25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Antisipasi Banjir Melanda Medan, Gubsu Rapat Bahas Sampah

BANJIR: Suasana banjir di kawasan pemukimandi Jalan Brigjen Katamso, Medan, beberapa waktu lalu. Gubsu menggelar rapat bersama pada Selasa (7/1), guna penanganan sampah di Kota Medan sebagai salah satu penyebab banjir.
BANJIR: Suasana banjir di kawasan pemukimandi Jalan Brigjen Katamso, Medan, beberapa waktu lalu. Gubsu menggelar rapat bersama pada Selasa (7/1), guna penanganan sampah di Kota Medan sebagai salah satu penyebab banjir.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Persoalan banjir besar yang melanda Kota Jakarta, membuat Gubernur Sumut (Gubsu) Edy Rahmayadi was-was jika banjir besar juga melanda Kota Medan. Karenanya, Gubsu ikut turun menangani sampah di Kota Medan yang dinilainya bisa menyebabkan banjir besar.

“Tadi rapat juga soal sampah itu, sampah memang polemik kita. Begitu sulitnya kita ngurusi sampah,” kata Edy kepada wartawan, Selasa (7/1).

Edy juga menyebut sampah-sampah ini jika dibiarkan akan menyebabkan banjir di Kota Medan. “Sampah ini kalau tidak kita tangani dengan cepat, ya akhirnya seperti itu (banjir),” jelas Edy.

Seperti diketahui, pada April 2019 lalu, dilakukan penandatanganan memorandum of understanding (MoU) antara PT Pembangunan Prasarana Sumatera Utara (PPSU) dengan HGNS inc, di Aula Raja Inal Siregar, Kantor Gubernur Jalan Diponegoro, Medan.

KANAL: Warga melihat aliran Kanal, Deli Tua Medan yang banyak membawa sampah, belum lama ini. Sampai saat ini warga Kota Medan banyak yang membuang sampai di sungai hingga aliran kanal.
TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
KANAL: Warga melihat aliran Kanal, Deli Tua Medan yang banyak membawa sampah, belum lama ini. Sampai saat ini warga Kota Medan banyak yang membuang sampai di sungai hingga aliran kanal. TRIADI WIBOWO/SUMUT POS

Penandatanganan MoU antara PT PPSU dan perusahaan asal Korea, HGNS inc tersebut, dalam rangka kerja sama tentang pengelolaan sampah di Kota Medan, Binjai, Deliserdang (Mebidangro) dan sekirarnya. Lahan telah disiapkan 100 hektare di daearah Tuntungan, Deliserdang untuk penempatan sampah.

Edy Rahmayadi mengatakan, persoalan sampah merupakan hal yang penting dan menjadi prioritas untuk segera diselesaikan. Jika tidak, hal itu akan menjadi preseden buruk bagi Sumut ke depan. “Sehebat apapun kita, jika sampah tak selesai, menjadi polusi, dan akhirnya kita tak sehat,” kata Edy saat itun

Ia pun mengharapkan, Kota Medan dan sekitarnya dapat mejadi kota yang bersih dan sehat. Sehingga orang yang tinggal dan singgah merasa nyaman. “Membuat kita sehat dan membuat kita panjang umur,” ujarnya.

Edy menyatakan, dirinya telah disiapkan lahan 100 hektare di daearah Tuntungan, Deliserdang. Di sana akan dijadikan tempat pengolahan sampah. “Itu mau saya jadikan tempat sampah yang menghasilkan, saya mau itu jadi tempat rekreasi, bayangin orang bisa rekreasi di sini,” katanya.

Lebih lanjut, mantan Pangkostrd itu menginginkan, Kota Medan menjadi kota yang terbaik di Indonesia. “Saya harap Kota Medan, Ibukota Sumatera Utara menjadi kota terbaik di Indonesia dan Asia. Saya yakin itu bisa,” harapnya.

Untuk diketahui, HGNS adalah perusahaan konsultan atau penyedia solusi di bidang pengolaan limbah yang berbasis di Seoul Korea. Diinformasikan, HGNS telah banyak melakukan kerjasama dengan negara lain.

Di lain pihak, Pemerintah Kota (Pemko) Medan juga sudah mencari investor untuk mengelola sampah menjadi bentuk lainnya. Sayangnya, meski investornya cukup banyak, namun belum ada yang terealisasi.

Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Medan, Akhyar Nasution mengatakan, dari feasibility study yang dilakukan investor, hasilnya memperlihatkan kelayakan secara finansial. Investor sebenarnya sudah melakukan feasibility study untuk menilai kelayakan salah satunya terkait finansial. Bukan masalah besarnya nilai investasi. Besarpun, kata dia, kalau menguntungkan pasti akan berjalan. “Jadi kita mencari investor yang lain yang mungkin punya teknologi yang lebih efektif dan efisien,” katanya.

Dikatakan Akhyar, Kota Medan setiap harinya menghasilkan sebanyak 2.000 ton setiap harinya. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.500 ton sampah telah diangkut Pemko Medan melalui Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan. Lalu, 300 ton sampah telah diambil goni botot, termasuk sejumlah bank sampah dan 50 ton sampah lagi diambil para pemulug.

