27 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Pengangguran di Sumut 396 Ribu, Terbanyak Lulusan SMK, Disusul SMA

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Per Agustus 2018, jumlah usia produktif untuk bekerja di Sumut saat ini ada 7.124.000 orang. Atau naik 381 ribu orang dibanding Agustus tahun lalu. Dari jumlah itu, baru 6.728.000 orang yang bekerja. Sisanya 396 ribu berstatus pengangguran. Terbanyak lulusan SMK.

“Dibanding tahun lalu, jumlah penduduk bekerja bertambah 362 ribu orang. Sedangkan pengangguran bertambah 19 ribu orang. Dengan demikian, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Sumut naik 2,94 poin dibanding tahun lalu,” kata Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Bismark SP Sitinjak, kepada wartawan di Medan, Selasa (6/11).

Sejalan dengan naiknya jumlah angkatan kerja, TPAK juga meningkat. TPAK pada Agustus 2018 tercatat sebesar 71,82 persen. Naik 2,94 persen poin dibanding setahun yang lalu.

Sementara pengurangan pengangguran sebesar 19 ribu orang sejalan, dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang turun menjadi 5,56 persen pada Agustus 2018. Penurunan TPAK memberikan indikasi adanya penurunan potensi ekonomi dari sisi pasokan (supply) tenaga kerja.

“Dilihat dari tingkat pendidikan, TPT untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih mendominasi yaitu sebesar 9,65 persen,” kata Bismark.

Bismark menjelaskan, berdasarkan jenis kelamin, terdapat perbedaan TPAK antara laki-laki dan perempuan. Pada Agustus 2018, TPAK laki-laki sebesar 83,98 persen sementara TPAK perempuan hanya 59,97 persen.

Namun demikian, dibanding kondisi setahun yang lalu TPAK laki-laki dan perempuan masing-masing mengalami kenaikan sebesar 1,42 poin dan 4,42 poin
“Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat penawaran tenaga kerja yang tidak digunakan atau tidak terserap oleh pasar kerja. TPT pada Agustus 2017 sebesar 5,60 persen turun menjadi 5,56 persen pada Agustus 2018,” kata Bismark.

Dilihat dari tempat tinggalnya, TPT di perkotaan cenderung lebih tinggi dibanding di perdesaan. Pada Agustus 2018, TPT di perkotaan sebesar 7,03 persen. Sedangkan TPT di perdesaan hanya 3,92 persen. Dibanding setahun yang lalu, TPT di perkotaan mengalami penurunan sebesar 0,34 poin. Sedangkan TPT perdesaan meningkat sebesar 0,25 persen poin.

“Dilihat dari tingkat pendidikan pada Agustus 2018, TPT untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) paling tinggi di antara tingkat pendidikan lain, yaitu sebesar 9,65 persen. TPT tertinggi berikutnya terdapat Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 7,19 persen. Dengan kata lain, ada penawaran tenaga kerja yang berlebih terutama pada tingkat pendidikan SMK dan SMA,” tutur Bismark.

Mereka yang berpendidikan rendah cenderung mau menerima pekerjaan apa saja. Dapat dilihat dari TPT SD ke bawah paling kecil di antara semua tingkat pendidikan, yaitu sebesar 2,80 persen. Dibanding kondisi tahun lalu, peningkatan TPT terjadi pada tingkat SMK dan diploma I/II/III. Sedangkan tingkat pendidikan lainnya menurun.

“Dalam setahun terakhir, persentase penduduk bekerja berpendidikan SD ke bawah menurun dari 30,03 persen pada Agustus 2017, menjadi 28,43 persen pada Agustus 2018. Begitu juga dengan penduduk berpendidikan diploma I/II/III dari 11,79 persen menjadi 13,15 persen. Sementara persentase penduduk bekerja berpendidikan lainnya meningkat,” ungkapnya.

Untuk diketahui, Penduduk Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, penyerapan tenaga kerja hingga Agustus 2018 masih didominasi oleh penduduk bekerja berpendidikan rendah. Yaitu SD ke bawah sebanyak 1.912 ribu orang (28,43 persen). SMA sebanyak 1.667 ribu orang (24,78 persen). SMP sebanyak 1.421 ribu orang (21,12 persen). Dan SMK sebanyak 884 ribu orang (13,15 persen).

