Cinta Segitiga Berujung Duka
MEDAN- Bidan Puskesmas Teladan, Nurmala Dewi br Tinambunan (31), ditembak orang tak dikenal (OTK) tepat di depan rumahnya, Kamis (7/2) sekira pukul 15.00 WIB. Warga Jalan Pertahanan Gang Indah, Dusun V, Kecamatan Patumbak, Deliserdang itu sama sekali tak bisa diselamatkan. Dia terkapar di pinggir parit dan tewas saat dirawat di rumah sakit.
Insiden sadis itu terjadi, saat korban bersama ibunya, Suryani Br Hotang (50), baru turun dari angkutan umum.. Begitu turun dari angkutan tersebut, secara tiba-tiba seorang pria mengenakan helm tertutup dan mengendarai sepeda motor Yamaha Mio warna putih datang dan langsung menembak Dewi. Akibatnya, sebuah peluru mengenai perut kanan hingga menembus tulang rusuk kiri.
Spontan, sulung dari 3 bersaudara itu rubuh bersimbah darah di depan pagar pintu rumahnya. Sedangkan tersangka yang ketika itu mengenakan helm tutup warna hitam, memakai baju kemeja kotak-kotak serta celana jeans biru langsung balik kanan dan tancap gas.
“Kita sudah mengamankan barang bukti 1 buah selongsong peluru serta mengamankan 2 orang saksi yang masih kita periksa. Untuk motifnya masih kita selidiki,” jelas Kapolsek Patumbak, Kompol Triyadi di lokasi kejadian.
Amatan Sumut Pos hingga pukul 17.50 WIB di lokasi kejadian, sejumlah polisi masih melakukan penyisiran, mencari peluru yang menembus tubuh korban hingga mengenai pagar rumah.
Anak Sintua
Sementara tangis histeris, kembali pecah saat ayah korban, Lismen Tinambunan (56) yang merupakan Sintua di Gereja HKBP Jalan Pertahanan Gang Amal dan selama ini tinggal di Besitang, tiba di rumah duka.
Sebelumnya, korban dibawa ibu korban, warga dan polisi ke RS Estomihi di Jalan Sisingamangaraja, Medan. Tapi, ajal telah menjemputnya di rumah sakit tersebut. Polisi dan warga langsung memutuskan membawa korban ke RSU Pirngadi Medan untuk keperluan otopsi.
Di RSU Pirngadi Medan, ibu korban, Suryani Br Hotang mengatakan, pulang kerja bersamaan pulangnya. “Kami sama pulang, pas mau masuk rumah korban ditembak,” ucapnya ibu korban histeris.
Pegawai Departemen Sosial itu mengatakan, dirinya tidak mengenali pelaku penembakan. Pasalnya, pelaku mengenakan helm tertutup. Memang, bulan sembilan lalu korban minta pindah tugas dari Nias. Pasalnya selama di Nias korban sempat mendapat teror. “Memang dia sudah lama diteror, tapi saya tidak tahu pasti apa sebenarnya penyebab penembakan ini,” ungkapnya.
Sementara itu, Br Sitinjak (45) yang merupakan tetangga korban mengatakan, pelaku memakai jaket hitam dan mengendarai sepeda motor mio putih yang datang dari arah Delitua. “Orangnya seperti aparat TNI, cepat geraknya padahal pelakunya sendiri. Kasian kali dia sering dapat teror belakangan ini,” jelasnya.
Bolak-balik Diteror
Saksi lainnya, L Marbun (43) mengatakan korban sudah bertahun-tahun diteror. Selama ini, memang punya masalah percintaan. Hal yang sama disampaikan paman korban yang sering disapa Nainggolan. Selama 6 bulan terakhir, korban dan keluarga sudah 4 kali mengalami pengancaman. Sebelum kejadian kali ini, rumah korban pernah dibakar Agustus tahun lalu, tapi cepat ketahuan dan mampu dipadamkan sehingga tidak membakar seluruh bagian rumah. “Sering ini dapat ancaman dari orang tidak dikenal,” ungkapnya.
Akhirnya, ibu korban buka mulut kepada wartawan, Suryani menjelaskan, anaknya pernah menjalin hubungan dengan BS yang bekerja di Batam. Setelah beberapa lama menjalin hubungan, IP selaku atasan kerja BS mengancam korban. Atas dasar ancaman IP, keluarga mengaku menaruh kecurigaan terhadap IP.
“Kami pernah diancam dan pernah kami laporkan kejadian yang kami alami ini ke polisi (Polsekta Patumbak dan Poldasu, Red),” ucapnya.
Dengan kejadian ini, polisi terus melakukan penyelidikkan dan olah TKP, hingga usai kumandang azan magrib, polisi masih terus melakukan olah TKP dan memintai keterangan warga sekitar atas kejadian tersebut.
Pantauan di lokasi ditemukan sebuah selongsong peluru senjata api. Berdasarkan jenis proyektil, diduga pelaku menggunakan senjata api jenis FN. Namun untuk hasil akurat, polisi masih menunggu hasil Labfor Polresta Medan. Untuk memastikan jenis senjata yang digunakan pelaku, polisi menerjunkan tim identifikasi dari Polresta Medan.
Informasi yang diperoleh Sumut Pos di lokasi kejadian, aksi teror yang dialami korban bermula saat korban bertugas sebagai bidan di Kabupaten Nias. Ketika itu, korban pernah ditikam oleh seorang pria tak dikenal yang menjadi suruhan seseorang. Penikaman ini didasari cinta segitiga. Pria itu disuruh menikam korban karena perempuan lain cemburu. Kekasih korban kabarnya menjalin cinta dengan perempuan lain. Dan, perempuan lain itulah yang menyuruh lelaki tadi. Dengan kejadian itu, korban pun pindah tugas ke Medan.
Tapi, teror belum usai. Setelah bertugas di Kota Medan, rumah korban hampir dibakar oleh seorang pria. Peristiwa itu terjadi 3 bulan lalu. Selanjutnya, pada 1 bulan lalu, korban nyaris ditikam lagi. Penikaman itu bisa digagalkan ibu korban. Akibatnya, lengan sang ibu terluka parah. “Aku tadi lagi di dalam rumah, tiba-tiba terdengar suara letusan keras. Aku keluar dan melihat dia (korban) terbaring di dekat parit depan rumahnya itu,” kata Br Napitupulu alias Opung Dini (74) yang tinggal tepat di samping rumah Dewi.
“Mungkin ini soal asmara. Karena sudah berulang kali dia itu (Dewi) mengalami teror hingga kami warga sini sampai ketakutan karena yang meneror itu terbilang nekat. Sejak kejadian teror itu, dia selalu diantar dan dijemput kalau bekerja,” tambah Opung Dini. (gus/mag-10/mag-2)