26.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Awie Dihabisi Dua Rekan Bisnis

  • Otak Pembunuhan Bernama Sun An alias Anlang dan Ang Ho
  • 4 Eksekutor dan 3 Tersangkan Lain Masuk DPO

MEDAN-Dua toke ikan di Belawan, rekan bisnis Toh Ce Wie alias A Wie alias Suwito alias Wito (34) ternyata otak di balik pembunuhan Wito dan istrinya Lim Chi Chi alias Dora Halim (30). Keduanya, Sun An alias Anlang (50), warga Komplek Perumahan Teluk Gong 47 RT02/RW08, Jakarta Utara dan Ang Ho (33) Warga Citra V Blok D3/12, Kelurahan Kamal, Kecamatan Kalideres Kota, Jakarta Barat sudah diringkus polisi sejak Jumat (1/4) lalu.
Sun An diamankan dari sebuah tempat di Tanjung Balai, Kabupaten Asahan sedangkan Ang Ho diciduk dari Hotel JW Marriot. Dari kedua tersangka, polisi mengamankan barang bukti mobil Kijang Innova warna putih BK 1640 KP, empat unit helm titipan Sun Ann.

7 selongsong peluru kaliber 45 mm dan 10 serpihan proyektil ukuran 9 mm serta rekaman CCTV pada saat di hotel JW Mariot, Hotel Asahan dan Cambridge Plaza. Keempat helm diduga digunakan eksekutor saat menghabisi pasangan suami istri itu di garasi mobilnya di Jalan Bambu III nomor 50, Kelurahan Durian, Kecamatan Medan Timur.
“Pelaku dan korban saling kenal dan kedua tersangka merupakan perencana (pembunuhan),” terang Kapolda Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro, dalam paparannya Mapolresta Medan, Kamis (7/4).

Berdasarkan hasil penyelidikan, motif pelaku menghabisi nyawa Awie dan Dora murni dendam karena persaingan bisnis perikanan di Pelabuhan Belawan serta pelelangan kapal asing hasil tangkapan nelayan Malaysia. “Padahal mereka ini berteman. Hanya karena dendam pribadi ingin mendapatkan lelang kapal makanya pelaku nekat menghabisinya,” cetusnya.

Informasi yang diperoleh dari sumber terpercaya menyebutkan, pelaku dendam karena Awie selalu memenangkan tender ikan dan kapalnya. Dalam dua tahun terakhir, Awie disebut sudah memenangkan lelang 12 kapal ikan tersebut. “Lelang tak pernah jatuh kepada pengusaha manapun, selalu saja Awi yang memenangkan. Saya tidak tahu kenapa dia terus yang memenangkan lelangnya,” ujar seorang pengusaha ikan di Belawan.

Penangkapan kedua otak pelaku pembunuhan Rabu, 30 Maret malam itu berhasil dilakukan setelah mengembangkan hasil pemeriksaan 15 saksi. “Tim bekerja semaksimal. Dua Hari setelah kejadian, tim berhasil meringkus tersangka di dua tempat terpisah bersama barang buktinya,” ujar Wisjnu didampingi Kapolresta Medan, Kombes Pol Tagam Sinaga, Dir Binmas, Kombes Pol Heri Subiansaori dan Dir Reskrim Poldasu, Kombes Pol Agus Ardiyanto.

Selain Sun An dan Ang Ho, polisi tengah memburu eksekutor pembunuhan dan tiga orang yang membantu merencanakan penembakan. Polisi masih mencari nama-nama eksekutor dan sudah memasukkannya dalam daftar pencarian orang (DPO). Sedangkan identitas tiga tersangka lain sudah diketahui. Diantaranya adalah Acui alias Halim Winata alias Jakson (36), pemilik UD Melindo Thai, pengelolahan kilang ikan di Belawan. Acui mempunyai alamat ganda, Jalan Kampung Gusti, Jakarta Utara dan Jalan Pinus Komplek Cemara, Medan. Acui disebut-sebut berperan sebagai perantara otak pembunuhan dengan eksekutor. Sementara Polisi juga memburu anak Sun An, yaitu A Li alias Toni (37) yang membantu mengantar ke penyeberangan terhadap eksekutor. A Li diburu berdasarkan hasil pemeriksaan CCTV di pusat perbelanjaan Cambridge Jalan S Parman. A Li tertangkap CCTV saat membuntutui Awie dan keluarganya di Camridge sebelum tewas ditembak, Selasa (29/3) malam. A Li diduga berperan sebagai pemberitahu eksekutor saat akan beraksi. Tapi, saat ini polisi kebingungan. Pasalnya, otak pelaku sudah berhasil ditangkap, namun eksekutor belum berhasil ditangkap. “Bingunglah, otak pelaku sudah ditangkap, tapi eksekutornya belum,” kata pria berambut ikal ini.