Selanjutnya, penduduk bekerja berpendidikan tinggi (diploma ke atas) ada sebanyak 842 ribu orang (12,52 persen). Mencakup 200 ribu orang berpendidikan Diploma dan 642 ribu orang berpendidikan Universitas.

Untuk penduduk bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama Kondisi ketenagakerjaan, baik menyangkut tingkat pengangguran dan penduduk yang bekerja, tidak terlepas dari kinerja sektor-sektor perekonomian yang ada.

Sebanyak 3.816 ribu orang (56,72 persen) bekerja pada kegiatan informal. Selama setahun terakhir, dari Agustus 2017 yang besarnya 58 persen, pekerja informal turun hingga 1,28 poin. “Dari 6,728 juta orang bekerja, sebagian besar penduduk bekerja pada Agustus 2018, yaitu sekitar 4,58 juta orang (68,07 persen) merupakan pekerja penuh (jam kerja minimal 35 jam per minggu). Sementara penduduk yang bekerja dengan jam kerja 1–7 jam memilik persentase yang paling kecil, yaitu sebesar 2,37 persen,” jelas Bismark.

“Jumlah penduduk yang bekerja pada tiap sektor menunjukkan kemampuan sektor tersebut dalam penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan lapangan pekerjaan utama pada Agustus 2018, penduduk Sumatera Utara paling banyak bekerja pada Sektor Pertanian. Yaitu sebanyak 2.390 ribu orang (35,53 persen). Disusul oleh Sektor Perdagangan dan Industri Pengolahan masing-masing sebanyak 1.210 ribu orang (17,99 persen) dan 687 ribu orang (10,22 persen),” jelasnya.

Kemudian, dilihat berdasarkan tren lapangan pekerjaan selama Agustus 2017-Agustus 2018, lapangan pekerjaan yang mengalami peningkatan persentase penduduk bekerja terutama pada Industri Pengolahan (0,69 poin), Penyediaan Akomodasi (0,63 poin), dan Jasa Pendidikan (0,37 poin). Sedangkan yang mengalami penurunan utamanya pada Pertanian (1,99 poin), Jasa Perusahaan (0,40 poin) dan Konstruksi (0,12 poin). (gus)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Per Agustus 2018, jumlah usia produktif untuk bekerja di Sumut saat ini ada 7.124.000 orang. Atau naik 381 ribu orang dibanding Agustus tahun lalu. Dari jumlah itu, baru 6.728.000 orang yang bekerja. Sisanya 396 ribu berstatus pengangguran. Terbanyak lulusan SMK.

“Dibanding tahun lalu, jumlah penduduk bekerja bertambah 362 ribu orang. Sedangkan pengangguran bertambah 19 ribu orang. Dengan demikian, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Sumut naik 2,94 poin dibanding tahun lalu,” kata Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Bismark SP Sitinjak, kepada wartawan di Medan, Selasa (6/11).

Sejalan dengan naiknya jumlah angkatan kerja, TPAK juga meningkat. TPAK pada Agustus 2018 tercatat sebesar 71,82 persen. Naik 2,94 persen poin dibanding setahun yang lalu.

Sementara pengurangan pengangguran sebesar 19 ribu orang sejalan, dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang turun menjadi 5,56 persen pada Agustus 2018. Penurunan TPAK memberikan indikasi adanya penurunan potensi ekonomi dari sisi pasokan (supply) tenaga kerja.

“Dilihat dari tingkat pendidikan, TPT untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih mendominasi yaitu sebesar 9,65 persen,” kata Bismark.

Bismark menjelaskan, berdasarkan jenis kelamin, terdapat perbedaan TPAK antara laki-laki dan perempuan. Pada Agustus 2018, TPAK laki-laki sebesar 83,98 persen sementara TPAK perempuan hanya 59,97 persen.

Namun demikian, dibanding kondisi setahun yang lalu TPAK laki-laki dan perempuan masing-masing mengalami kenaikan sebesar 1,42 poin dan 4,42 poin
“Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat penawaran tenaga kerja yang tidak digunakan atau tidak terserap oleh pasar kerja. TPT pada Agustus 2017 sebesar 5,60 persen turun menjadi 5,56 persen pada Agustus 2018,” kata Bismark.

