Taksi Online ‘Ancam’ Lenyapkan Kendaraan Khas Medan
SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
DEMO PENGENDARA BETOR_Puluhan pengemudi betor dari Solidaritas Angkutan Transportasi Umum dan Becak Bermotor (SATU) mengikuti aksi unjuk rasa di depan Kantor Dinas Perhubungan Sumut Jalan Imam Bonjol Medan, Rabu (23/5). Para pengemudi betor memprotes keberadaan transportasi berbasis "online" karena mempengaruhi penghasilan mereka.
FOTO: Triadi Wibowo/Sumut Pos Petugas Dinas Perhubungan Sumut dibantu aparat kepolisian, memeriksa kendaraan plat hitam yang diduga mengangkut penumpang, saat razia Taxi Online di depan pintu masuk Sun Plaza KH. Zainul Arifin Medan, Rabu (2/8).
Pernyataan itu menjawab ungkapan yang pernah terlontar dari Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) Sumut, Anthony Siahaan soal tidak dianggapnya tukang becak di Kota Medan. Seharusnya, kata Johan, setiap diadakan rapat soal taksi online, penarik becak bermotor baiknya diikutkan.
“Jadi pemerintah tahu apa yang menjadi tuntutan sebenarnya tukang becak. Seperti kita ketahui setiap dilakukan rapat umum dengan sejumlah stakeholder, perwakilan tukang becak tidak diikutkan ini tidak fair, merampas hak abang becak untuk mencari nafkah,” ungkap Johan.
Johan menyebut, razia yang dilakukan pemerintah untuk menertibkan taksi online, tak akan berjalan maksimal. Seperti halnya penetapan tarif batas atas dan batas bawah, penindakannya cenderung tak transparan. “Malah terkesan kucing-kucingan, dan kita tidak bisa memastikan bakal berapa lama berlangsung kejadian seperti ini. Bahkan lagi, saya dengar bakal muncul Grab Becak. Itu selentingan informasi yang saya dapat. Artinya, perusahaan taksi online ini sepertinya ingin memecah belah abang becak,” sebutnya.
Johan menyebutkan, bila pemerintah tetap dengan sikapnya, mengesampingkan nasib tukang becak dengan upaya mereka melegalkan taksi online, bakal ada potensi konflik horizontal. Dan itu tidak akan terelakkan nantinya.
“Ya jelaslah bakal begitu. Bagaimana tidak, tukang becak tak dipedulikan, taksi online terus merajalela mengambil rejeki mereka. Jadi kalau saya bilang, taksi online bagi api dalam sekam. Itulah perumpamaannya,” pungkas Johan. (dvs/prn/adz)
FOTO: Triadi Wibowo/Sumut Pos Petugas Dinas Perhubungan Sumut dibantu aparat kepolisian, memeriksa kendaraan plat hitam yang diduga mengangkut penumpang, saat razia Taxi Online di depan pintu masuk Sun Plaza KH. Zainul Arifin Medan, Rabu (2/8).
Pernyataan itu menjawab ungkapan yang pernah terlontar dari Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) Sumut, Anthony Siahaan soal tidak dianggapnya tukang becak di Kota Medan. Seharusnya, kata Johan, setiap diadakan rapat soal taksi online, penarik becak bermotor baiknya diikutkan.
“Jadi pemerintah tahu apa yang menjadi tuntutan sebenarnya tukang becak. Seperti kita ketahui setiap dilakukan rapat umum dengan sejumlah stakeholder, perwakilan tukang becak tidak diikutkan ini tidak fair, merampas hak abang becak untuk mencari nafkah,” ungkap Johan.
Johan menyebut, razia yang dilakukan pemerintah untuk menertibkan taksi online, tak akan berjalan maksimal. Seperti halnya penetapan tarif batas atas dan batas bawah, penindakannya cenderung tak transparan. “Malah terkesan kucing-kucingan, dan kita tidak bisa memastikan bakal berapa lama berlangsung kejadian seperti ini. Bahkan lagi, saya dengar bakal muncul Grab Becak. Itu selentingan informasi yang saya dapat. Artinya, perusahaan taksi online ini sepertinya ingin memecah belah abang becak,” sebutnya.
Johan menyebutkan, bila pemerintah tetap dengan sikapnya, mengesampingkan nasib tukang becak dengan upaya mereka melegalkan taksi online, bakal ada potensi konflik horizontal. Dan itu tidak akan terelakkan nantinya.
“Ya jelaslah bakal begitu. Bagaimana tidak, tukang becak tak dipedulikan, taksi online terus merajalela mengambil rejeki mereka. Jadi kalau saya bilang, taksi online bagi api dalam sekam. Itulah perumpamaannya,” pungkas Johan. (dvs/prn/adz)