Penangkapan Aciu diharapkan dapat memberi titik terang aksi penembakan tersebut. “Tinggal tunggu waktu bagi tim untuk meringkusnya,” tegas Kapolda.

Untuk mencegah Aciu melarikan diri ke luar negeri, polisi di Sumut bekerja sama dengan Mabes Polri melayangkan surat cegah tangkal (cekal) kepada pihak imigrasi. “Aciu diketahui memiliki paspor nomor 763508 pelaku tidak akan jauh pergi,” beber Wisjnu kemudian memperlihatkan gambar Acui.
Tetapi berdasarkan hasil pelacakan signal HP milik Acui, warga Jakarta ini diketahui telah melarikan diri ke Singapura. Sebab itu, Polda Sumut telah menyurati NCB-Interpol Indonesia untuk menangkap A Cui. “Kita telah surati NCB, mudah-mudahan bisa kita ditangkap,” tegas Kapolda.

Wisjnu menyarankan seluruh DPO yang sudah diketahui identitasnya untuk menyerahkan diri ke Polresta Medan atau ke kantor polisi terdekat. “Sekali lagi saya imbau kepada pelaku yang menjadi DPO untuk menyerahkan diri, identitas kalian sudah diketahui,” bebernya dengan senyuman.

Ditanya apakah polisi disiapkan menembak mati tersangka yang membandel, Wisjnu ragu menjawabnya. “Nanti kalau kita tembak dibilang masyarakat kita melanggar HAM. Tapi kalau tersangka melakukan perlawanan, kita akan habisi,” pungkasnya.

Di tempat terpisah, Dir Reskrim Poldasu, Kombes Pol Agus Ardiyanto menegaskan, semua tersangka mulai dari otak pelaku, eksekutor dan yang ikut membantu, seluruhnya warga keturunan. “Semuanya warga Tionghoa,” kata Agus dengan nada tinggi saat disinggung dengan identitas eksekutor penembakan tersebut.

Sementara Kapolresta Medan, Kombes Pol Tagam Sinaga masih belum puas sebelum meringkus eksekutor dan orang yang membantu eksekusi tersebut. Dia berjanji akan berupaya maksimal meski mengaku sangat lelah karena harus bekerja sampai 24 jam dan ikut turun ke lokasi. “Memburu pelaku memang capek. Tapi kita terus bekerja untuk bisa mengungkap seluruh pelaku yang terlibat dalam penembakan tersebut,” kata Tagam.

Kapal Malaysia di Gudang Awie

Terkait penangkapan kapal ikan asing yang melakukan praktik illegal fishing di wilayah perairan Indonesia, Kepala Stasiun Pengawasan Sumber Daya Perikanan (PSDKP) Belawan, Muktar, membenarkan hal itu. “Bila ada kapal ikan asing yang masuk ke daerah kita maka akan kita tangkap selanjutnya diproses,” katanya, kemarin.

Ditanya kemungkinan Awie dibunuh akibat persaingan bisnis terkait pelelangan ikan dan kapal hasil tangkapan pihaknya, Muktar tidak mau berkomentar. “Kalaupun ada pelelangan (ikan dan kapalnya), mungkin (dilakukan) instansi lain,” ujarnya mengelak.

Namun, Muktar tidak membantah pihaknya pernah menangkap kapal milik Malaysia dan akhirnya dilelang di gudang milik Sarwo, ayah Awie. “Pelelangan di gudang Sarwo hanya memakai tempat saja. Ikan tersebut kami lelang kepada nelayan yang ada di Gabion,” jelasnya.

Kabarnya, kapal penangkap ikan berharga miliaran itu akhirnya dilelang juga dan Awie sebagai pemenangnya.
Ditanya alasan menggunakan gudang Sarwo sebagai tempat menyandarkan kapal ikan milik Malaysia yang ditangkap tersebut, Muktar berdalih karena pihaknya tidak memiliki dermaga untuk menyandarkan kapal hasil tangkapan. “Makanya kami sandarkan di gudang Sarwo karena dia pun mengizinkannya. Itu karena kami tidak mempunyai dermaga,” tukasnya.