Dilihat dari tempat tinggalnya, TPT di perkotaan cenderung lebih tinggi dibanding di perdesaan. Pada Agustus 2018, TPT di perkotaan sebesar 7,03 persen. Sedangkan TPT di perdesaan hanya 3,92 persen. Dibanding setahun yang lalu, TPT di perkotaan mengalami penurunan sebesar 0,34 poin. Sedangkan TPT perdesaan meningkat sebesar 0,25 persen poin.

“Dilihat dari tingkat pendidikan pada Agustus 2018, TPT untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) paling tinggi di antara tingkat pendidikan lain, yaitu sebesar 9,65 persen. TPT tertinggi berikutnya terdapat Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 7,19 persen. Dengan kata lain, ada penawaran tenaga kerja yang berlebih terutama pada tingkat pendidikan SMK dan SMA,” tutur Bismark.

Mereka yang berpendidikan rendah cenderung mau menerima pekerjaan apa saja. Dapat dilihat dari TPT SD ke bawah paling kecil di antara semua tingkat pendidikan, yaitu sebesar 2,80 persen. Dibanding kondisi tahun lalu, peningkatan TPT terjadi pada tingkat SMK dan diploma I/II/III. Sedangkan tingkat pendidikan lainnya menurun.

“Dalam setahun terakhir, persentase penduduk bekerja berpendidikan SD ke bawah menurun dari 30,03 persen pada Agustus 2017, menjadi 28,43 persen pada Agustus 2018. Begitu juga dengan penduduk berpendidikan diploma I/II/III dari 11,79 persen menjadi 13,15 persen. Sementara persentase penduduk bekerja berpendidikan lainnya meningkat,” ungkapnya.

Untuk diketahui, Penduduk Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, penyerapan tenaga kerja hingga Agustus 2018 masih didominasi oleh penduduk bekerja berpendidikan rendah. Yaitu SD ke bawah sebanyak 1.912 ribu orang (28,43 persen). SMA sebanyak 1.667 ribu orang (24,78 persen). SMP sebanyak 1.421 ribu orang (21,12 persen). Dan SMK sebanyak 884 ribu orang (13,15 persen).

Selanjutnya, penduduk bekerja berpendidikan tinggi (diploma ke atas) ada sebanyak 842 ribu orang (12,52 persen). Mencakup 200 ribu orang berpendidikan Diploma dan 642 ribu orang berpendidikan Universitas.

Untuk penduduk bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama Kondisi ketenagakerjaan, baik menyangkut tingkat pengangguran dan penduduk yang bekerja, tidak terlepas dari kinerja sektor-sektor perekonomian yang ada.

Sebanyak 3.816 ribu orang (56,72 persen) bekerja pada kegiatan informal. Selama setahun terakhir, dari Agustus 2017 yang besarnya 58 persen, pekerja informal turun hingga 1,28 poin. “Dari 6,728 juta orang bekerja, sebagian besar penduduk bekerja pada Agustus 2018, yaitu sekitar 4,58 juta orang (68,07 persen) merupakan pekerja penuh (jam kerja minimal 35 jam per minggu). Sementara penduduk yang bekerja dengan jam kerja 1–7 jam memilik persentase yang paling kecil, yaitu sebesar 2,37 persen,” jelas Bismark.

“Jumlah penduduk yang bekerja pada tiap sektor menunjukkan kemampuan sektor tersebut dalam penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan lapangan pekerjaan utama pada Agustus 2018, penduduk Sumatera Utara paling banyak bekerja pada Sektor Pertanian. Yaitu sebanyak 2.390 ribu orang (35,53 persen). Disusul oleh Sektor Perdagangan dan Industri Pengolahan masing-masing sebanyak 1.210 ribu orang (17,99 persen) dan 687 ribu orang (10,22 persen),” jelasnya.

Kemudian, dilihat berdasarkan tren lapangan pekerjaan selama Agustus 2017-Agustus 2018, lapangan pekerjaan yang mengalami peningkatan persentase penduduk bekerja terutama pada Industri Pengolahan (0,69 poin), Penyediaan Akomodasi (0,63 poin), dan Jasa Pendidikan (0,37 poin). Sedangkan yang mengalami penurunan utamanya pada Pertanian (1,99 poin), Jasa Perusahaan (0,40 poin) dan Konstruksi (0,12 poin). (gus)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/