Menelusuri Tempat Hiburan Malam, Jet Plane di Medan Fair Plaza (6)
Investigasi kami ke tempat hiburan malam di Medan masih berlanjut. Kali ini kami tetap bersama kolega menelusuri Karaoke Jet Plane yang terletak di pusat perbelanjaan Plaza Medan Fair, tepatnya berada di basement. Tempat ini malah lebih vulgar dalam transaksi ekstasi! Seperti apa?
Tim Sumut Pos, Medan
Karaoke Jet Plane yang berada di Jalan Jenderal Gatot Subroto Medan ini pada 24 April 2012 lalu sempat dilalap si jago merah. Peristiwa kebakaran itu hampir saja menghanguskan seluruh tempat itu. Tapi untungnya, saat itu karyawan di KTV Jet Plane mengetahui di salah satu KTV ada kepulan asap hingga petugas kebakaran langsung diberitahu. Api tak sempat menjilat ruangan lainnya.
Kalau mencermati dari peristiwa kebakaran itu, memang pengamanan Jet Plane untuk kebakaran tidak bisa diandalkan. Ini karena Jet Plane hanya punya satu pintu untuk keluar dan masuk ke tempat itu. Bayangkan saja, saat kebakaran itu, petugas pemadam kebakaran sempat kesulitan memadamkan api karena rendahnya atap gedung sehingga mobil pemadam tak bisa masuk.
Ditambah lagi, sumber titik api jauh dari mulut basement, petugas terpaksa menjebol tembok Jet Plane saat itu. Tak dapat terbayangkan jika kebakaran besar melanda Jet Plane dan tempat itu hanya punya satu pintu, tanpa pintu darurat.
Nah, suatu siang beberapa waktu lalu kami sudah memesan KTV di Jet Plane. Maklum saja, kalau pesan KTV di sore hari bakalan tidak dapat ruangan karena setiap libur akhir pekan semua tempat hiburan malam (karaoke) pasti full. Ya seperti biasa, KTV yang dipesan atas nama kolega.
Saat memasuki ruangan Jet Plane, kami serasa berada di dalam pesawat terbang. Ini karena desain Jet Plane pada dindingnya menggunakan rangka-rangkaan pesawat; bukan rangka pesawat beneran. Jet Plane memiliki fasilitas ruangan KTV yang lumayan bagus. Meski ‘judulnya’ sebagai tempat karaoke, tapi di dalamnya lebih mirip tempat private party untuk dugem alias di dalam KTV biasa ajeb-ajeb, seperti KTV lainnya di tempat hiburan malam.
Kami bersama kolega memilih masuk ke Jet Plane sekitar pukul sembilan malam. Pilihan di jam itu karena biasanya tamu mulai ramai. Benar saja, pengujung sudah ramai. KTV rata-rata sudah dihuni pengunjung. Beberapa kali pelayan keluar masuk membawa krat air mineral, keluar membawa botol kosong, lalu ganti lagi dengan air mineral yang baru dan begitu seterusnya.
Pesanan minuman alkohol seperti Chivas, Martel, plus coke untuk campuran atau minuman lainnya dibawa pelayan masuk ke KTV-KTV untuk memenuhi pesanan pengunjung. Ramainya pengunjung benar-benar seperti pasar ramai.
Sedangkan kami bersama kolega hanya memesan bir, air mineral, dan buah. Suara musik di KTV kami tentu saja berbeda dengan KTV lain. Kalau KTV lain sibuk dengan musik dugem, kami malah sibuk teriak-teriak bernyanyi sambil menunggu situasi yang pas untuk melakukan investigasi.
Tepat pukul sebelas malam, kami mulai mengatur strategi investigasi. Sang kolega lalu memanggil pelayan untuk memesan pil ekstasi. Seperti biasa, tak sulit mendapatkannya, bahkan dalam waktu cepat bisa didapat. Tapi ekstasi itu bukan dari si pelayan. Si pelayan tadi membawa seorang pria. Pria itu berciri tubuh tinggi, tapi tidak terlampau tinggi dan badannya cukup berisi, kurus tidak, gemuk pun tidak.
Pria itu dengan santainya masuk ke KTV kami, lalu menyerahkan tiga butir ekstasi pesanan kolega. Uang sebesar Rp750 ribu untuk membayar harga pil tersebut langsung diberikan kolega ke pria itu. Pilnya berwarna pink, merek Pink Love. “Simpan dulu pil ini di tempat aman,” perintah kolega kepada kami.
Meski pil ekstasi itu kami dapat, tapi kami merasa tidak terkejut lagi, tidak merasa heran lagi. Malah jadi terbiasa melihat pil itu. Tidak merasa risih atau takut karena setiap KTV di tempat hiburan malam yang kami kunjungi pasti kami bisa membeli ekstasi di dalamnya.
Menurut kolega, ada seorang wanita yang merupakan manajemen di Jet Plane berperan sebagai mami dan juga mengedarkan ekstasi. Jika ada tamu pria yang menginginkan untuk ditemani wanita panggilan, si mami inilah yang menyediakannya. Si mami tinggal telepon wanita panggilan. Si tamu juga bisa pesan ekstasi dengannya. “Saya tahu orangnya. Nanti saya tunjukkan. Biasanya sesekali si mami menghampiri tamu yang dikenalnya di dalam KTV. Biasalah, dia (mami) harus ramah sama tamu biar tamu senang,” kata kolega.
Selain investigasi sambil beryanyi karaoke, beberapa di antara kami turut mengamati situasi di luar KTV. Ternyata, banyak juga tamu yang berdiri di luar KTV, hanya sekadar geleng-geleng kepala sambil memencet keypad ponselnya, atau bersandar di dinding dengan mata terpejam dan kepala menggeleng-geleng. Mungkin sedang menunggu pesanan, entah apapun pesannya itu. Sedangkan pelayan tampak hilir mudik membawa pesanan minuman dari satu KTV ke KTV lainnya.
Benar saja, pengunjung yang berdiri di luar ruangan KTV ternyata sedang menunggu pesanan. Ya, ekstasi. Mungkin, karena mereka merasa kentang (kena tanggung, Red), mereka tak sabar menunggu di dalam KTV dan ingin cepat-cepat mendapatkan pil ekstasi itu. Ada sekitar empat pria yang kami lihat berdiri di lorong jalan di luar ruangan KTV tengah menunggu.
Transaksi terang-terangan pun terlihat oleh kami. Si penjual pil ekstasi juga orangnya sama, yakni pria yang memberi kami pil ekstasi tadi. Begitu pil diserahkan dan uang diterima, maka pengunjung yang sedari tadi menunggu di koridor jalan tadi, langsung buru-buru masuk ke dalam KTV setelah mendapatkan pesanannya. Benar-benar vulgar!
Berdasarkan investigasi juga, Jet Plane biasanya tutup lebih lama dari tempat hiburan malam lainnya di Medan. Kalau hiburan malam lain tutup pada pukul 03.00 atau pukul 04.00 WIB, Jet Plane sesekali bisa tutup di atas jam itu. Pantas saja banyak orang yang habis clubbing di tempat lain dan lagi nanggung, lanjutnya ke Jet Plane. Meski menyalahi izin jam operasi, tapi Jet Plane seperti sangat jarang tersentuh razia. Katanya nih, Jet Plane aman bagi para clubbing yang berdugem ria. (*)