Pantauan wartawan Koran ini di gudang ikan dan garam Cap Golven yang selama ini diusahakan Awie, aktivitas bongkar muat barang dan penjualan ikan mulai terlihat normal. Di depan gudang tampak tiga kapal bersandar. Di badan masing-masing kapal tertulis PKFA8143, PPF601, PKFA4805. Kapal tersebut merupakan kapal ikan asing milik Malaysia. Kondisi ketiga kapal tersebut hampir karam. (mag-11/adl)

  • Otak Pembunuhan Bernama Sun An alias Anlang dan Ang Ho
  • 4 Eksekutor dan 3 Tersangkan Lain Masuk DPO

MEDAN-Dua toke ikan di Belawan, rekan bisnis Toh Ce Wie alias A Wie alias Suwito alias Wito (34) ternyata otak di balik pembunuhan Wito dan istrinya Lim Chi Chi alias Dora Halim (30). Keduanya, Sun An alias Anlang (50), warga Komplek Perumahan Teluk Gong 47 RT02/RW08, Jakarta Utara dan Ang Ho (33) Warga Citra V Blok D3/12, Kelurahan Kamal, Kecamatan Kalideres Kota, Jakarta Barat sudah diringkus polisi sejak Jumat (1/4) lalu.
Sun An diamankan dari sebuah tempat di Tanjung Balai, Kabupaten Asahan sedangkan Ang Ho diciduk dari Hotel JW Marriot. Dari kedua tersangka, polisi mengamankan barang bukti mobil Kijang Innova warna putih BK 1640 KP, empat unit helm titipan Sun Ann.

7 selongsong peluru kaliber 45 mm dan 10 serpihan proyektil ukuran 9 mm serta rekaman CCTV pada saat di hotel JW Mariot, Hotel Asahan dan Cambridge Plaza. Keempat helm diduga digunakan eksekutor saat menghabisi pasangan suami istri itu di garasi mobilnya di Jalan Bambu III nomor 50, Kelurahan Durian, Kecamatan Medan Timur.
“Pelaku dan korban saling kenal dan kedua tersangka merupakan perencana (pembunuhan),” terang Kapolda Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro, dalam paparannya Mapolresta Medan, Kamis (7/4).

Berdasarkan hasil penyelidikan, motif pelaku menghabisi nyawa Awie dan Dora murni dendam karena persaingan bisnis perikanan di Pelabuhan Belawan serta pelelangan kapal asing hasil tangkapan nelayan Malaysia. “Padahal mereka ini berteman. Hanya karena dendam pribadi ingin mendapatkan lelang kapal makanya pelaku nekat menghabisinya,” cetusnya.

Informasi yang diperoleh dari sumber terpercaya menyebutkan, pelaku dendam karena Awie selalu memenangkan tender ikan dan kapalnya. Dalam dua tahun terakhir, Awie disebut sudah memenangkan lelang 12 kapal ikan tersebut. “Lelang tak pernah jatuh kepada pengusaha manapun, selalu saja Awi yang memenangkan. Saya tidak tahu kenapa dia terus yang memenangkan lelangnya,” ujar seorang pengusaha ikan di Belawan.

Penangkapan kedua otak pelaku pembunuhan Rabu, 30 Maret malam itu berhasil dilakukan setelah mengembangkan hasil pemeriksaan 15 saksi. “Tim bekerja semaksimal. Dua Hari setelah kejadian, tim berhasil meringkus tersangka di dua tempat terpisah bersama barang buktinya,” ujar Wisjnu didampingi Kapolresta Medan, Kombes Pol Tagam Sinaga, Dir Binmas, Kombes Pol Heri Subiansaori dan Dir Reskrim Poldasu, Kombes Pol Agus Ardiyanto.

Selain Sun An dan Ang Ho, polisi tengah memburu eksekutor pembunuhan dan tiga orang yang membantu merencanakan penembakan. Polisi masih mencari nama-nama eksekutor dan sudah memasukkannya dalam daftar pencarian orang (DPO). Sedangkan identitas tiga tersangka lain sudah diketahui. Diantaranya adalah Acui alias Halim Winata alias Jakson (36), pemilik UD Melindo Thai, pengelolahan kilang ikan di Belawan. Acui mempunyai alamat ganda, Jalan Kampung Gusti, Jakarta Utara dan Jalan Pinus Komplek Cemara, Medan. Acui disebut-sebut berperan sebagai perantara otak pembunuhan dengan eksekutor. Sementara Polisi juga memburu anak Sun An, yaitu A Li alias Toni (37) yang membantu mengantar ke penyeberangan terhadap eksekutor. A Li diburu berdasarkan hasil pemeriksaan CCTV di pusat perbelanjaan Cambridge Jalan S Parman. A Li tertangkap CCTV saat membuntutui Awie dan keluarganya di Camridge sebelum tewas ditembak, Selasa (29/3) malam. A Li diduga berperan sebagai pemberitahu eksekutor saat akan beraksi. Tapi, saat ini polisi kebingungan. Pasalnya, otak pelaku sudah berhasil ditangkap, namun eksekutor belum berhasil ditangkap. “Bingunglah, otak pelaku sudah ditangkap, tapi eksekutornya belum,” kata pria berambut ikal ini.

