26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Awalnya Prihatin Lihat Orang Salah Diet

Foto: Hilmi Setiawan/Jawa Pos Kalkulator tubuh
Foto: Hilmi Setiawan/Jawa Pos
Muhammad Adlan Arvyanda Ramly menciptakan aplikasi kalkulator kesehatan, yang bisa diunduh di Google Play bagi pengguna gadget berbasis android. Kalkulator tubuh

Laporan Hilmi Setiawan, Jakarta

USIL dan selalu ingin tahu. Begitulah gambaran singkat kepribadian Muhammad Adlan Arvyanda Ramly. Tetapi, dari situlah remaja kelahiran Jakarta, 27 Agustus 1996, itu mengasah diri menjadi seorang inovator andal.

Sudah ada tiga karya inovasi yang diciptakan Adlan. Yang paling baru adalah aplikasi kalkulator kesehatan yang bisa diunduh di Google Play bagi pengguna gadget berbasis android. Sesuai dengan fungsinya, aplikasi itu dia beri nama Pedia, Body Weight Calculator Shoes and Android Health Coach.

Adlan mengakui bahwa sebenarnya di jagat teknologi informasi dan komunikasi saat ini sudah banyak aplikasi kalkulator kesehatan. Nah, karya inovasi Adlan berusaha menciptakan aplikasi baru yang lebih fungsional dan akurat dalam pengukuran.

”Aplikasi bikinan saya saya jamin lebih valid akurasinya. Fungsinya juga banyak,” ungkap siswa kelas XII SMA Al Izhar Pondok Labu, Jakarta, itu saat ditemui di rumahnya, kawasan Pangkalan Jati, Jakarta, Minggu lalu (2/11).

Dia lantas menjelaskan sederet kegunaan aplikasi yang diciptakannya sejak Februari lalu tersebut. Aplikasi itu, antara lain, bisa menunjukkan berat badan, informasi kesehatan, dan analisis body mass index (BMI). Ia juga bisa menganalisis lemak tubuh, berat badan tanpa lemak, kebutuhan konsumsi kalori, dan tingkat metabolisme basal. Fungsi lain adalah menunjukkan grafik berat badan secara berkala dan merencanakan konsultasi dengan dokter melalui SMS, telepon, maupun e-mail.

Sebelumnya, Mei silam, aplikasi karya Adlan meraih medali emas dalam kontes International Invention, Innovation, and Technology Exhibition (ITEX) di Malaysia. Penghargaan serupa dia dapat dari kontes Korean Invention Promotion Association (KIPA) di Korea Selatan, juga pada Mei. Di Korea Selatan Adlan juga memperoleh special award di ajang Korea University Invention Association.

Selain itu, Adlan merebut medali perak di ajang Euro Invent di Rumania pada Juni. Sedangkan medali emas dia raih dalam olimpiade internasional bertajuk International Young Invention Award (IYIA) di Jakarta Juni lalu. Dalam olimpiade di Jakarta tersebut, Adlan bersaing dengan kontestan dari Polandia, Malaysia, Korea Selatan, Rumania, Thailand, Kanada, dan Kirgistan.

Namun, di antara semua kontes itu, Adlan paling berkesan saat mengikuti kontes terakhir di AS. Sebab, dalam lomba tersebut, sang inovator harus tampil untuk mempresentasikan di depan juri. ”Untuk kontes-kontes lain seperti di Malaysia, Eropa, dan Korea Selatan itu basisnya penilaian makalah inovasi,” ujarnya.

Adlan lalu menceritakan kiprahnya hingga berhasil menciptakan Pedia yang mendapatkan penghargaan dalam berbagai kontes tersebut. Semua bermula ketika awal tahun lalu dia ditunjuk sebagai pengurus OSIS di bidang penelitian dan teknologi. Ketika itu dia diberi tugas menggarap semacam kontes teknologi tingkat sekolah. Nah, dalam kegiatan tersebut, panitia menghadirkan Presiden Association of Young Innovator and Scientist Indonesia (AYISI) Andi Dwi Putra. Dari situlah Andi mencium bakat terpendam dari sosok Adlan yang kemudian didorongnya untuk menciptakan karya teknologi inovasi agar bisa diikutkan dalam olimpiade-olimpiade internasional yang masuk jaringan AYISI.