Sisanya yang 150 ton lagi, ungkap Akhyar, disembunyikan masyarakat di lahan-lahan kosong sehingga menyulitkan Dinas Kebersihan dan Pertamanan mengangkutnya. “Sampah yang 150 ton ini baru ketahun setelah menumpuk dan menyebarkan bau busuk. Selain ditumpuk di lahan kosong, sampah itu juga dibuang ke parit maupun sungai. Inilah yang menjadi kendala kita selama ini,” kata Akhyar. (prn/bbs/ila)

BANJIR: Suasana banjir di kawasan pemukimandi Jalan Brigjen Katamso, Medan, beberapa waktu lalu. Gubsu menggelar rapat bersama pada Selasa (7/1), guna penanganan sampah di Kota Medan sebagai salah satu penyebab banjir.
BANJIR: Suasana banjir di kawasan pemukimandi Jalan Brigjen Katamso, Medan, beberapa waktu lalu. Gubsu menggelar rapat bersama pada Selasa (7/1), guna penanganan sampah di Kota Medan sebagai salah satu penyebab banjir.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Persoalan banjir besar yang melanda Kota Jakarta, membuat Gubernur Sumut (Gubsu) Edy Rahmayadi was-was jika banjir besar juga melanda Kota Medan. Karenanya, Gubsu ikut turun menangani sampah di Kota Medan yang dinilainya bisa menyebabkan banjir besar.

“Tadi rapat juga soal sampah itu, sampah memang polemik kita. Begitu sulitnya kita ngurusi sampah,” kata Edy kepada wartawan, Selasa (7/1).

Edy juga menyebut sampah-sampah ini jika dibiarkan akan menyebabkan banjir di Kota Medan. “Sampah ini kalau tidak kita tangani dengan cepat, ya akhirnya seperti itu (banjir),” jelas Edy.

Seperti diketahui, pada April 2019 lalu, dilakukan penandatanganan memorandum of understanding (MoU) antara PT Pembangunan Prasarana Sumatera Utara (PPSU) dengan HGNS inc, di Aula Raja Inal Siregar, Kantor Gubernur Jalan Diponegoro, Medan.

KANAL: Warga melihat aliran Kanal, Deli Tua Medan yang banyak membawa sampah, belum lama ini. Sampai saat ini warga Kota Medan banyak yang membuang sampai di sungai hingga aliran kanal.
TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
KANAL: Warga melihat aliran Kanal, Deli Tua Medan yang banyak membawa sampah, belum lama ini. Sampai saat ini warga Kota Medan banyak yang membuang sampai di sungai hingga aliran kanal. TRIADI WIBOWO/SUMUT POS

Penandatanganan MoU antara PT PPSU dan perusahaan asal Korea, HGNS inc tersebut, dalam rangka kerja sama tentang pengelolaan sampah di Kota Medan, Binjai, Deliserdang (Mebidangro) dan sekirarnya. Lahan telah disiapkan 100 hektare di daearah Tuntungan, Deliserdang untuk penempatan sampah.

Edy Rahmayadi mengatakan, persoalan sampah merupakan hal yang penting dan menjadi prioritas untuk segera diselesaikan. Jika tidak, hal itu akan menjadi preseden buruk bagi Sumut ke depan. “Sehebat apapun kita, jika sampah tak selesai, menjadi polusi, dan akhirnya kita tak sehat,” kata Edy saat itun

Ia pun mengharapkan, Kota Medan dan sekitarnya dapat mejadi kota yang bersih dan sehat. Sehingga orang yang tinggal dan singgah merasa nyaman. “Membuat kita sehat dan membuat kita panjang umur,” ujarnya.

Edy menyatakan, dirinya telah disiapkan lahan 100 hektare di daearah Tuntungan, Deliserdang. Di sana akan dijadikan tempat pengolahan sampah. “Itu mau saya jadikan tempat sampah yang menghasilkan, saya mau itu jadi tempat rekreasi, bayangin orang bisa rekreasi di sini,” katanya.

Lebih lanjut, mantan Pangkostrd itu menginginkan, Kota Medan menjadi kota yang terbaik di Indonesia. “Saya harap Kota Medan, Ibukota Sumatera Utara menjadi kota terbaik di Indonesia dan Asia. Saya yakin itu bisa,” harapnya.

Untuk diketahui, HGNS adalah perusahaan konsultan atau penyedia solusi di bidang pengolaan limbah yang berbasis di Seoul Korea. Diinformasikan, HGNS telah banyak melakukan kerjasama dengan negara lain.

Di lain pihak, Pemerintah Kota (Pemko) Medan juga sudah mencari investor untuk mengelola sampah menjadi bentuk lainnya. Sayangnya, meski investornya cukup banyak, namun belum ada yang terealisasi.

Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Medan, Akhyar Nasution mengatakan, dari feasibility study yang dilakukan investor, hasilnya memperlihatkan kelayakan secara finansial. Investor sebenarnya sudah melakukan feasibility study untuk menilai kelayakan salah satunya terkait finansial. Bukan masalah besarnya nilai investasi. Besarpun, kata dia, kalau menguntungkan pasti akan berjalan. “Jadi kita mencari investor yang lain yang mungkin punya teknologi yang lebih efektif dan efisien,” katanya.

Dikatakan Akhyar, Kota Medan setiap harinya menghasilkan sebanyak 2.000 ton setiap harinya. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.500 ton sampah telah diangkut Pemko Medan melalui Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan. Lalu, 300 ton sampah telah diambil goni botot, termasuk sejumlah bank sampah dan 50 ton sampah lagi diambil para pemulug.

Sisanya yang 150 ton lagi, ungkap Akhyar, disembunyikan masyarakat di lahan-lahan kosong sehingga menyulitkan Dinas Kebersihan dan Pertamanan mengangkutnya. “Sampah yang 150 ton ini baru ketahun setelah menumpuk dan menyebarkan bau busuk. Selain ditumpuk di lahan kosong, sampah itu juga dibuang ke parit maupun sungai. Inilah yang menjadi kendala kita selama ini,” kata Akhyar. (prn/bbs/ila)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/