Penangkapan Aciu diharapkan dapat memberi titik terang aksi penembakan tersebut. “Tinggal tunggu waktu bagi tim untuk meringkusnya,” tegas Kapolda.

Untuk mencegah Aciu melarikan diri ke luar negeri, polisi di Sumut bekerja sama dengan Mabes Polri melayangkan surat cegah tangkal (cekal) kepada pihak imigrasi. “Aciu diketahui memiliki paspor nomor 763508 pelaku tidak akan jauh pergi,” beber Wisjnu kemudian memperlihatkan gambar Acui.
Tetapi berdasarkan hasil pelacakan signal HP milik Acui, warga Jakarta ini diketahui telah melarikan diri ke Singapura. Sebab itu, Polda Sumut telah menyurati NCB-Interpol Indonesia untuk menangkap A Cui. “Kita telah surati NCB, mudah-mudahan bisa kita ditangkap,” tegas Kapolda.

Wisjnu menyarankan seluruh DPO yang sudah diketahui identitasnya untuk menyerahkan diri ke Polresta Medan atau ke kantor polisi terdekat. “Sekali lagi saya imbau kepada pelaku yang menjadi DPO untuk menyerahkan diri, identitas kalian sudah diketahui,” bebernya dengan senyuman.

Ditanya apakah polisi disiapkan menembak mati tersangka yang membandel, Wisjnu ragu menjawabnya. “Nanti kalau kita tembak dibilang masyarakat kita melanggar HAM. Tapi kalau tersangka melakukan perlawanan, kita akan habisi,” pungkasnya.

Di tempat terpisah, Dir Reskrim Poldasu, Kombes Pol Agus Ardiyanto menegaskan, semua tersangka mulai dari otak pelaku, eksekutor dan yang ikut membantu, seluruhnya warga keturunan. “Semuanya warga Tionghoa,” kata Agus dengan nada tinggi saat disinggung dengan identitas eksekutor penembakan tersebut.

Sementara Kapolresta Medan, Kombes Pol Tagam Sinaga masih belum puas sebelum meringkus eksekutor dan orang yang membantu eksekusi tersebut. Dia berjanji akan berupaya maksimal meski mengaku sangat lelah karena harus bekerja sampai 24 jam dan ikut turun ke lokasi. “Memburu pelaku memang capek. Tapi kita terus bekerja untuk bisa mengungkap seluruh pelaku yang terlibat dalam penembakan tersebut,” kata Tagam.

Kapal Malaysia di Gudang Awie

Terkait penangkapan kapal ikan asing yang melakukan praktik illegal fishing di wilayah perairan Indonesia, Kepala Stasiun Pengawasan Sumber Daya Perikanan (PSDKP) Belawan, Muktar, membenarkan hal itu. “Bila ada kapal ikan asing yang masuk ke daerah kita maka akan kita tangkap selanjutnya diproses,” katanya, kemarin.

Ditanya kemungkinan Awie dibunuh akibat persaingan bisnis terkait pelelangan ikan dan kapal hasil tangkapan pihaknya, Muktar tidak mau berkomentar. “Kalaupun ada pelelangan (ikan dan kapalnya), mungkin (dilakukan) instansi lain,” ujarnya mengelak.

Namun, Muktar tidak membantah pihaknya pernah menangkap kapal milik Malaysia dan akhirnya dilelang di gudang milik Sarwo, ayah Awie. “Pelelangan di gudang Sarwo hanya memakai tempat saja. Ikan tersebut kami lelang kepada nelayan yang ada di Gabion,” jelasnya.

Kabarnya, kapal penangkap ikan berharga miliaran itu akhirnya dilelang juga dan Awie sebagai pemenangnya.
Ditanya alasan menggunakan gudang Sarwo sebagai tempat menyandarkan kapal ikan milik Malaysia yang ditangkap tersebut, Muktar berdalih karena pihaknya tidak memiliki dermaga untuk menyandarkan kapal hasil tangkapan. “Makanya kami sandarkan di gudang Sarwo karena dia pun mengizinkannya. Itu karena kami tidak mempunyai dermaga,” tukasnya.

Pantauan wartawan Koran ini di gudang ikan dan garam Cap Golven yang selama ini diusahakan Awie, aktivitas bongkar muat barang dan penjualan ikan mulai terlihat normal. Di depan gudang tampak tiga kapal bersandar. Di badan masing-masing kapal tertulis PKFA8143, PPF601, PKFA4805. Kapal tersebut merupakan kapal ikan asing milik Malaysia. Kondisi ketiga kapal tersebut hampir karam. (mag-11/adl)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/