Gayung bersambut, Adlan langsung bergerak. Di sela-sela kesibukannya sekolah, dia menggarap proyek Pedia itu. Kebanyakan pada malam hari, mulai pukul 22.00 hingga 01.00.

’’Setiap malam dia lembur menggarap karyanya itu. Kamarnya sampai penuh dengan peralatan-peralatan yang diperlukan. Saya sebenarnya kasihan karena istirahatnya jadi berkurang,’’ kata Farida, ibunda Adlan.

Farida terkadang merasa heran dengan aktivitas anaknya yang tidak seperti kebanyakan anak-anak muda sekarang. Ketika teman-temannya asyik bermain ramai-ramai, Adlan tenggelam dalam kesibukan penelitian dan membuat karya inovasi.

’’Tapi, kami senang saja, wong kegiatannya sangat positif,’’ ujar Farida.

Adlan mengaku, aplikasi Pedia itu terinspirasi dari rasa prihatin melihat banyak orang terpaksa menjalani program diet. Nah, alat tersebut diciptakan untuk mempermudah orang mengetahui kondisi tubuhnya, apakah harus melakukan diet atau tidak.

’’Sebab, ada yang salah diet. Kondisi tubuhnya sebetulnya sudah ideal, tapi tetap diet. Akibatnya, tubuh jadi kekurangan asupan makan,’’ paparnya.

Dari situlah, Adlan lalu mencari materi kesehatan yang diperlukan untuk mengisi database aplikasinya. Dia meminta bantuan dr Maxwadi Maas, kerabatnya yang bekerja di RS Puri Cinere. Melalui komunikasi intensif dengan Maas itulah, Adlan bisa mengumpulkan rumus-rumus kesehatan dengan basis berat badan.

”Saya banyak dibantu saudara saya itu untuk mendapatkan database tersebut,” tegasnya.

Hobi Adlan membuat karya inovasi sudah terdeteksi sejak kecil. Misalnya, dia pernah penasaran dengan jarum jam yang terus berputar sehingga menjadi acuan waktu. Dia lalu membongkar jam dinding untuk dia teliti.

Adlan juga pernah membuat payung solar cell. Payung ”ajaib” karyanya itu bisa digunakan untuk mengisi baterai perlengkapan elektronik seperti handphone dan sejenisnya. Payung tersebut dilengkapi peranti yang mampu menangkap tenaga surya, yang kemudian disalurkan ke perangkat elektronik yang di-charging. ”Pernah dipakai tukang sayur supaya handphone¬-nya on terus,” ujar Adlan.

Karya inovasi Adlan lainnya adalah Gryllotalpoid, Robot Pembersih Saluran Air di Jakarta Masa Depan. Inovasi itu meraih juara kedua dalam kontes Indonesia Information and Communication Technology Award (Inaicta) 2013 yang diselenggarakan Kementerian Kominfo. Robot buatan Adlan tersebut memiliki moncong sejenis mesin bor. Moncong itu berfungsi untuk menghancurkan segala sumbatan kotoran di selokan-selokan. ”Banjir di Jakarta di antaranya disebabkan saluran air yang mampet,” ucapnya.

Sesuai dengan namanya, robot pengebor sumbatan sampah selokan tersebut terinspirasi dari serangga anjing tanah (orong-orong/gryllotalpidae). Hewan mungil itu memiliki sepasang kaki kuat di samping kepalanya. Sepasang kaki tersebut berfungsi menggali tanah untuk tempat tinggal. Dari situlah Adlan berhasil menciptakan robot pintar tersebut.

