit Inpeksi Salurah Pernafasan Akut (ISPA). “Jadi kalau kemarin penyakit mata yang diduga karena debu, itu tidak benar. Coba tanya medis di sekitar situ,” paparnya.

Apalagi, lanjut Sigit, jika dipersoalan masalah debu, perusahaan tempat dia bernaung memiliki teknologi yang menyedot debu semen. “Menjual semen itu ya menjual debunya. Nah, kami memiliki teknologi untuk menyedot debu agar tidak keluar. Kalau masayarakat tidak percaya, bisa dikroscek langsung. Kita juga mempersilahkan wartawan untuk turun langsung ke pabrik kita melihat bagaimana proses produksi di sana. Tidak ada yang kita tutup-tutupi. Kami siap dikroscek,” tegas Sigit.

Bahkan, lanjutnya, Semen Merah Putih memiliki izin lengkap karena perusahaannya ramah lingkungan, juga ramah masyarakat. “Tidak benar tudingan-tudingan itu. Kitapun siap dipanggl DPRD Sumut dalam pertemuan di Komisi B DPRD Medan Selasa, 8 Agustus ini (besok,Red). Kami siap buka-bukaan,” ujarnya.

Sigit menjelaskan, sebagai pemain baru Semen Merah Putih memproduksi sekira 300 ribu ton dalam setahun dengan sistem plug and play, teknologi dari Spanyol. “Dan ini teknologi yang cuma dan baru dimiliki Semen Merah Putih,” ungkapnya.

Sementara untuk tenaga kerja inti 90 persen melibatkan tenaga kerja lokal dengan jumlah 300 karyawan. “Semen Merah Putih ingin menjadi perusahaan yang ramah lingkungan. Juga kami ingin bermanfaat sebagai masyarakat lokal,” harap Sigit. (dvs/ila)

 

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/