Berkat beragam prestasinya itu, Adlan sudah ”dipinang” sebuah perguruan tinggi swasta terkenal di Jakarta untuk kuliah gratis. Namun, dia belum memastikan apakah akan memanfaatkan beasiswa tersebut atau kuliah di kampus lain selulus SMA nanti. ”Intinya, saya ingin masuk kuliah kelompok teknik elektronika dan teknik komputer untuk mengembangkan hobi saya ini,” tegas dia. (*/c11/c10/c9/ari)

Foto: Hilmi Setiawan/Jawa Pos Kalkulator tubuh
Foto: Hilmi Setiawan/Jawa Pos
Muhammad Adlan Arvyanda Ramly menciptakan aplikasi kalkulator kesehatan, yang bisa diunduh di Google Play bagi pengguna gadget berbasis android. Kalkulator tubuh

Laporan Hilmi Setiawan, Jakarta

USIL dan selalu ingin tahu. Begitulah gambaran singkat kepribadian Muhammad Adlan Arvyanda Ramly. Tetapi, dari situlah remaja kelahiran Jakarta, 27 Agustus 1996, itu mengasah diri menjadi seorang inovator andal.

Sudah ada tiga karya inovasi yang diciptakan Adlan. Yang paling baru adalah aplikasi kalkulator kesehatan yang bisa diunduh di Google Play bagi pengguna gadget berbasis android. Sesuai dengan fungsinya, aplikasi itu dia beri nama Pedia, Body Weight Calculator Shoes and Android Health Coach.

Adlan mengakui bahwa sebenarnya di jagat teknologi informasi dan komunikasi saat ini sudah banyak aplikasi kalkulator kesehatan. Nah, karya inovasi Adlan berusaha menciptakan aplikasi baru yang lebih fungsional dan akurat dalam pengukuran.

”Aplikasi bikinan saya saya jamin lebih valid akurasinya. Fungsinya juga banyak,” ungkap siswa kelas XII SMA Al Izhar Pondok Labu, Jakarta, itu saat ditemui di rumahnya, kawasan Pangkalan Jati, Jakarta, Minggu lalu (2/11).

Dia lantas menjelaskan sederet kegunaan aplikasi yang diciptakannya sejak Februari lalu tersebut. Aplikasi itu, antara lain, bisa menunjukkan berat badan, informasi kesehatan, dan analisis body mass index (BMI). Ia juga bisa menganalisis lemak tubuh, berat badan tanpa lemak, kebutuhan konsumsi kalori, dan tingkat metabolisme basal. Fungsi lain adalah menunjukkan grafik berat badan secara berkala dan merencanakan konsultasi dengan dokter melalui SMS, telepon, maupun e-mail.

Sebelumnya, Mei silam, aplikasi karya Adlan meraih medali emas dalam kontes International Invention, Innovation, and Technology Exhibition (ITEX) di Malaysia. Penghargaan serupa dia dapat dari kontes Korean Invention Promotion Association (KIPA) di Korea Selatan, juga pada Mei. Di Korea Selatan Adlan juga memperoleh special award di ajang Korea University Invention Association.

Selain itu, Adlan merebut medali perak di ajang Euro Invent di Rumania pada Juni. Sedangkan medali emas dia raih dalam olimpiade internasional bertajuk International Young Invention Award (IYIA) di Jakarta Juni lalu. Dalam olimpiade di Jakarta tersebut, Adlan bersaing dengan kontestan dari Polandia, Malaysia, Korea Selatan, Rumania, Thailand, Kanada, dan Kirgistan.

Namun, di antara semua kontes itu, Adlan paling berkesan saat mengikuti kontes terakhir di AS. Sebab, dalam lomba tersebut, sang inovator harus tampil untuk mempresentasikan di depan juri. ”Untuk kontes-kontes lain seperti di Malaysia, Eropa, dan Korea Selatan itu basisnya penilaian makalah inovasi,” ujarnya.

Adlan lalu menceritakan kiprahnya hingga berhasil menciptakan Pedia yang mendapatkan penghargaan dalam berbagai kontes tersebut. Semua bermula ketika awal tahun lalu dia ditunjuk sebagai pengurus OSIS di bidang penelitian dan teknologi. Ketika itu dia diberi tugas menggarap semacam kontes teknologi tingkat sekolah. Nah, dalam kegiatan tersebut, panitia menghadirkan Presiden Association of Young Innovator and Scientist Indonesia (AYISI) Andi Dwi Putra. Dari situlah Andi mencium bakat terpendam dari sosok Adlan yang kemudian didorongnya untuk menciptakan karya teknologi inovasi agar bisa diikutkan dalam olimpiade-olimpiade internasional yang masuk jaringan AYISI.

Gayung bersambut, Adlan langsung bergerak. Di sela-sela kesibukannya sekolah, dia menggarap proyek Pedia itu. Kebanyakan pada malam hari, mulai pukul 22.00 hingga 01.00.

’’Setiap malam dia lembur menggarap karyanya itu. Kamarnya sampai penuh dengan peralatan-peralatan yang diperlukan. Saya sebenarnya kasihan karena istirahatnya jadi berkurang,’’ kata Farida, ibunda Adlan.

Farida terkadang merasa heran dengan aktivitas anaknya yang tidak seperti kebanyakan anak-anak muda sekarang. Ketika teman-temannya asyik bermain ramai-ramai, Adlan tenggelam dalam kesibukan penelitian dan membuat karya inovasi.

’’Tapi, kami senang saja, wong kegiatannya sangat positif,’’ ujar Farida.

Adlan mengaku, aplikasi Pedia itu terinspirasi dari rasa prihatin melihat banyak orang terpaksa menjalani program diet. Nah, alat tersebut diciptakan untuk mempermudah orang mengetahui kondisi tubuhnya, apakah harus melakukan diet atau tidak.

’’Sebab, ada yang salah diet. Kondisi tubuhnya sebetulnya sudah ideal, tapi tetap diet. Akibatnya, tubuh jadi kekurangan asupan makan,’’ paparnya.

Dari situlah, Adlan lalu mencari materi kesehatan yang diperlukan untuk mengisi database aplikasinya. Dia meminta bantuan dr Maxwadi Maas, kerabatnya yang bekerja di RS Puri Cinere. Melalui komunikasi intensif dengan Maas itulah, Adlan bisa mengumpulkan rumus-rumus kesehatan dengan basis berat badan.

”Saya banyak dibantu saudara saya itu untuk mendapatkan database tersebut,” tegasnya.

Hobi Adlan membuat karya inovasi sudah terdeteksi sejak kecil. Misalnya, dia pernah penasaran dengan jarum jam yang terus berputar sehingga menjadi acuan waktu. Dia lalu membongkar jam dinding untuk dia teliti.

Adlan juga pernah membuat payung solar cell. Payung ”ajaib” karyanya itu bisa digunakan untuk mengisi baterai perlengkapan elektronik seperti handphone dan sejenisnya. Payung tersebut dilengkapi peranti yang mampu menangkap tenaga surya, yang kemudian disalurkan ke perangkat elektronik yang di-charging. ”Pernah dipakai tukang sayur supaya handphone¬-nya on terus,” ujar Adlan.

Karya inovasi Adlan lainnya adalah Gryllotalpoid, Robot Pembersih Saluran Air di Jakarta Masa Depan. Inovasi itu meraih juara kedua dalam kontes Indonesia Information and Communication Technology Award (Inaicta) 2013 yang diselenggarakan Kementerian Kominfo. Robot buatan Adlan tersebut memiliki moncong sejenis mesin bor. Moncong itu berfungsi untuk menghancurkan segala sumbatan kotoran di selokan-selokan. ”Banjir di Jakarta di antaranya disebabkan saluran air yang mampet,” ucapnya.

Sesuai dengan namanya, robot pengebor sumbatan sampah selokan tersebut terinspirasi dari serangga anjing tanah (orong-orong/gryllotalpidae). Hewan mungil itu memiliki sepasang kaki kuat di samping kepalanya. Sepasang kaki tersebut berfungsi menggali tanah untuk tempat tinggal. Dari situlah Adlan berhasil menciptakan robot pintar tersebut.

Berkat beragam prestasinya itu, Adlan sudah ”dipinang” sebuah perguruan tinggi swasta terkenal di Jakarta untuk kuliah gratis. Namun, dia belum memastikan apakah akan memanfaatkan beasiswa tersebut atau kuliah di kampus lain selulus SMA nanti. ”Intinya, saya ingin masuk kuliah kelompok teknik elektronika dan teknik komputer untuk mengembangkan hobi saya ini,” tegas dia. (*/c11/c10/c9/ari)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/